Sesal Tak Berarti

2.9K 247 11
                                    

"Rasa sakitnya masih sempurna. Dan kau! Begitu mudahnya kau bilang... 'Cobalah kau, untuk trima kodratmu... menikah dengan sorang pria dan miliki keturunan!' Enak kali kau bilang?! Oh, kini aku mengerti pun. Tiada artinya diriku, buat kau selama ini!. Hingga mudahnya. Layaknya sampah, kau buang, tak hendak kau pungut ulang setelah kau campakkan aku! Kejam kau, Nun."

Tiada sangka, tak sedetik menduga. Seorang yang sekian lama miliki tahta utama di hati Clarisa. Telah berubah, berubah jadi terasing. Bahkan pengatur seolah tiada salah tlah dia perbuat. Hingga terlontarlah kalimat-kalimat dengan nada sopran dari bibir Clarisa. Sebagai ungkapan kecewa teramat sangat.

Nuning masih kekeh mempertahan diri, dengan argumen diri. Di tahannya tangan Clarisa yang hendak berlalu pergi, membawa sejuta amarah.

"Tunggu... jangan marah!" Perintah Nuning, sedikit bernada tak tau diri. Lalu lanjutkan kalimatnya. "Pikirlah ulang... sekali lagi...  berbuat begini, sungguh bukanlah tanpa alasan. Kau bolehlah lihat aku!" Perintah Nuning, lalu menurunkan nada bicaranya. Membuat mau tak mau Clarisa luluh berkala. "Awalnya memang berat. Tapi sekarang justru hidup kau aku yang tersesat tempo dulu lah... yang kini membuat sesal, yang itu tak sedikit." Clarisa sungguh menelan geram saat ini, namun diam. "Dan kau tau kebahagiaan aku? Saat aku bersama suami dan anak lucu yang lahir dari kami. Clari, aku sangat berharap. Bahkan memohonkan do'a sangat serius... kau bisa lakukan hal serupa aku, dan lupakan kisah lampau yang pernah tercipta antara kita. Karna perlu kau tau Clari, jika ada masa yang paling aku benci adalah masa silam kau dan aku." Mendengar itu Clarisa tersenyum masam.

'Prok!... prok!... prok!'

Clarisa, mengangkat tangannya tinggi mempertemukan kedua tangan. Hingga jadi tepukan tangan cukup keras. Matanya memancarkan seluruh amarah ke arah Nuning. Wanita yang lebih dari 10thn di cintainya. Hidup bersama dengannya. Yang dulunya begitu memuja ia, sekarang bertingkah layaknya orang asing. Bertingkah layaknya orang alim, menderma pada pendosa. Seolah si Nuning, tidak punya campur tangan akan kehancuran Clarisa setelah pernikahannya dengan Arif. Bahkan tanpa memberi tahu pada Clarisa sebelumnya.

"Wah... wah... wah... tak ku sangka! Rupanya kau begitu hebat, Nun!. Hebat! Hebat! Hebat!..." mata itu jelas nanar, menahan air mata yang hendak buncah mengalir. Namun agaknya amarah pula kecewa lebih berkuasa sekarang.

Clarisa sungguh tak mengenal lagi sosok wanita yang dulu---tidak, bahkan masih sangat ia cinta. Bahkan setelah 3thn lamanya Nuning sudahlah menikah. Dan mempunyai anak gadis yang sungguh lucu. Cinta itu tak berubah. Tapi agaknya  sekarang pikiran Clarisa mulai terpukul arah, dan....

"Nun, lihat mata aku sekarang!!" Nuning yang sedari tadi memang tidak berani menatap Clarisa-pun hanya terlihat gelisah. Tentu gelisahnya yang tiada terlihat oleh Clarisa, karna kenyataannya Nuning sangatlah pandai memainkan peran antagonisnya di depan Clarisa.

Clarisa yang tampak tak lagi menahan kesabaran. "Oke!! Terserah kau saja, jika menatapku pun tak lagi sudi! Tapi... dengarkan aku baik-baik sekarang!" Bentak Clarisa, kemudian di iringi tarikan nafasnya dalam. Lalu... "Jika kau punya masa lampau, yang begitu kau sesali begitu rupa. Aku juga sama!! Masa lampau itu kau! Aku menyesal cintakan kau seperti gila! Aku menyesal butuhkan kau layaknya sorang sakau kehabisan narkoba. Dan... dan... aku menyesal kenapa harus engkau yang begitu ku cintai... bahkan sampai sekarang."

