Author
Ya. Hanya dengan secarik kertas aku bisa menuangkan semua yang aku rasakan. Nyatanya aku selalu lari dari kenyataan hidupku sendiri. Ah entahlah. Entah apa yang aku bicarakan. Orang-orang tak perlu tau siapa diriku. Kau yang disana hanya bisa deskripsikan aku dari tulisanku. Aku dan temanku yang ku sebut kertas dan bolpen ini.
Raa si gadis seribu misteri yang tak semua orang dianggapnya menginginkan kehadirannya lalu meninggalkannya perlahan-lahan.
Raa gadis dengan sejuta impian dibenaknya lalu hanya bisa menuangkan impian itu lewat secarik kertas berserakan dikamarnya.
Pagi ini begitu menyambut dirinya. Tapi kertas kertas berserakan itu begitu lebih penting dibandingkan dunia diluar sana.
Membereskan diri untuk pergi kesekolah untuk hari pertamanya masuk mengenakan seragam baru menandakan sudah beranjak dewasa itu.
Raa mulai memasuki sekolah menandakan masalah masalah akan terus berdatangan lagi.
Lima tahun yang lalu. Raa pernah mengalami kecelakaan yang membuat telinga kirinya harus dijahit pada bagian dalamnya. Membuat Raa sejak saat itu sampai sekarang sulit untuk mendengar dengan jelas.
Raa pun hanya menatap setiap bibir orang yang sedang bicara padanya agar dia tahu apa yang orang itu bicarakan. Cukup sulit untuk seorang Raa yang masih berumur sangat anakanak saat itu. Bahkan sekarang setelah menginjak seragam Menengah Atas pun Raa masih sulit mengartikan yang orang bicarakan hanya dengan menatap bibirnya.
Raa gadis yang selalu membiasakan dirinya sendiri. Raa sudah terbiasa dirumah bahkan dimanapun tak ada orang yang menemaninya. Bahkan orang tua.
"Antar aku ke sekolah pa!" Seru Raa pada ayahnya tapi ayah itu tak berkutit bahkan tak menjawab. Tak jarang Raa selalu pergi tanpa permisi pada mereka karna tak pernah menganggap Raa ada.
Bahkan setelah ayahnya memutuskan untuk meninggalkan ibunya. Raa semakin mengutuk dirinya sebagai penyebab itu semua. Tak jarang juga kata ingin mengakhiri hidup pun menghampiri Raa.
Kesal karna hari pertama yang tak ada spesialnya. Sama seperti hari-hari biasanya. Bahkan ayahnya tak menganggap itu sesuatu yang ada.
Raa
Ini adalah kelemahanku. Aku didiamkan semuanya mendiamkan. Mungkin karna aku sulit mendengar. Mereka seolah meyakini kalau aku tak mendengar lagi. Padahal sebelahnya lagi masi berfungsi meski tak bekerja dengan baik.
Aku menderita. Tidak aku bahagia seperti ini. Bagusla kalau mereka menganggap aku tidak ada. Kenapa tidak dari dulu saja sejak lahir aku dibuang oleh mereka. Aku tak akan merasa sakit sampai detik ini.
Lagi-lagi yang jadi teman setianya hanya kamar. Kamar yang penuh arti. Andai saja kamar ini bisa bicara. Raa pasti akan menceritakan semua isi kepalanya.
Belum ada penawar yang bisa memulihkan kembali pendengarannya itu. Bahkan sampai detik ini Raa masih menderita.
Raa begitu merindukan ayah dan ibu yang dulu sangat memperhatikannya. Raa merindukan suasana hangat yang mengantar tidur malamnya. Raa sangat butuh orang yang bisa membuatnya bangkit lagi dari setiap keterpurukan yang ia rasakan.
"Aku ingin pergi" teriak raa dalam hati tapi ia berfikir. Kalau ia pergi. Ia akan pergi kemana dengan pendengaran yang seperti itu. Ia akan membahayakan dirinya serta menyulitkan orang-orang.
Tak jarang juga Raa ingin pergi dari rumah yang setiap sudutnya itu meninggalkan kesan yang sangat ia rindukan.
***
Sebenarnya bukan cerita pertama, tapi salah satu cerita yang ingin di lanjutkan karna sempat tertunda akibat ujian sekolah dulu.
Slmt bacaa..
😣😬
KAMU SEDANG MEMBACA
Sang Suara
RomanceSosok orang yang bisa memperbaiki pendengaran sekaligus perasaan ku. suara terbaikku. suara yang selalu terdengar ditelingaku. alunan nada yang tak henti menghipnotis ku. aku percaya entah di kehidupan ini entah tidak. suara itu akan menjadi milikku...