3 ⏪

107 17 7
                                    

"Yeon, sekarang gue mau nanya. Orang yang lo maksud itu Sungwoon?"

Siyeon hampir saja menyemburkan green tea latte miliknya saat mendengar Daniel. Saat ini mereka sudah sampai di cafe Guimauve dan sedang menikmati pesanan masing-masing.

"H-hah? Lo ngomong apa sih?"

"Abis lo nempel banget gitu sama Sungwoon. Dia kan orang yang lo suka?"

Tiba-tiba wajah Siyeon berubah merah.

"E-enggak ah. Ngaco lo."

Gerak-gerik Siyeon semakin membuat Daniel curiga.

"Udah jujur aja. Gausah pake ngelak lagi."

"G-gue ga ngelak Daniel! Gue emang beneran gasuka sama Sungwoon! M-maksudnya, cuma deket sebatas temen. Please stop it."

Daniel menghela nafasnya pelan. Dia sudah menyerah kalau Siyeon sudah seperti ini. Lebih baik dia berhenti saja. Lagipula sekarang wajah Siyeon benar-benar sudah merah padam. Intinya Daniel benar yakin kalau Siyeon menyukai Sungwoon. Dari segi manapun.

"Yaudah deh, serah lo. Abisin minumnya cepet ya. Biar langsung pulang. Udah mau malem."

-oOo-

Jihoon sekarang sedang berbaring dikamarnya sambil memikirkan dua hal yang sudah membuat mood nya hancur lebur hari ini.

"Kenapa Siyeon harus nempel banget gitu sama Sungwoon? Mana di sorakin pula sama Sua. Baru aja mood gue bisa balik karena mau nganter dia pulang, eh Daniel muncul dan ngerebut Siyeon gitu aja. Udah tau juga kalo gue suka sama Siyeon. Arrggggh!!! Bisa gila gue!!"

Jihoon menjambaki rambutnya dan melemparkan bantalnya kesembarang arah. Dia benar-benar sangat kesal hari ini.

Ponsel Jihoon berdering. Di layar ponselnya menampakkan nomor yang sedang menghubunginya. Dan itu adalah Daniel. Ingin sekali Jihoon mengabaikan panggilannya. Sekali dua kali dia berhasil mengabaikannya. Namun Daniel terus-menerus menelponnya dan itu membuatnya frustasi. Apalagi bunyi ringtone yang dia pasang membuatnya sakit kepala.

"Ngapain lo telpon gue?" Jihoon mengangkat telponnya dengan nada suara yang cuek dan terdengar sangat kesal. Dari sana terdengar helaan nafas Daniel yang menujukkan bahwa dia sudah menduga ini akan terjadi.

"Gue mau minta maaf sama lo. Gue tau betul kalo lo suka banget sama Siyeon. Dan gue malah dengan seenaknya aja ngajak Siyeon pulang bareng padahal hari ini saat dimana lo nganterin dia pulang. Gue bukan mau bermaksud apa-apa. Cuma ada yang sedikit gue bicarain sama dia."

"Iya. Lo nembak dia kan? Ambil aja sana. Gue ga butuh."

"G-ga Hoon. Gue ga mungkin ngelakuin itu."

"Lo aja jawabnya gemeter gitu. Berarti iya kan? Udahlah Niel, gue mau tidur. Cukup tau aja gue."

"Tunggu. Denger dulu. Gue ga nembak dia sama sekali. Gue cuma mau nanya kenapa dia deket banget sama Sungwoon hari ini. Itu aja."

"Kenapa lo ga ngomong pas dikampus aja? Kenapa harus ngomong pas pulang? Lo tau kan seberapa susahnya gue buat deketin dia?! Dan lo juga tau kan seberapa jarangnya gue buat nganter dia pulang sampe bisa diitung jari?! Karena itu hampir setiap hari gue harus ngikutin dia pulang cuma karena gue pengen dapetin perhatian dia! Meskipun gue tau itu bukan cara yang baik. Dia pasti ngira gue nguntit dia yang ga jelas kan? Padahal tujuan gue cuma pengen liat keadaan dia doang. Dia selamat atau ga sampe kerumahnya. Cuma itu! Tapi kalo gue nganter dia, gue bakal lebih tenang dan bisa dapet kesempatan deket sama dia. Dan lo ngambil itu hari ini! Mau seberapa lama lagi gue nunggu saat itu datang lagi sama gue?! Hah?!"

Daniel cuma bisa diem dengerin penjelasan panjang lebar dari Jihoon di seberang sana.

"Lo pikir gue ga sakit apa setiap Siyeon jatohin gue? Ngatain gue? Gue masih bisa nahan itu semua karena itu jalan supaya bisa deket sama dia. Gue juga ga berharap lebih karena gue tau buat dia suka sama gue itu sulit. Tapi kalo dia direbut sama temen deket gue sendiri kaya lo, gue ga bakal maafin lo selamanya sampe gue mati!"

"Hoon please tenang. Kan gue udah bilang, gue gaada maksud apa-apa. Gue cuma pengen nanya sama dia, itu aja. Lo percaya sama gue. Gue bakal pegang omongan gue. Gue ga akan rebut Siyeon dari lo. Karena gue juga udah punya orang yang gue suka dan itu bukan Siyeon. Jadi lo tenang aja. Siyeon cuma sahabat buat gue."

Jihoon menghela nafasnya cukup panjang.

"Yaudah terserah. Kali ini gue maafin lo. Gue masih percaya sama lo, Niel. Sekarang gue mau tidur. Bye."

Jihoon mematikan ponselnya. Dia berbaring di tempat tidurnya dan menutup matanya perlahan. Mencoba melupakan kejadian di kampusnya dan berusaha kembali mempercayai Daniel.

-oOo-


"Udah gue duga pasti Daniel nanya sama gue. Gue juga ga bisa ngontrol muka gue, kenapa coba harus merah segala." Siyeon menutupi wajahnya dangan boneka panda favoritnya.

"Emang gue keliatan banget ya nempelnya sama Sungwoon? Besok-besok deketinnya jangan se-frontal hari ini ah. Biasa aja. Nanti gue banjir pertanyaan lagi." Siyeon senyum-senyum memandang langit-langit kamarnya. Masih mengingat kedekatan dia dengan Sungwoon. Perlahan rasa kantuk mulai menghinggapi dirinya hingga tak perlu menunggu waktu yang lama untuk dia segera masuk ke alam mimpinya

-oOo-

"Ji, mulai besok lo pulangnya bareng gue ya. Gausah sama Guanlin lagi."

"Haa?"

Hari ini Jiu dan Seongwoo sedang berada di sebuah toko buku. Karena ini hari Minggu dan Seongwoo sangat merasa bosan dirumah, dia mengajak Jiu untuk menemaninya mencari buku komik edisi terbarunya.

Jiu menatap Seongwoo dan menaikkan sebelah alisnya.

"Kenapa?"

"Harusnya gue yang nanya sama lo. Kok gitu sih? Kan jarak rumah Guanlin jauh lebih deket kerumah gue ketimbang rumah lo."

"Gapapa, gue pengen aja terus nganter lo pulang. Kalo bisa gue juga yang nganter lo pergi ke kampus."

Jiu memegang dahi Seongwoo sejenak.

"Lo ga lagi sakit kan?"

"Gue serius Ji. Kok malah di bercandain?"

"Lo abis makan apa semalam?"

"Kim Minji!"

Jiu terdiam saat Seongwoo sudah mulai memanggil nama aslinya. Dia bisa melihat raut wajah Seongwoo menjadi sangat serius.

"Gue ga mau lagi lo dibonceng sama siapapun termasuk sama Siyeon. Gue cuma pengen lo sama gue aja."

"Alasan lo gini kenapa sih? Gue ga ngerti tau."

'Lo beneran bego kalo hal ginian ya?' - Ong Seongwoo

"Gausah pikirin alasannya. Intinya gitu. Udah ah, gue mau lanjut cari komik gue. Capek gue nemenin lo nyari novel dari tadi. Udah setengah jam gue nunggu dan lo cuma baca abis itu lo taro lagi."

Seongwoo meninggalkan Jiu yang masih berusaha mencerna kata-katanya. Tapi tak lama kemudian, dia kembali berkutat pada novel yang dia cari. Atau mungkin hanya sekedar baca novel yang segelnya sudah tidak ada.

'Andai lo peka Ji. Pantes lo sampe sekarang ga pernah punya pacar. Kalo lo gini terus, kapan takennya?' - Ong Seongwoo

-tbc-

Kalo kalian suka ceritanya, jangan lupa vomentnya ya ♡

Before & After [ Dreamcatcher + Wannaone ] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang