"S-sua... ini semua ga bener kan? Iya kan?"
Kabar mengenai kematian Sua dirumahnya, menyebar luas di kampus keesokan harinya. Jiu dan Siyeon menangis tidak karuan dan sedang ditenangkan oleh Daniel dan Seongwoo. Sedangkan Dami, dia hanya menggumamkan nama Sua berkali-kali sambil menatap kosong ke depan.
Woojin dan Guanlin hanya bisa tertunduk diam tanpa melakukan apapun. Sungwoon berusaha menenangkan Dami meskipun tidak berpengaruh apa-apa.
"Ini, pelakunya belum ditemuin kan?" Seongwoo membuka handphone nya setelah Jiu sedikit lebih baik. Dia melihat banyak sekali berita soal kematian seorang mahasiswi dirumahnya dan bisa Seongwoo yakini itu adalah Sua. Dan di dalam berita tersebut tertera bahwa pelaku sama sekali belum ditemukan. Bahkan tidak ada sidik jari orang lain sedikitpun selain sidik jari milik Sua.
Woojin mengangguk pelan meng-iyakan ucapan Seongwoo. Dia masih belum sanggup untuk berbicara. Dia masih belum merelakan Sua karena Sua adalah sahabat terbaik dalam hidupnya.
"Btw, Jihoon kok belum muncul?" Sungwoon menyadarkan semuanya bahwa ada satu orang lagi yang belum datang hingga saat ini.
"Iya juga. Kok tumben Jihoon lama dateng?" Daniel mulai terlihat berpikir. Para cewe yang awalnya masih terlihat syok, sudah mulai tenang dan ikut memikirkan kenapa Jihoon sampai detik ini belum memunculkan batang hidungnya.
Seperti yang mereka harapkan, tiba-tiba saja Jihoon muncul di hadapan mereka. Namun wajahnya benar-benar suram. Bukan seperti Jihoon yang mereka kenal.
"Hoon!" Guanlin memanggil Jihoon dan Jihoon menoleh kearahnya. Wajahnya memang suram namun terlihat tenang. Dan itu membuat Sungwoon merasa curiga.
"Apa?"
"Lo tau kalo Sua meninggal semalam dirumahnya?" Seongwoo mengambil alih pembicaraan. Namun Jihoon hanya tetap menatap Seongwoo tanpa merubah ekspresinya.
"Sua? Mati? Oh." Jawaban Jihoon tiba-tiba membuat amarah Dami memuncak dan menggapai kerah baju Jihoon serta menggenggamnya cukup erat.
"LO GA PUNYA HATI APA?! SAHABAT LO BARU AJA MENINGGAL DAN LO CUMA BEREAKSI SEGAMPANG ITU?! LO BENER-BENER BANGSAT PARK JIHOON!!"
Jihoon menepis tangan Dami dengan kasar namun dia tetap terlihat tenang.
"Lo ga denger gue ngomong apa semalam? Gue udah ingetin Sua dan well dia beneran mati. Jadi wajar gue ga kaget."
BUGH!
Sungwoon memukul keras rahang milik Jihoon. Wajahnya benar-benar merah padam. Dia sangat terlihat kesal melihat Jihoon yang terkesan sangat tidak memperdulikan sahabatnya.
"BRENGSEK LO! KITA SEMUA LAGI BERDUKA DAN LO GAMPANG BANGET NGOMONG GITU! OH, ATAU JANGAN-JANGAN, LO YANG UDAH BUNUH SUA? IYA KAN?!"
Jihoon balas memukul Sungwoon tak kalah kuatnya. Selama beberapa detik, berubah menjadi ajang dimana Sungwoon dan Jihoon saling memukul. Semua bisa terhenti karena Daniel dan Woojin yang melerai keduanya.
"LO KALO NGOMONG JANGAN SEMBARANGAN! SEBENCINYA GUE SAMA SUA, GUE GA BAKAL MUNGKIN BUNUH DIA!"
"GA USAH BANYAK BACOT LO! LO CUMA GA MAU NGAKU KALO LO YANG NGELAKUIN ITU SEMUA KAN?!"
"BUKTINYA MANA KALO GUE YANG NGEBUNUH SUA? HAH?!"
"UDAH CUKUP!!"
Siyeon berteriak membuat Sungwoon dan Jihoon sama-sama terdiam.
"Jangan saling nyalahin satu sama lain! Udah cukup! Gue udah cukup syok karena kematian Sua! Jangan kalian tambahin lagi! Gue udah capek!"
Siyeon kembali menangis dan jatuh terduduk dilantai. Jihoon langsung menghampiri Siyeon namun Sungwoon menghempaskan tubuh Jihoon begitu saja.
"Gausah lo deket-deket sama Siyeon! Gue ga mau Siyeon jadi korban lo selanjutnya."
Jihoon ingin segera kembali memukul Sungwoon namun Guanlin menahan tangannya.
"Jangan berantem lagi."
Jihoon tidak menjawab apapun dan langsung pergi dari sana tanpa lupa menatap sinis kearah Sungwoon.
"Yeon? Lo gapapa?" Siyeon menggeleng pelan.
"Niel, bagus lo bawa Siyeon ke ruang kesehatan aja. Biar dia istirahat."
Daniel mengangguk dan membopong Siyeon yang sudah sangat lemas.
"Lebih baik kita ke kelas aja. Biarin Jihoon. Kalo perlu jangan deket-deket sama dia. Gue punya firasat buruk. Gue gamau kalian jadi korban selanjutnya setelah Sua."
"Tenang Woon. Kita semua bakal baik-baik aja kok."
Sungwoon tersenyum lega dan mereka memasuki kelas masing-masing. Berusaha melupakan kejadian ini sedikit demi sedikit walaupun sebenarnya sangat sulit.
-oOo-
Semenjak pertengkareman antara Jihoon dan Sungwoon, tidak ada satupun dari mereka yang mendekati Jihoon, bahkan Guanlin yang notabene adalah teman terdekat Jihoon.
Mereka semua tidak sedekat dulu. Selama makan siang, mereka hanya makan dalam diam dan langsung kembali ke kelasnya. Tanpa bercanda seperti biasa.
Bahkan sampai saatnya pulang pun, keadaan masih sama.
"Guys... gue ga sanggup gini terus. Gue pengen kita kaya biasanya. Ga kaya gini."
Jiu menggigit bibirnya pelan agar tidak menangis. Namun Seongwoo menyadarinya dan langsung memeluknya.
"Gue setuju sama Jiu. Gue juga gamau kita gini terus. Gue juga ga bisa jauhin Jihoon lama-lama. Meskipun begitu, Jihoon juga temen kita."
"Gimana kalo kita baikan sama Jihoon?" Dami memberi saran. Namun Sungwoon menolaknya.
"Kalo kalian emang mau baikan, terserah. Tapi gue gamau. Gue masih sayang nyawa. Gue duluan."
Sungwoon pergi terlebih dahulu meninggalkan kampus. Dan yang lain juga ikut pulang kerumah masing-masing. Kecuali Dami.
Dia terlebih dahulu mampir ke cafe tempat ia dan Sua biasa bersama. Ia ingin sedikit mengenang saat dirinya dan Sua berkumpul berdua disini.
"Gue kangen lo Sua..."
"Dami..."
Dami segera menoleh kebelakang dan mendapati temannya datang menghampiri.
"Lo ngapain disini? Ga pulang?"
"Gue mau minum kopi dulu sekalian ngomong sama lo meskipun sebentar."
Temannya kemudian duduk di samping Dami.
"Gue mau cerita sama lo. Malam ini gue boleh kerumah lo?"
-tbc-
Kalo kalian suka ceritanya, jangan lupa vomentnya ya ♡
KAMU SEDANG MEMBACA
Before & After [ Dreamcatcher + Wannaone ]
FanfictionBerhati-hatilah dalam bersikap. Salah sedikit dan kau akan tahu balasannya. Balas dendam bukanlah sesuatu yang bisa disepelekan. Bahkan teman terdekatmu bisa dalam bahaya. ☆Dreamcatcher x Wannaone☆ ⚠bahasakasar ⚠nonbaku 2017©laxdrey