BAB 3

1.3K 80 12
                                    

Aku kemudian mengecek barang-barang yang ada dimeja tempat korban tergeletak. Diatas meja terdapat secangkir kopi, berkas-berkas kerja korban, dan data-data korban yang diberikan kepala kepolisian kepadaku.

Aku mengangkat cangkir kopi yang terletak diatas meja tersebut untuk menyelidikinya. Aroma dari kopi yang dicium oleh hidungku bukanlah aroma kopi biasa, ada aroma yang sedikit aneh tertangkap oleh indra penciuman ku. Aku mulai curiga dengan kopi ini karena aroma yang tercium tersebut. Aku mengembalikan cangkir kopi tersebut ketempat semula.

Aku kemudian menghampiri seorang karyawan kantor yang berada didekat lokasi tersebut. Aku menanyakan beberapa informasi kepadanya.

"Saya menemukan secangkir kopi dimeja korban. Dan setelah dicium, aromanya sedikit aneh. Siapakah yang biasanya bertugas untuk membuatkan kopi dikantor ini?" tanya ku untuk mendapatkan informasi.

"Sedikit aneh? Memangnya kenapa kalau sedikit aneh?" jawab seorang karyawan

"Saya mencurigai kopi ini. Siapa yang biasanya membuat kopi disini?"

"Biasanya yang membuat kopi itu Mang Didin"

"Sekarang dia sedang kemana?"

"Dia sekarang lagi ada diruangan kerjanya,"

"Ruang kerjanya dimana?"

"Yang pasti ruang kerjanya di dapur. Dia seorang Office Boy,"

"Baiklah, terimakasih."

Aku kembali mendekati meja korban. Aku kemudian berbicara kepada seorang polisi yang tadi aku mintai informasinya. Setelah aku lihat nametag nya, namanya adalah Pak Gerald.

"Pak, coba bapak cium aroma kopi yang berada diatas meja itu."

Polisi tersebut kemudian mengambil cangkir kopi tersebut dan mencium aroma tersebut.

"Baunya sedikit aneh," kata Pak Gerald tersebut

"Saya curiga sama kopi itu. Menurut saya ini kasus pembunuhan, bukan bunuh diri. Saya curiga Office Boy di kantor ini sengaja memasukkan sesuatu kedalamnya saat dia lagi bikin kopi ini,"

"Kita belum punya bukti yang kuat,"

"Ya sudah jika bapak tidak percaya kepada saya. Saya akan menginterogasi sendiri Office Boy yang bekerja dikantor ini."

Akupun langsung menuju dapur untuk menemui Office Boy yang aku curigai. Orang pertama yang menjadi tersangka di kasus yang pertama aku tangani sebagai seorang detektif. Mungkin saja tersangka pertama ini adalah orang yang sebenarnya pelaku dari tindakan pembunuhan ini. Tapi aku tidak mau berburuk sangka dahulu sebelum aku interogasi.

                                                                                 ---oo---

Didapur yang terlihat sangat rapih, aku melihat seorang laki-laki sedang duduk disuatu bangku dengan wajah tegang, seakan-akan dia ketakutan kalau ketahuan dialah yang melakukan ini.

Aku menghampirinya dan duduk didepannya. Aku kemudian memulai pembicaraan menginterogasi dengannya.

"Perkenalkan, saya Detektif Azriel. Detektif yang membantu kepolisian Kota Esau ini untuk menyelidiki kasus ini."

"Ya. Saya Didin Surwojad. Biasa dipanggil Mang Didin." Ucapnya

Kami berduapun bersalaman.

"Mau apa anda datang kedapur ini?" lanjut Mang Didin

"Saya menemukan kopi dimeja tempat terakhir Pak Fredy menghembuskan napas. Anda kan orang yang membuatkan kopi untuk Pak Fredy?"

"Iya, benar. Biasanya saya yang membuatkan kopi untuk Pak Fredy,"

Sang Detektif  {Pembunuhan Di Kantor Media}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang