"Ji, ayo masak. Kasian mereka belum pada makan malam."
Siyeon menarik Jiu dari atas tempat tidur. Jiu hanya melenguh malas dan tetap menahan tarikan Siyeon supaya dia tetap berada di tempat tidur.
"Delivery aja napa. Males gue. Mager."
"Ih! Ayolaaa~" Siyeon mulai mengeluarkan aegyo nya. Jiu hanya bisa memutarkan kedua bola matanya dan turun dari tempat tidur.
"Serahlah. Buruan."
Mereka berjalan ke dapur dan melihat para cowo sedang bermain game diruang tengah. Suara-suara mereka menggema diseluruh bagian rumah jika ada yang menang ataupun kalah. Dua cewe yang lain hanya bisa geleng kepala.
Makan malam sudah tersedia dan mereka semua makan dengan lahap. Bahkan Seongwoo minta tambah sebanyak 3x dan mendapat omelan dari Jiu.
Disini mereka hanya melakukan aktivitas biasa seperti makan, sedikit bercanda kemudian seperti sekarang, waktunya tidur. Siyeon menyiapkan 2 kamar untuk temannya. Satu kamarnya dengan Jiu, kemudian kamar Seongwoo, Daniel dan Sungwoon.
Suasana rumah sudah mulai sepi karena satu persatu sudah mulai masuk ke alam mimpi. Dan tanpa mereka ketahui, salah satu teman mereka sedang dalam bahaya saat ini.
-oOo-
"Gue ga bisa tidur." Guanlin keluar dari rumahnya dan duduk di teras. Mengabaikan suasana seram khas tengah malam yang menyelimuti daerah perumahannya.
"Lo ngapain diluar sendirian jam segini?" Guanlin mengalihkan pandangannya menghadap ke sebelah kiri dan mendapati temannya berdiri tak jauh dari rumahnya.
"Eh, lo ngapain disini? Bukannya rumah lo bukan arah sini ya?"
"Cuma sekedar jalan-jalan."
"Jalan-jalan kok jam segini."
Temannya hanya tersenyum dan me dekatinya. Namun ia hanya mendekat sebatas pagar rumah Guanlin dan tidak memasukinya.
"Udah sini masuk aja."
"Ga gausah. Gue disini aja. Lagian gue ga lama kok. Gue pikir lo bakal benci sama gue setelah ini."
"Maksudnya?"
Guanlin tidak mengerti maksudnya dan lebih memilih untuk mendekat. Dan sepertinya Guanlin mengambil keputusan yang salah.
DOR!
Dengan secepat kilat, temannya menembak kepala Guanlin tanpa meleset. Membuat Guanlin terhuyung sementara dan tergeletak begitu saja dengan mata terbuka. Darah segar mengalir deras dari kepalanya.
"Gue ga nyangka suaranya bakal sekeras ini."
Dan sang teman meninggalkan Guanlin begitu saja. Keluar dari daerah tersebut untuk menghilangkan jejaknya.
-oOo-
Jiu terbangun sekitar pukul 3 pagi untuk mengambil segelas air lalu kembali tidur. Dia berjalan pelan agar tidak membangunkan yang lain.
"Kebiasaan deh. Bangun jam segini."
Jiu mengguman pelan sambil terus menjelajahi bagian dapur yang gelap untuk menemukan kulkas yang berada di ujung dapur.
DUK!
Mata Jiu seketika membulat. Suara yang cukup keras itu berhasil ia tangkap sempurna. Dan yang lebih hebat, suara itu tidak jauh dari tempatnya saat ini.
Ia ingin sekali kembali naik ke lantai dua dan memberitahu semuanya soal suara yang ia dengar. Namun rasa penasaran tetaplah membuat Jiu lebih memilih untuk melihat sendiri suara apa yang sudah ia dengar.
Perlahan Jiu keluar dari dapur dan sedikit mengendap untuk mencari asal suaranya. Ia mengikuti instingnya sendiri dan sampailah ia pada sebuah kamar kosong yang tidak jauh dari dapur.
Pintu kamar itu sedikit terbuka dan telihat sedikit cahaya yang berasal dari dalam. Jiu yakin bahwa ada seseorang yang sudah membuka jendela kamar itu secara paksa. Tapi siapa itu?
Pikiran Jiu melayang. Ia langsung teringat akan pembunuh yang sudah menghabisi nyawa teman-temannya. Ia sangat takut untuk beranjak dari tempatnya. Ia tetap diam ditempat seakan-akan menunggu ajal nya datang.
"J-jihoon?" Suaranya keluar begitu saja tanpa ia rencanakan. Ia langsung menutup mulutnya dan berharap suaranya tidak akan terdengar oleh orang yang sedang berada didalam, yang ia yakini itu adalah Jihoon. Namun sepertinya nasib sial lebih dahulu datang. Pintu tersebut langsung terbuka dan menampakkan seseorang yang membuat Jiu sangat shock. Sampai pada akhirnya Jiu tertangkap dan segera di bekap oleh orang tersebut.
-oOo-
Pagi sudah datang. Tetapi suara Siyeon menghancurkan suasana pagi yang sangat tenang ini.
"JIU?! LO DIMANA?!"
Seongwoo yang langsung mendengar teriakan Siyeon, segera bangkit dari tempatnya. Meninggalkan Daniel dan Sungwoon yang masih tertidur.
"Yeon?! Kenapa Jiu?!" Seongwoo masuk kedalam kamar Siyeon dan melihatnya sedang kebingungan mencari Jiu.
"Jiu gaada! Tadi pas gue bangun tau-tau Jiu udah ga disini. Dan gue panggilin juga ga nyaut sama sekali."
"Lo udah nyari kesemua tempat?"
Siyeon menggeleng.
"Ayo kita cari dulu. Jangan langsung panik gini. Gue juga takut Jiu kenapa-napa."
Seongwoo dan Siyeon turun kebawah dan berusaha mencari Jiu kesegala tempat.
"Lo nyari dia?" Suara yang sangat mereka kenal terdengar dari arah ruang tv yang berada di sebelah kiri mereka.
Dua orang keluar dari sana dan menampakkan Jiu yang sudah terbekap dan seseorang lagi yang sudah memegang sebilah pisau dan mengarahkannya pada leher Jiu.
"Tadi nya gue mau bunuh dia. Cuma gue pikir, bagus gue bunuh kalian semua sekaligus mumpung semuanya ada disini. Tapi ada paket spesial buat Siyeon nanti. Oh ya, Guanlin juga udah nyusul Sua sama Dami. Tunggu giliran kalian semua ya."
Siyeon dan Seongwoo tak bisa berkata apapun melihat pemandangan di depannya. Mereka sungguh tak percaya semua ini terjadi.
"Jadi selama ini yang bunuh semua itu lo,
Sungwoon?"
-tbc-
Gaada yang ketipu ya? Yaudah deh:''(
Kalo kalian suka ceritanya, jangan lupa vomentnya ya ♡
KAMU SEDANG MEMBACA
Before & After [ Dreamcatcher + Wannaone ]
Hayran KurguBerhati-hatilah dalam bersikap. Salah sedikit dan kau akan tahu balasannya. Balas dendam bukanlah sesuatu yang bisa disepelekan. Bahkan teman terdekatmu bisa dalam bahaya. ☆Dreamcatcher x Wannaone☆ ⚠bahasakasar ⚠nonbaku 2017©laxdrey