Chapter 7

102 54 24
                                    

Kini, Naid sudah mulai bersekolah berkat ayah Rion.

Hari pertama sekolah.

"Anak-anak, hari ini kita kedatangan murid baru. Ayo perkenalkan dirimu." kata guru Naid.

"Na-namaku Naid. Salam kenal semuanya."

Anak-anak pun mulai gaduh karena kedatangan murid baru.

"Baiklah. Kalau begitu sekarang kamu bisa duduk di belakang, ya. Kita akan melanjutkan pelajaran kita."

•••

Kring.. Kring..

"Anak-anak, pelajaran kita sampai disini dulu, ya. Kalian boleh istirahat."

Setelah guru keluar dari kelas, anak-anak berkumpul di meja Naid untuk berkenalan. Tampaknya Naid tidak akan merasa kesepian lagi karena kini ia sudah memiliki banyak teman.

Sesampainya di rumah, Naid menceritakan apa saja yang ia alami di sekolah tadi. Ibu sangat senang sekali karena Naid akhirnya bisa bersekolah.

•••

Naid adalah anak yang cepat tanggap. Pelajaran yang diajarkan oleh gurunya bisa dengan mudah ia pahami. Teman-temannya sangat senang karena Naid sering membantu mereka mengerjakan PR. Berbeda dengan Andy. Ia tak senang dengan kehadiran Naid. Menurutnya, Naid hanya akan merebut segalanya. Dulunya, Andy juga murid pindahan. Ia juga anak yang pintar. Ia selalu mendapat peringkat 1. Teman-temannya sering belajar bersama dengannya. Andy khawatir peringkatnya akan direbut oleh Naid. Oleh karena itu, Andy bersama 2 orang temannya membuat rencana untuk membully Naid.

Ketika Naid berada di toilet, Andy dan 2 temannya mengunci Naid dari luar. Naid bingung bagaimana cara membuka kunci itu karena ia sama sekali tidak tau bagaimana caranya. Beruntung ada petugas kebersihan yang kebetulan lewat di depan kamar mandi siswa. Tak hanya sampai disitu, Andy memutuskan untuk bertindak lebih keras. Saat jam pelajaran olahraga, Andy dengan sengaja menendang bola kaki ke arah wajah Naid. Sontak Naid terjatuh dan pingsan di lapangan.  Teman-temannya berbondong-bondong menolong Naid. Ketika sudah sadar, Naid segera menemui Andy.

"Andy, kenapa kamu menendang bola ke muka ku?"

"Tidak sengaja." jawab Andy singkat.

"Benarkah? bukannya kamu memang sengaja melakukannya? Memangnya aku salah apa, sih sama kamu?"

"Kamu itu masih anak baru aja sudah sombong. Kamu merebut teman-temanku." Andy langsung menumbuk muka Naid dan dibantu oleh kedua temannya. Naid tidak bisa melawan. Ia hanya bisa berlindung di belakang lengannya.

•••

Sesampainya di rumah, wajah Naid sudah babak belur tidak karuan. Ibu kaget dan marah sekali pada Naid.

"Naid, kenapa kamu berkelahi?"

"Tidak, bu. Naid tidak berkelahi."

"Lalu kenapa wajah kamu lebam begitu? Naid, kamu itu sekolah untuk belajar. Bukan untuk jadi jagoan."

"Tapi, bu.."

"Sini kamu. Kalau tidak di beri pelajaran pasti kamu ulang lagi kembali."

Ibu Naid mengambil rotan dan mulai memukul-mukul pantat Naid.

Plak! Plak!

"Ibu, sakit bu.." Naid berteriak sambil menangis dengan keras.

Melihat anaknya menangis, Ibu Naid bukannya mendiamkan malah menyalahkan dirinya sendiri.

"Maaf, nak. Ibu memang tidak becus mengurus anak. Tidak bisa menyekolahkan kamu. Tidak bisa mendapatkan tempat tinggal. Ibu yang harusnya di hukum, nak."

Plak! Ibu Naid memukul-mukul dirinya sendiri dengan rotan.

"Tidak, bu. Sudah. Ini salah Naid. Naid janji tidak akan berkelahi lagi, bu."

"Maafkan ibu, nak.."

Dari luar jendela rumah mereka, Rion melihat semuanya. Hatinya sakit melihat Naid dan ibunya menangis.

•••

Di kantor ayah Rion.

"Ayah, boleh aku bertanya sesuatu?

"Tentu saja, nak. Ada apa?"

"Mengapa ayah memperbolehkan Naid dan ibunya tinggal di rumah susun kita? Sampai mau menyekolahkan Naid padahal kita belum pernah kenal mereka sebelumnya?"

"Nak. Kalau suatu hari nanti kita sedang berada di atas, sebaiknya kita juga membantu sesama kita yang berada di bawah. Sudah kewajiban kita sebagai manusia untuk menolong sesama yang sedang kesusahan."

"Bohong. Ayah tidak pernah berbuat seperti ini sebelumnya. Pasti ada sesuatu antara ayah dengan mereka. Ibu Naid pernah bilang kalau suami nya pergi bekerja dan tidak pernah kembali lagi. Mungkinkah ayah ada hubungan nya dengan itu?"

"Baiklah. Kamu yang memaksa ayah menjawabnya. Ayah Naid tidak pernah kembali karena memang ia sudah meninggal dunia. Ayah lah yang membunuhnya."

"Apa?!"

to be continued.

Roda Yang Tak Pernah BerputarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang