Chapter 2

259 98 78
                                    

Waktu sudah menunjukan pukul 12 malam. Naid kembali pulang ke rumah dengan wajah ceria.

"Ibu, hari ini lentera nya laku 2, loh.. Naid hebat, kan.."

"Iya, nak.. Jangan terlalu keras bekerjanya, nanti kamu sakit"

"Tidak kok bu, Naid kan kuat."

Ibu Naid tidak tau bahwa Naid begitu tertekan dengan keadaan saat ini. Ia juga berusaha agar tetap kuat di depan anaknya, meski Naid sudah tau betapa rapuhnya ibunya saat ini.

•••

Keesokkan paginya, Naid pergi mengunjungi rumah Mari. Ia ingin menceritakan masalah yang di alami. Mendengar hal itu, Bunda Mari merasa kasihan.

"Kasihan sekali kamu Naid, Frida memang orang yang kejam. Tidak punya belas kasihan. Percuma saja kaya tetapi sombong begitu."

"Ini bukan salah Bu Frida, Tante. Tapi, memang kami yang tidak mampu membayar uang sewa"

"Iya saya tau, tapi seharusnya dia berbelas kasihan sedikit, lah mengingat keuangan kalian yang sedang sulit ini."

"Naid, kamu boleh kok tinggal di sini sama aku," sela Mari.

"Terima kasih Mari, tapi pasti Ibuku tidak akan setuju kalau aku tinggal di sini."

"Ah, Bagaimana kalau kamu bekerja di toko tante, Naid? Ini bisa meringankan beban kamu."

"Tidak usah tante, saya tidak ingin merepotkan."

"Tidak apa-apa. Kalau kamu bekerja di sini kamu bisa bertemu Mari setiap hari. Bukankah menyenangkan, Naid?"

"Tidak usah tante, terima kasih. Saya akan bekerja lebih kuat lagi untuk mendapatkan uang."

Bukannya tidak mau merepotkan Bunda Mari, tapi Naid tau Ibu akan sangat marah kalau tau anak semata-wayangnya bekerja di tempat "musuh bebuyutan" nya sendiri.

•••

Ketika Naid hendak pulang ke rumah, ia melihat Bu Frida bersama ibu-ibu tengah mengerumuni penjual sayur keliling. Naid pun mendengar samar-samar pembicaraan ibu-ibu disana.

"Jeng Frida, gimana usaha suami? Lancar?" tanya Bu Alya.

"Hehe, lancar dong, jeng. Pabrik mebel nya lagi banyak costumer nih, lumayan lah uang bulanan nambah"

"Wah bagus dong jeng, terus gimana sama usaha rumah susun nya, dengar-dengar Bu Maria gak bisa bayar sewa ya, jeng?" imbuh Bu Vivi.

"Oiya ya. Hari ini saya mau ke rumah nya dia mau nagih utang. Dia itu perempuan gak tau diri, sudah nunggak hampir 2 tahun. Habis sudah kesabaran saya menunggu. Anaknya juga tidak tau di untung. Bukan kerja malah asik keluyuran aja."

"Emang suaminya kemana, sih jeng?" tanya Bu Irma.

"Kurang tau ya, dengar-dengar dia ditinggal sama suaminya, sebenarnya dia itu belum menikah. Yah palingan juga anak itu anak haram. Gak ada angin, gak ada hujan eh, tiba tiba beranak."

Mendengar itu telinga Naid pun panas. Tak terima nama baik keluarganya di injak-injak Naid pun mendatangi ibu-ibu itu.

"TANTE KALO BICARA YANG BENAR, DONG. KALAU GAK TAU APA-APA JANGAN NGOMONG SEMBARANGAN. SAYA BUKAN ANAK HARAM AYAH DAN IBU SAYA MEMANG SUDAH MENIKAH. AYAH PERGI KARENA BEKERJA. TOLONG JANGAN HINA-HINA IBU SAYA."

"HEY, NAID! KAMU MASIH KECIL SUDAH PANDAI YA MELAWAN ORANG TUA! SUDAH PANDAI MENGUPING PEMBICARAAN ORANG TUA! SINI KAMU SAYA ADUIN KE IBU KAMU!"

"Aduh sakit tante.. sakit..." Bu Frida menarik telinga Naid dengan keras dan membawanya ke rumah mereka. 

•••

Tok.. Tok.. Tok..

"MARIA BUKA PINTUMU. ANAK MU INI SUDAH KURANG AJAR SEKALI. BERANI DIA MELAWAN SAYA"

"Ada apa Bu Frida?.. Ya ampun Naid.."

"NIH ANAK KAMU. DIA BERANI MELAWAN SAYA DI DEPAN IBU-IBU. DASAR ANAK GAK TAU DI UNTUNG. SUDAH BAIK SAYA MENGIZINKAN KALIAN TINGGAL DI RUMAH INI 2 TAHUN TANPA BIAYA. SEKARANG BAYAR UTANG KAMU, MARIA. KESABARAN SAYA SUDAH HABIS."

"Tapi Bu Frida..."

"TIDAK ADA TAPI-TAPIAN. KALAU KAMU TIDAK BISA MEMBAYAR LEBIH BAIK KAMU KELUAR AJA SANA. PERGI!"

"Aduh, kaki ku..." rintih Ibu Naid.

"Ibu... huaa ibu..."

"PERGI KALIAN JAUH JAUH DARI RUMAH INI. SEMUA PERALATAN KALIAN JUGA SAYA AMBIL. SANA PERGI!"

"Bu Frida, tolong bu kasih kami kesempatan lagi..."

"Bu saya mohon bu..."

"Beri saya kesempatan lagi..."

Ibu Naid memegang kaki Bu Frida memohon demi rumah susun yang sebenarnya tidak terlalu bagus itu.

"Lepaskan. Tidak usah memohon, tidak akan saya berikan untuk kamu."

Bu Frida dengan kasarnya menendang Ibu Naid dari hadapannya.

"Ibuu.. huaa... Ibu gapapa kan?.. Maaf bu, Naid gak bisa cari uang untuk ibu.."

"Gapapa nak, Ibu gapapa. Ayok nak kita pergi."

Begitu kerasnya kehidupan Naid. Sudah 2 tahun roda kehidupannya tidak berputar. Tetap berada pada posisinya di bawah. Memang roda kehidupan tidak akan selalu berputar, ada saat nya ia akan berhenti di bawah untuk waktu yang entah kapan akan bergerak kembali.

to be continued.

Roda Yang Tak Pernah BerputarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang