4. I want you

36 4 0
                                    

"Love?Rahma kamu.." tatap Raa curiga.

" ahaaa Love. Aku punya pacar jarak jauh yang mungkin memang udah berakhir detik ini juga. " jelas Rahma dengan wajah lusuhnya.

" Apa? Sekarang?"

"Iyaa tau ngak Raa. Ternyata bukan aku satu satunya perempuan yang ada di hidupnya." Jelas Rahma lagi.

" yaiyaa la Rahma. Dia punya ibu perempuan. Kakak atau adik perempuan. Nenek perempuan.."ledek Raa tertawa senang untuk pertama kalinya setelah bisa mendengar jelas. Bertepatan sebelum Rahma mulai mau bicara tentang pasal pasal tentang apa.

" Raa bukannn.. aku bukan satusatunya pacar nya."

Jlebb..

"Apaa??"

" dan kamu tau lagi Raa. Ini udah jauh lama sebelum aku pacaran sama dia. Ternyata aku cuma selingannya dia" rengek Rahma ditengah tengah keramaian orang.

"Gawatt bgtt tu orangg."

"Raa masa iya pacarnya ngirim aku pesan kalau aku ngerebut Irshan darinya. Aku ngak tau kalau dia uda punya pacar sebelumnya. " rengek Rahma lagi mulai meremas tangan Raa kesal.

" udah dongg Rahma. Ikhlasin aja. Masi sekolah jugaa. Udah dongg. Nanti pasti banyak yang ngantri abis Irshan yg kamu bilang itu. " ucap Raa menenangkan Rahma.

"Untung sajaa. Untungg sajaaaaa telinga ini berfungsi bagus. Aku jadi ingin lagi. Dimana aku bisa temukan suara itu lagi. Aku ingin dia." Bisik Raa dalam hati disela sela menenangkan Rahma

"Yauda pulang yuk. Besok lagi. Kali aja besok ada yang baru lagi. Kamu cantik. Manis. Baik. Gausah takut. Nnti juga datang sendiri." Jelasnya lagi pada Rahma.

Mereka pun pulang. Rahma terus memasang wajah cemberutnya sepanjang perjalanan pulang.

Tapi Raa..

Malah membayangkan suara itu lagi.


Author

Ketika dia datang tanpa diketahui kapan berjalannya. Maka detik itu juga aku ingin menghentikan semua. Tak ingin mengakhiri begitu saja. Tak ingin melewati setiap dentuman indah yang menyayat jiwa siapa saja yang mendengarnya. Aku adalah salah satu dari mereka penikmat nadanya.

***

Raa mulai masuk kerumah dengan senangnya. Raa seakan belum percaya kalau telinga itu benar-benar berfungsi kembali. Tapi baru selangkah dia masuk pintu kamarnya.

Suara hempasan dari Kamar ayah dan ibunya terdengar sangat riuh.

Raa berlari kecil melihat kesana. Bersembunyi dibalik dinding yang memisahkan kamar itu darinya. Mendengarkan setiap kata yang terdengar begitu menyakiti ibu nya.

Raa meremas keras seragamnya itu. Kemudian menekan kedua telinganya pertanda sudah tak tahan dengan apa yang didengarnya.

Padahal baru saja ia akan memberitahu mereka tentang kesembuhan itu. Tapi malah ini yang pertama kali ia dengar dirumah. Membuatnya menyesal sudah sembuh lagi. Membuatnya ingin menghempaskan kepalanya kedinding yang disandarinya.

Berlari lagi kekamar dan menghempaskan tubuh kecil itu ke ranjangnya. Lagi lagi bahkan setelah sembuh pun. Hanya itu saja yang ia dengar dari ayah dan ibunya.

***

Suara ribut itu sudah tak terdengar lagi. Raa terbangun dengan mata sembab dan masih mengenakan seragamnya. Tubuhnya seakan rapuh tak berdaya menahan beban yang ada di otaknya saat itu.

'Aku ingin pergi' bisik Raa menyusuri setiap ruang yang ia lewati melihat siapa saja yang ada dirumah. Dan benar. Tak ada orang.

Kini perutnya pun mulai terasa lapar karna sejak siang tadi belum dimasuki apapun. Raa pun keluar dari rumah kosong bak rumah hantu itu.

Menyusuri setiap jalan yang ia lewati dan melihat diujung jalan sana ada keramaian. Raa pun mendekati nya.

Is this the real life? Is this just fantasy?
Caught in a landslide, No escape from reality
Open your eyes, Look up to the skies and see,
I'm just a poor boy, I need no sympathy
Because I'm easy come, easy go, Little high, little low
Any way the wind blows doesn't really matter to me, to me

'Suara itu..' bisik Raa dalam hatinya dan semakin membuatnya penasaran ingin mendekatinya.

Mama, just killed a man, Put a gun against his head
Pulled my trigger, now he's dead
Mama, life had just begun
But now I've gone and thrown it all away
Mama, ooh, Didn't mean to make you cry
If I'm not back again this time tomorrow
carry on, carry on as if nothing really matters

Benar saja suara itu adalah penawarnya tadi siang. Orang yang membuatnya sembuh dan sakit lagi setelah kembali kerumah. Jengkelnya mengingat kejadian tadi siang dirumahnya.

Ingin sekali Raa menyapanya dan berbicara langsung dengan pria hitam manis yang menyembuhkan dirinya tanpa sepengetahuannya itu. Tapi canggung sekali rasanya. Mereka baru saja ditempatkan di satu kelas. Jika Raa mendekatinya sekarang . Entah apa yang dipikirkan pria itu.

Dan lagi hanya dari jarak agak jauh saja Raa mendengar dan memperhatikan pria itu bernyanyi dengan teman-temannya yang sepertinya Raa pernah liat dikelasnya.

Rully memang biasa berkumpul dengan teman-teman dekatnya. Membawa gitar kesayangannya. Bernyanyi sepanjang hari kalau tidak ada yang menarik lagi dihatinya. Rully senang bermusik. Walau dari penampilannya pun orang tidak akan percaya kalau rully seorang pemusik hebat.

Rully pun terus menyanyikan lagu demi lagu. Membuat Raa dari kejauhan hanyut dan melupakan yang terjadi dirumah tadi.

Angin malam terasa sangat mencekam dirinya kini. Rasa laparnya pun semakin tak tertahankannya. Raa pun berbalik meninggalkan rully yang tak menyadari keberadaan Raa.

Kini kaki nya kian jauh melangkah. Dan memikirkan lagi kepergiannya akan menambah kacau suasana dirumah nanti. Berhenti sejenak memikirkan kepergiannya. Sembari menatap langit yang sama sekali tidak ada bintang dan bulan itu. Angin yang menghembus dirinya seakan menandakan akan turun hujan.

Dan benar saja.

Raa berbalik menuju rumahnya. Dengan berlari kecil walau terkena hujan juga. Raa segera pulang.

***

Sampai dirumah kosong yang ia tinggalkan tadi. Raa pergi kedapur untuk melihat apa yang ingin ia makan. Ibunya masih mengingat dirinya. Makan ternyata sudah disiapkan ibunya sebelum pergi.

Raa pun mengambil dan memakannya. Dengan mata yang berkaca dan semakin membuatnya berfikir tenang. Membuat air mata yang ia tahan semakin mengalir .

Raa merindukan mereka duduk diantaranya dan menemaninya makan seperti dulu.

Setelah selesai makan. Baju yang masih basa dipakainya itu pun ia ganti sebelum tidur. Dan setelah menggantinya dan duduk ditepi kasur menatap langitlangit kamarnya.

Mama, just killed a man, Put a gun against his head
Pulled my trigger, now he's dead

'Suara itu..' ucap Raa ketika tibatiba mendengar suara rully bergema ditelinganya. Bagaimana mungkin Rully berada dirumahnya kini.

Memeriksa rumah meyakinkan tak ada orang selain dirinya.

Mama, life had just begun
But now I've gone and thrown it all away
Mama, ooh, Didn't mean to make you cry
If I'm not back again this time tomorrow
carry on, carry on as if nothing really matters

Raa menggeleng tak habis pikir sedang berhalusinasi seolah rully ada disana dan bernyanyi. Padahal tidak. Dentuman nada itu terus terdengar ditelinga Raa. Menemani nya di kesendirian sepanjang malam sampai ia tertidur.

'Aku ingin dia disini...' sebutnya ketika terus mendengar suara rully terus bernyanyi menenangkan hatinya.

Malam semakin larut. Dan suara itu perlahan hilang sembari raa yang mulai memejamkan matanya.

***


Slmt baca😌

Sang SuaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang