"Mi, nanti malem temenin gue dirumah ya? Sekalian nobar kita, okey?"
Setelah insiden Jihoon yang berseteru dengan Daniel, yang lain segera pulang kerumah masing-masing. Kecuali Sua dan Dami yang masih nongkrong di cafe.
"Loh, kok tumben? Ortu lo kemana?"
"Ortu gue liburan ke Jepang. Tadinya gue mau ikut, cuma gue inget kalo jurnal gue masih baru 20%. Gue ga mau kena semprot miss Gahyeon. Nanti sekalian bantuin gue ya."
"Yaelah. Makanya kalo udah punya tugas langsung kerjain. Keburu-buru jadinya kan?"
Sua hanya menyengir kuda padahal Dami sudah geleng kepala melihat kelakuan teman dekatnya ini.
"Yaudah nanti gue dateng. Cuma ga janji ya, soalnya tante gue juga mau kerumah hari ini. Lo pantengin hp lo terus, mana tau gue ga jadi dateng. Jadi lo bisa ajak yang lain."
-oOo-
Sudah jam 9 malam dan Dami belum juga datang kerumah Sua. Dia sudah stay sejak tadi dengan handphone nya, namun tetap saja Dami belum memberikan kabar yang pasti.TOK TOK TOK
Suara ketukan terdengar dan sudah pasti itu berasal dari pintu rumah Sua. Sua segera beranjak dan hendak membukakan pintu untuk Dami.
"Mi, lama amat sih gue nung-"
Saat pintu sudah terbuka, yang terpampang jelas didepan mata Sua bukanlah Dami melainkan orang lain. Namun dia juga tetap mengenalnya.
"Oh, lo ternyata. Gue kirain siapa. Ada apa?"
"Gue mau ngomong sama lo. Boleh gue masuk?"
"Ya bolehlah, masa gue nyuruh lo diem diluar sih?" Sua sedikit tertawa.
"Ayo masuk."
Sua mempersilahkan temannya untuk masuk kedalam rumahnya dan duduk di ruang tamu yang cukup luas tersebut. Temannya hanya diam sambil memperhatikan seisi rumah.
"Lo mau minum apa?"
"Ga usah. Gue juga ga lama kok."
"Beneran? Oh ya, lo mau ngomong apa sama gue?"
Sua sedikit mendekati temannya tersebut, namun langkah nya terhenti ketika melihat temannya juga ikut berdiri dan menatapnya. Bahkan tatapannya lumayan tajam dan sukses membuat Sua merinding.
"Gue mau ngomong sebentar sama lo.."
Dia semakin mendekati Sua dan otomatis, Sua semakin mundur untuk menjauhi temannya.
"Gue mau ngajak lo ke suatu tempat..."
Bisa terlihat sekarang Sua mulai bergetar ketakutan. Dia tidak tahan diperlakukan seperti ini. Terasa sangat menyiksa dirinya. Bahkan dia sama sekali tidak bisa mengeluarkan suaranya sedikitpun.
"Tapi gue ga bisa ikut sama lo, jadi gue cuma pengen kirim lo doang..."
Sua semakin mundur dan mundur, namun sayang. Tanpa dia sadari-
BRUK!
-dia sudah menabrak dinding kamar mandi yang terletak tidak jauh dari ruang tamu. Temannya semakin mendekat. Dia juga mendekatkan wajahnya tepat di depan telinga Sua dan membisikkan...
"Gue bakal kirim lo ke neraka sekarang juga..."
Dengan secepat kilat, temannya mengeluarkan pisau daging dari balik jaketnya dan-
CRASH!
"AARRGHHH!!!"
-dia mengoyak kulit perut Sua cukup dalam. Sua menjerit kesakitan dan darah merembes cukup banyak sampai Sua juga memuntahkan darah dari mulutnya.
"Aah~ ini masih awal loh. Masa lo udah ambruk gitu aja? Ga seru ah. Gue malah pengen, lo liat sendiri organ tubuh lo keluar dari tempatnya setelah gue keluarin paksa."
"GI-GILA LO!! MATI AJA LO BAJINGAN!!"
"Hee? Bukannya yang bentar lagi mati itu lo ya?"
Temannya itu pun kemudian kembali mengoyak perut Sua semakin dalam.
"AAARRRGHHHH!!!"
Sua semakin menjerit kesakitan. Bahkan temannya itu malah melesatkan tangannya yang dibalut sarung tangan masuk kedalam perut Sua dan menarik paksa organ dalam yang berada disana.
"A-AKHH!! J-JANGAN.. G-GUE MOHON.."
Seakan tidak mendengar permohonan Sua, temannya itu semakin menarik organ dalamnya hingga keluar dan berceceran di lantai.
Sua yang sudah sangat syok dan kehabisan darah, langsung ambruk dilantai yang sudah dipenuhi darahnya sendiri. Dia bahkan sudah tidak sanggup untuk berteriak.
"Yaah~ akhirnya gue bisa liat organ dalam lo keluar semua."
"L-lo.... beneran.... gila..."
"Gue emang udah gila karena Siyeon. Dan itu juga gara-gara lo malah dukung Siyeon sama Daniel. Padahal lo udah janji sama gue. Jadi lo pantas mati di tangan gue."
"G-gue... ga... bermaksud.... "
Sua masih bisa berbicara walaupun sedikit. Namun kata-kata yang dilontarkan Sua, membuat amarah temannya tiba-tiba memuncak dan dengan mudahnya dia melayangkan pisau dagingnya tepat di leher Sua.
"Kalo lo ga bermaksud, lo ga bakal ngelakuin itu."
Kondisi fisik Sua sudah tidak jelas. Kepalanya hampir putus dan perutnya terkoyak lebar. Temannya lalu dengan mudahnya meninggalkan Sua begitu saja dan keluar lewat pintu belakang. Seakan-akan dia sudah kenal dengan denah rumah Sua yang lumayan luas ini.
Tiba-tiba ponsel Sua berdering dan menampakkan sms dari Dami.
"Sua, sorry gue gabisa ke rumah lo. Tante gue nginep disini. Gue ga bisa kemana-mana. Kalo lo udah baca ini, langsung telpon gue ya. Setidaknya gue nemenin lo lewat telpon. Maaf banget ya."
Setelah temannya keluar dari pintu belakang, dia melepas sepatu karet yang dia pakai ketika membunuh Sua dan diletakkan tepat di depan pintu belakang.
-oOo-
Dami sedang menunggu telpon dari Sua. Entah kenapa perasaannya sejak tadi tidak enak. Dia takut terjadi apa-apa dengan Sua namun dia tetap menepisnya dan yakin bahwa Sua baik-baik saja.
"Sua.. gue harap lo baik-baik aja."
.
.
.
"Orang pertama sukses. Korban selanjutnya....
Dami..
Gue harap lo lebih menyenangkan dari Sua.."-tbc-
Kalo kalian suka ceritanya, jangan lupa vomentnya ya ♡
KAMU SEDANG MEMBACA
Before & After [ Dreamcatcher + Wannaone ]
FanfictionBerhati-hatilah dalam bersikap. Salah sedikit dan kau akan tahu balasannya. Balas dendam bukanlah sesuatu yang bisa disepelekan. Bahkan teman terdekatmu bisa dalam bahaya. ☆Dreamcatcher x Wannaone☆ ⚠bahasakasar ⚠nonbaku 2017©laxdrey