Jum'at 29 September 2017

10 13 0
                                    

Derasnya suara hujan waktu itu sangat terdengar masuk ke dalam rumah sederhana yang berada di komplek perumahan. Perempuan yang baru saja pulang dengan basah kuyup langsung membersihkan dirinya dan meringkuk di atas ranjang kamarnya.

Ketukan suara pintu kamar terdengar, lalu pintu itu terbuka dan memperlihatkan sosok malaikat tak bersayap yang tersenyum melihat putrinya sedang tertidur di atas ranjang.

Ibu Sky sedikit panik begitu menyadari bahwa putrinya seperti terkena demam, tapi bukan hanya itu saja yang membuatnya khawatir. Mata indah milik Sky yang tertutup kini mengeluarkan buliran air mata. Ibunya mencoba untuk membangunkan Sky yang tertidur sedikit gelisah.

"Sky," panggil Ibunya.

Hanna, ibu Sky menepuk kedua pipi anak perempuannya yang sedang gelisah dalam tidurnya, Hanna panik dengan keadaan anaknya. Sedangkan Sky tengah berada dalam mimpi mengerikan.

Pria itu datang lagi.

"Kita putus," cetus pria itu tegas. Sky mematung.

"Apa? Lo?" tanya Sky shock dan terkejut. Hatinya seperti tertohok. "Tunggu, kenapa secepat ini?" tuntut Sky butuh kejelasan.

"Gue udah punya tunangan Sky—" ucapan Pria itu terhenti ketika Sky malah menyelanya.

"Terus dua tahun itu apa?!" bentak Sky tidak percaya. "Lo mengakhiri gitu aja? Gue nggak bisa!" teriak Sky tidak terima. Saat itulah hujan deras malah mengguyur dirinya dan Pria tersebut.

"Selama dua tahun itu, gue sama sekali nggak sayang sama lo. Gue mau mengakhiri ini, karena nggak kuat liat lo terus terjebak sama kebohongan," jelas Pria itu logis.

"Tapi...." Sky tercekat, tenggorokannya terasa kering tiba-tiba. Matanya juga sudah berkaca-kaca.

Akhirnya Sky terbangun dari mimpi buruknya itu. Keringat mengucur deras dari dahinya, cepat-cepat Sky mengatur napasnya.

Hujan di luar masih sangat deras, rintikan air yang menghantam keras ke atap membuat berisik seluruh rumah.

Tiba-tiba sebuah notification dari ponselnya terdengar, dengan cepat Sky segera mengeceknya.

Him: Hai.

Dia, itu dia. Tanpa sebuah rasa malu dengan seenaknya dia mengirimkan Sky pesan singkat. Apa dia tidak memikirkan perasaan Sky? Sedang dirinya selama ini berusaha melupakan dia, tiba-tiba saja dia datang dengan sapaannya dalam pesan singkat ini.

Sky mematung, dengan handphone di tangannya, dia berpikir. Apa sebaiknya membalas atau tidak?

Beberapa detik berlalu ketika notif kembali muncul di hp Sky.

Him: Kok cuma di read?

Sky menggigit bibirnya, lantas tangannya mengetikkan beberapa kata.

Me: Mau apa lo?

Belum ada jawaban. Masih sunyi senyap. Tidak ada tanda-tanda bahwa pesan akan masuk lagi. Sky menghela napas. Ia yakin, dia hanya ingin mempermainkannya. Sky kesal, namun masih terus terpaku pada layar ponsel.

Hatinya mulai berdenyut sakit. Bingung hendak melakukan apa. Dua minggu terlewatkan dan musim hujan membuat peristiwa itu serasa terus terulang. Sky meremas ponselnya erat-erat.

Tak menyangka bahwa akan seberat ini. Melupakan seseorang yang bahkan sudah banyak berperan dalam kehidupannya.

Tiba-tiba, seperti keajaiban. Sebelum air mata Sky jatuh, pesan itu benar masuk.

Him: Gue mau ngomong serius.


Sky menggeleng kuat. Ini benar-benar di luar dugaan. Lalu pesan chat datang lagi.

Him: Bisa lo dateng ke taman, tempat terakhir kita berjumpa?


Sky kembali merasakan sesak yang lebih berat. Kenapa pria itu tak kunjung pergi dan malah mencoba bertemu dengannya. Apa pria itu tahu bahwa ia masih belum bisa merelakan?

Sky menekuk lututnya, sambil menatap layar ponsel sendu. Pemikirannya mulai campur aduk. Tetapi tangannya mulai mengetik sebuah balasan.

Me: Tunggu gue 10 menit.

Sky menyadari bahwa hatinya tak akan tahan jika tidak mengiyakan permintaan pria itu.

***


Sky merapatkan jaketnya, udara terasa sangat dingin saat ini. Dapat dimaklumi karena tadi hujan turun. Jalanan juga terlihat lenggang, serta tempias yang menciptakan bau khas sehabis hujan.

Gadis dengan kantung mata tebal itu, menelusuri jalanan penuh genangan milik taman. Beberapa kali mulutnya komat-kamit merapalkan doa. Ia merasakan firasat buruk mengenai hal ini. Pilihan yang buruk dan dia benar-benar menyesalinya.

Dia masih belum siap menemui pria yang mematahkan hatinya tempo hari yang lalu. Jantung Sky berpacu cepat ketika mendapati seorang pria yang ia rindukan dan....

Seorang gadis lain?

"Sky!" panggil Pria itu dengan nada seraknya.

"Siapa dia?" tanya Sky tanpa basa-basi. Gadis tersebut mendongkak menatap Sky dengan pandangan prihatin.

"Mela, dialah tunangan gue," jawab Pria itu pelan sembari menggenggam tangan Mela. Sky merasa sesak. Ia kembali mencoba membuat pertahanan dirinya.

"Jadi ... lo mau mainin gue lagi? Yang pertama masih belum puas, ya?" sarkas Sky telak. Pria itu terdiam, bahkan Mela sampai bungkam. "Kalau nggak ada apa-apa, gue pergi!" Sky berbalik tanpa rasa bersalah.

"Tunggu!" Mela mencekal tangan Sky cepat.

Sky menghela napas berat. Sedangkan Pria tadi menatap tak percaya. "Mau apa lagi?" balas Sky tanpa minat.

"Reynald, lo kan mau bilang sesuatu tadi? Cepat beritahu dia!" perintah Mela mutlak. Pria dengan nama Reynald itu menatap ke arah Sky. Gadis itu terlihat lebih mengerikan dari pada yang pernah ia lihat.

"Sky, gue tau lo patah hati. Tapi ..., kita semua harus menjalani hidup kita. Lo nggak boleh terpatok ke gue," ujar Reynald memberikan pengertian. "Gue tahu, lo jadi sering sakit-sakitan akhir-akh—"

"Peduli lo apa?" sela Sky kasar. Ia mencoba menahan amarah yang selama ini mengguncang dirinya. "Lo yang buat gue begini," tambah Sky penuh pengecaman.

"Makanya dengerin penjelasan gue dulu," sahut Reynald terlihat tak terima.

"Penjelasan? Lo mainin gue, bodoh! Lo manfaatin gue, pura-pura sok manis depan gue. Sekarang? Lo bilang lo punya tunangan. Gimana gue nggak shock, coba?"

Reynald menggeram frustasi. "Gue tau, gue salah. Tapi, Sky. Lo bakal lebih sakit kalo ngejalanin cinta sepihak."

Sky tertegun, itu benar juga. Seharusnya ia tak boleh memaksakan cinta. Namun, yang sudah Reynald lakukan itu keterlaluan. "Lalu tujuan lo buat macarin gue itu, apa?" Sky seperti kehilangan harapan sepenuhnya.

"Gue nggak suka orang kaya lo malah dimanfaatin sama cowok yang lain. Mentang-mentang lo baik, mereka manfaatin lo yang cuma seorang cewek," seloroh Reynald yakin.

Sky tersenyum mengejek. "Terus ini disebut apa? Lo bahkan lebih berengsek, lo matahin seluruh kepercayaan gue. Seharusnya kita nggak pernah ketemu lagi," katanya tegas. Bahkan terlihat tajam. "Lagak sok pahlawan lo bikin gue muak, lebih baik gue dimanfaatin kayak mereka dibandingkan sama lo yang harus bawa hati," cetus Sky marah sekali.

"Sky...."

"Sekarang lo mau apa? Mela udah bareng lo." Sky mengalihkan pandangannya ke arah Mela. "Lo jaga perasaan lo ya, jangan pernah berakhir jadi gue. Lo harus lebih kuat dari gue, buat bocah buta ini berubah," tutur Sky lalu berbalik dan pergi. Air matanya semakin menderas ketika langkahnya semakin cepat.

Ia berharap dengan bodohnya, agar Reynald mengejarnya. Namun, yang ia lihat Reynald malah menjauh ke arah lain sambil memeluk Mela.

Kini Sky sadar, bahwa tidak ada yang harus dipertahankan lagi. Ia harus belajar melupakan.





————————END————————

Sambung Cerita Altair PaperlineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang