Teman

172 13 0
                                    

"Jackson?!"

Bambam kaget dan panik. Sosok yang tergeletak di jalan dengan luka yang tidak sedikit dan ada di depan matanya adalah orang yang sangat di bencinya. Tapi Bambam bukan orang yang pendendam, justru ia sangat tidak tegaan. Apalagi menemukan orang yang penuh luka seperti Jackson saat ini, meninggalkannya begitu saja hanya karena benci ia bisa di rundung rasa bersalah selamanya.

Bambam menepuk-nepuk pipi Jackson pelan, ia memastikan apa Jackson masih sadar. Jackson masih bergeming, sudah pasti Jackson masih tak sadarkan diri.

---

7.01 Malam.

Isi kotak P3K bertebaran dimana-mana, tangan Bambam masih telaten mengobati luka Jackson.
Ia sudah kembali ke apartement nya, dengan kondisi masih berseragam dan belum mandi. Ia tidak bisa mengutamakan acara mandinya, karena manusia yang terbaring di atas sofa di depannya
sedang terluka parah. Jika tidak diobati lukanya bisa infeksi. Bambam menghilangkan sementara rasa bencinya terhadap Jackson, jika tubuh itu diam saja dirinya tidak mungkin di usili.

"Lukanya banyak sekali, Bamie-ya kau sudah oleskan obat merah sebelumnya kan?" tukas Youngjae yang sedari awal memperhatikan Bambam. Youngjae pernah ikut ekstrakulikuler PMR jadi ia tahu cara benar mengobati luka, karena itu ia memberikan pengarahan pada Bambam.

"Sudah." sahut Bambam beralih mengganti perban sebelumnya di pipi Jackson yang sudah kotor, ia membukanya perlahan dan terlihat bekas memar seperti tamparan yang semakin jelas karena tertumpuk oleh luka baru.

Bambam memandang bekas luka itu dan luka yang lainnya. Perban menempel hampir di seluruh tubuh Jackson, mulai dari tangan, Kaki, area perut dan yang paling banyak ada di bagian wajah terutama bibir dan pipi. Ia berfikir pasti rasanya sangat sakit. Tapi apa berandal seperti Jackson bisa merasakan sakit? Bukankah luka-luka itu karena hasil balap liar?

"Bagaimana bisa dia terluka seperti itu?" tanya Youngjae masih berdiri memperhatikan aktivitas Bambam.

"Aku tidak tahu, pulang dari supermarket di jalan aku langsung menemukan dia berjalan gontai lalu langsung tergeletak di pinggir jalan."

"Lukanya cukup parah, apalagi di bagian wajahnya. Bajunya juga sobek tidak karuan seperti itu. Jangan-jangan dia preman jalan?" Youngjae memandang Bambam yang di balas pandangan datar oleh Bambam.

"Ngaco ah, memang sih wajahnya garang dan ngeselin. Tapi dia ini temanku di sekolah."

"Hah? Temanmu? Kau punya teman disini?" tanya Youngjae tak percaya. Bambam sangat jarang bisa punya teman dengan cepat, apalagi seorang pria. Sejak di Busan pun Bambam hanya punya 2 teman saja.

"Ehh dia temanku tapi aku sangaattt benci padanya."

"Ya- kau benci dengannya tapi 2 jam yang lalu meneleponku dengan nada panik, menolongnya dan telaten mengobati lukanya.. apa itu bisa disebut benci?"

"Anii.. Itu karena dia penuh luka! Aku bisa bersalah selamanya jika acuh membiarkannya."

"Hmm benarkah..? Siapa namanya tadi, Jackson? Dia lumayan tampan.."

"Yaa!! Apa maksudmu bilang begitu!?"

Youngjae nyengir, Bambam mempoutkan bibirnya kesal. Bisa-bisanya disaat seperti ini Youngjae menggodanya?

2 menit berlalu, Bambam selesai dengan tugasnya. Jackson sudah diobati dan sedang tidur damai.

"Dia mungkin akan siuman besok pagi." ucap Youngjae melipat kedua tangannya.

"Ya, tidak buruk kan aku mengobatinya?" Bambam memuji hasil kerjanya sendiri. Youngjae tertawa pelan.

"Tentu saja, kan aku yang mengarahkanmu."

BAD BOYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang