BAB 7

848 38 2
                                    

Setelah mengendarai motorku selama tujuh menit, akhirnya aku sampai kembali di salah satu gedung kantor pertelevisian tempatku bekerja menyelidiki kasus pembunuhan yang sudah beberapa hari ini belum selesai dan mengganggu pernapasan karena bau busuk yang keluar dari mayat Pak Fredy.

Aku masuk kedalam gedung dan langsung menuju ruangan Pak Fredy. Aku menemui Pak Gerald yang sedang bersemangat menyelidiki kasus ini di ruangan Pak Fredy, seperti tak terganggu dengan bau busuk dari almarhum Pak Fredy.

Aku memanggil Pak Gerald, "Pak Gerald.."

"Iya? Ada apa, Detektif Azriel? Obat bius tadi sudah diperiksa di laboratorium kepolisian?" tanya Pak Gerald

"Sudah. Ini saya baru pulang dari laboratorium kepolisian."

"Terus hasilnya bagaimana? Apa cuman obat bius biasa?"

"Kata Profesor Juan, bubuk kuning ini adalah obat bius jenis Soporific. Obat bius ini pasti dibeli illegal, karena obat bius ini tidak digunakan di rumah sakit. Jika ada seseorang yang mengkonsumsi ini, sedikit saja, maka orang tersebut akan tertidur. Dan kalau terlalu banyak dikonsumsi, orang yang mengkonsumsi obat bius ini akan meninggal dunia." kata ku mengulangi penjelasan Profesor Juan tadi.

"Obat bius Soporific? Bukannya itu obat bius yang di kasih ke perempuan?"

"Iya, obat bius Soporific itu obat bius untuk perempuan."

Aku menambahkan lagi kemungkinan alasan si pelaku melakukan pembunuhan ini.

"Dan yang pasti si pelaku melakukan pembunuhan ini karena dia tidak suka sama Pak Fredy, entah karena pembawaannya atau karena hal lain yang ada di Pak Fredy."

"Tidak mungkin si pelaku membunuh Pak Fredy kalau dia mendukung Pak Fredy." Bantah Pak Gerald

"Iya juga sih."

"Oh iya, surat ancaman yang tadi sudah dibuang?"

"Sudah saya buang."

"Harusnya jangan dibuang dulu, Detektif Azriel!"

"Tadi Pak Gerald suruh buang, ya sudah saya buang surat ancaman itu."

"Saya baru ingat, surat ancaman itu bisa dijadikan barang bukti di persidangan si pelaku nanti. Siapa tahu dengan surat ancaman itu, tuntutannya bisa semakin kuat dan dia bisa dihukum seberat-beratnya."

"Benar juga, Pak Gerald. Surat ancaman itu bisa dipakai untuk barang bukti kalau si pelaku yang melakukan itu."

"Makanya, Detektif Azriel. Sebaiknya surat ancaman itu diambil lagi, sebelum sampah-sampah yang ditempat sampah itu dibuang."

"Tapi surat ancaman itu belum cukup kuat buat dijadikan barang bukti."

"Kenapa belum cukup kuat?"

"Karena surat itu bisa ditulis sama siapa saja. Belum tentu si pelaku yang menulis surat ancaman itu."

"Yang menulis surat ancaman seperti itu sudah pasti pelaku dari kasus ini. Tidak mungkin ada orang iseng yang menulis surat ancaman macam itu."

"Bisa saja pelakunya dua orang yang bersekongkol."

"Sudah.. Lebih baik anda simpan dulu surat ancaman itu. Siapa tahu nanti ada sesuatu yang bisa memperkuat surat itu sebagai barang bukti."

"Oke lah. Saya ambil lagi surat itu dari tempat sampah dan saya simpan baik-baik untuk sebagai barang bukti nanti."

Aku kemudian mengambil kembali surat ancaman yang sudah aku buang ditempat sampah tadi. Mengambil barang yang sudah berada didalam tempat sampah mungkin sesuatu yang menjijikkan bagi sebagian orang, tapi demi mendapatkan barang bukti yang bisa dipakai saat persidangan, maka aku mengambil kembali surat ancaman tersebut.

Sang Detektif  {Pembunuhan Di Kantor Media}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang