Malam ini, Seongwoo menginap dirumah Jiu untuk menjaganya. Entah kenapa, Seongwoo mempercayai firasat buruk yang Sungwoon katakan. Awalnya Jiu menolak, namun Seongwoo memaksa untuk tetap menjaganya malam ini.
"Woo, perasaan gue ga enak." Jiu menoleh pada Seongwoo yang berada disampingnya.
"Hm? Itu cuma perasaan lo aja kok. Semua pasti baik-baik aja." Seongwoo berbohong. Dia tidak bisa menyangkal kalau perasaan yang dia rasakan ini sama seperti Jiu. Perasaan yang menunjukkan bahwa kejadian yang sama akan terulang. Namun Seongwoo tidak ingin membuat Jiu semakin merasa khawatir. Itu sebabnya dia berbohong.
"Gue harap gitu." Jiu menyender pada lengan Seongwoo. Dia sedikit menutup matanya untuk menenangkan hatinya. Seongwoo mengelus pelan rambut Jiu dan mengecup kepalanya.
'Gue juga berharap begitu.' - Ong Seongwoo
-oOo-
Dami menunggu kedatangan temannya. Dia sejenak berpikir, apa yang akan dibicarakan nantinya? Apa tentang masalah tadi pagi? Mungkin seperti itu. Tapi jika kembali membicarakan soal kematian Sua, Dami tidak akan mau membahasnya lagi.
TING NONG
Sepertinya temannya sudah datang. Dami bangkit dari ruang tamu dan segera membukakan pintu untuknya.
"Nunggu lama?"
"Ga kok. Masuk gih."
Temannya masuk mengikuti Dami dan duduk di ruang tamu. Dami menyiapkan minuman hangat untuk temannya karena dia pikir temannya sangat kedinginan sebab dia menggunakan jaket yang tebal.
"Nih, minum dulu. Lo kedinginan kan?"
Dami meletakkan minuman hangat tersebut di meja.
"Iya. Makasih ya Mi."
Dami mengangguk dan duduk disebelah nya.
"Lo dari mana? Kok bawa tas segede gitu?" Dami menunjuk tas yang dibawa temannya. Memang sangat besar ukurannya. Mungkin didalam sangat banyak sekali isinya.
"Oh. Gue baru ngambil barang di rumah temen gue. Bekas nginep."
Dami hanya ber 'oh' ria dan kembali tenang.
"Oh ya. Lo kesini mau cerita apa sama gue?"
"Gue mau cerita soal kematian Sua."
Dami melotot dan wajahnya berubah merah. Dia sudah bersikeras untuk melupakan kejadian itu. Dan temannya malah mengungkitnya kembali.
"Kalo lo cuma mau bahas itu, bagus lo pulang aja. Gue gamau ngomong apa-apa lagi soal itu."
"Tapi ini penting Mi. Lo harus tau."
"Gaada yang perlu gue tahu lagi tentang itu."
"Gue tau siapa yang bunuh Sua."
Dami seketika terdiam dan menatap lekat-lekat manik mata milik temannya.
"M-maksudnya?"
Sang teman pun menyeringai kecil.
"Yang bunuh Sua itu gue."
"Apa? Tapi... bukannya lo bilang..."
"Gue bohong di depan kalian. Bagus ga akting gue? Tenggorokan gue sampe sakit gara-gara itu. Rahang gue juga masih sakit loh gara-gara temen lo yang sok jago itu. Paling bentar lagi dia juga bakal mati. Ditangan gue."
"BANGS- hmppp!"
Belum sempat Dami berteriak, temannya sudah terlebih dahulu membekap mulut Dami. Dami meronta sangat kuat namun temannya masih dengan mudah menahannya. Tidak perlu menunggu waktu lama, Dami akhirnya pingsan total.
"Selamat datang di ambang kematian, Lee Yoobin."
-oOo-
Dami membuka matanya perlahan. Dia melihat sekeliling. Suasana rumahnya sangat gelap. Lampu hanya menerangi tempat dimana Dami berada. Lokasi Dami saat ini berada di ruang makan. Dan keadaan Dami sendiri sedang diikat di kursi makan. Bahkan mulutnya juga disumpal menggunakan kain yang tebal."Lo udah bangun?" Suara yang sangat dikenalnya memenuhi gendang telinganya. Dami mengedarkan pandangannya dan mendapati temannya sedang duduk beberapa meter darinya. Sedang mengasah pisau dagingnya.
Dami membelalakkan matanya dan meronta-ronta. Berharap ikatan tali yang melilitnya segera putus dan ia bisa lari dari kondisinya saat ini. Namun usahanya sia-sia. Melihat usaha Dami, temannya hanya tertawa layaknya iblis.
"Mau sampe botak lo ga bakal bisa lepas. Lo ga liat gue pake tali tambang?"
"Hmpph!!" Dami tidak bisa berkata apapun. Semua suara yang dia keluarkan, akan selalu berbunyi seperti itu.
Kegiatan mengasah pisau telah diselesaikan. Perlahan temannya bangkit dan mendekati Dami yang tidak henti-hentinya untuk berontak. Kesal melihat Dami terus-menerus seperti itu, temannya menjambak rambut Dami dengan kasar. Bahkan ada sekitar puluhan helai rambut yang tercabut secara paksa.
"Semakin lo berontak, semakin gue siksa lo. Mau?"
Mata Dami terlihat berair. Dia menggeleng pelan. Yang dia inginkan hanya keluar dari sini secepat mungkin. Namun sepertinya itu mustahil.
"Lo cukup diem. Gue ga akan lama kok. Semakin lo teriak, semakin parah gue nyiksa lo." Pisau yang sudah diasah tersebut, secara perlahan menghiasi wajahnya sebuah goresan. Temannya sengaja menggoresnya dengan tempo yang sungguh sangat pelan namun dalam. Bisa terbayang bagaimana luar biasa ngilu dan sakit yang Dami rasakan. Dan bohong tentunya kalau Dami tidak berteriak sedikitpun.
"HMPH!! HMPPHHHH!!!!"
"Teriakan lo kuat juga ya? Berarti lo memang mau gue siksa abis-abisan."
Masih dengan nada bicara yang sangat tenang, temannya menghempaskan kepala Dami menuju ujung tajam meja makan dalam sekejap dan kembali menarik rambutnya.
Dahi nya sudah mengeluarkan darah akibat sobekan kecil namun dalam yang terdapat pada pelipisnya. Bisa Dami rasakan, kepalanya sangatlah pusing akibat benturan keras tersebut dan tarikan tambahan pada rambutnya.
"Gimana? Enak kan? Ini masih permulaan. Yang lebih enak bakal nyambut lo sebentar lagi."
Temannya melanjutkan aksinya dengan menggoreskan kembali pisau tajamnya pada leher Dami. Tidak terlalu dalam, namun tetap secara perlahan.
Dami mati-matian tidak berteriak sedikitpun. Sang teman yang melihat Dami menahan sakit yang dirasakannya, dia kemudian menancapkan pisaunya tepat di bahu kanan Dami seolah-olah bahunya adalah daging yang hendak dimasak. Spontan, Dami berteriak lebih keras.
"HHMMPHHHHH!!!!!!"
"Hee? Makin teriak? Tunggu ya~ gue bakal siksa lo lebih lama lagi."
Dami sudah menangis dalam diam namun temannya semakin tertawa.
"Sebentar lagi, kaki lo bakal ilang dari tempatnya."
-tbc-
Kalo suka sama ceritanya, jangan lupa vomentnya ya♡

KAMU SEDANG MEMBACA
Before & After [ Dreamcatcher + Wannaone ]
FanfictionBerhati-hatilah dalam bersikap. Salah sedikit dan kau akan tahu balasannya. Balas dendam bukanlah sesuatu yang bisa disepelekan. Bahkan teman terdekatmu bisa dalam bahaya. ☆Dreamcatcher x Wannaone☆ ⚠bahasakasar ⚠nonbaku 2017©laxdrey