Airmatanya tak mampu lagi Clarisa tampung, mengalirlah sudah dengan bebas bak anak sungai. Terduduk ia namun tak sepenuhnya, masih tertopang oleh kedua lutut sedang kepalanya tertunduk kebawah. Menikmati urai airmatanya sampai sesak tertanam di ke dalaman kalbu.

"Rasanya begitu nikmat... kau tau?!" Ucap Clarisa. Lirih sangat lirih.

Nuning yang sedari tadi pandai ber-akting pun terlihat jelas menyeka airmatanya. Namun sebelum Clarisa menyadarinya telah pun ia seka itu dengan baik... hingga tak akan ada yang menyadari ia habis menangis.

"Ri... cobalah dulu tuk trima Amar, ku jaminkan dia pria yang baik. Akan bahagiakan kau, dia----"

Kata-kata itu. Kata-kata Nuning berhenti saat.... Clarisa mendongakkan kepalanya hingga lurus bertemu tatap dengan matanya. Mata Clarisa yang merah menusuk penuh amarah, benci dan kecewa. Menatap Nuning tanpa berpaling sejengkalpun.... lalu perlahan berdiri, berjalan ke arah Nuning, lunglai... tertatih... Nuning yang berada hanya punya jarak 1meter dari Clarisa...

"Saya- - - saya harap ini adalah pertemuan terakhir saya dengan anda NYONYA NORMAN!" Pernyataan Clarisa penuh penegasan. Penekanan.

"Clari.... maafka----"

Lagi-lagi kalimat itu putus sebelum terucap sempurna. Karna Clarisa, sudah berjalan hingga tepat sampai di antara pintu keluar kamar hotel yang di pesan Nuning, untuk pertemuan mereka. Sebelum Clarisa menutup pintunya, seolah mendengar apa yang Nuning katakan. Ia pun menoleh ke arah Nuning berdiri.

"NUNING HIDAYAH!!" Teriak Clarisa. Menatap tajam.

Membuat si empunya nama, terlinjak kaget. Lalu menatap lurus ke iris mata Clarisa.

"F**K YOU!!" Berucap begini, jatuhlah airmata Clarisa.

"I HATE YOU! NUNING!" Tajam perkatanya lebih tajam sorot pandang matanya, setelah di hapus kasar airmatanya.

BRAKK!!...

Clarisa, membanting pintu hotel itu, keras. Tiada peduli apa yang akan terjadi dengan wanita yang ia tinggal di dalam sana. Setelah sikapnya. Yang pasti mulai detik itu, agaknya status Nuning telah-pun berganti. Dari seorang yang paling di cinta menjadi seorang yang paling di benci.

Don't Leave Me¤-

Lemah sudah pertahanan kaki itu menyangga badan. Luruh ke lantai... menatapi pintu hotel yang terkunci rapat, ingin rasa berlari sekuat diri... menarik kembali seorang yang baru saja pergi. Berkata bahwa seluruh yang dia bilang itu dusta. Dia cintakan orang itu sampai seluruh hidupnya. Dia tiada mau kehilangan Clarisa, dari mulai hatinya mengenal apa itu cinta sampai detik hari ini dan seterusnya. Namun bibirnya tak mampu berucap manis lagi. Baginya mungkin begitu akan jauh lebih baik.

"Bagus, Clari. Bencilah aku, maka akan mudah bagi engkau lupakanku... Aku tidaklah pantas sedikitpun mendapat cinta kau Clari... kau terlalu indah untuk mencinta penghianat sepertiku."

Kini ikutlah jatuh seperti tubuhnya,  air di sudut matanya yang tadi hanya tertampung.

"Kau tak pantas berduka hati karna aku Clari... sekarang bahagialah... bersamalah seorang yang memang layak dapatkan berlian seperti engkau." Ucap Nuning di tengah tangisnya yang semakin deras.

"Selamat tinggal Clarisaku.... aku cinta kan engkau hingga akan tetap menjadi selamanya. Walau kini kau tiada akan pernah tau..."

TBC

Don't Leave Me (gxg)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang