Bambam berdiri didepan kios. Memandang lalu lalang orang yang melewati kiosnya. Bambam masih syok dengan kalimat Jackson semalam. Dua kalimat yang diucapkan pria menjengkelkan dengan wajah malunya itu masih terngiang di telinganya.
Jackson merindukan dirinya?
Tidak mungkin. Bambam masih tak percaya. Si pria yang sangat menjengkelkan baginya itu merindukan dirinya? Lucu sekali. Mahluk apa yang merasuki jiwa Jackson semalam?
Bambam tak menanyakan alasan kenapa Jackson bisa merindukan dirinya. Karena setelah dua kalimat 'syok' itu. Suasana langsung berubah canggung dan Bambam lekas pergi meninggalkan Jackson karena Ibu Cha memanggilnya.
Sampai detik ini pun rasanya Bambam canggung mengobrol dengan Jackson. Sekedar melihat wajahnya saja Bambam merasa sangat canggung. Bambam merasa jantungnya berdetak agak cepat saat melihat wajah Jackson. Menepis fakta jika ia sebenarnya merindukan Jackson juga.
"Apa maksudnya ya?"
"Hn, apa?"
Bambam kaget. Suara lain menyahuti gumamannya. Ia menoleh kearah sosok disampingnya, dan lagi-lagi harus memalingkan wajahnya cepat melihat sosok disampingnya adalah Jackson.
"Ibumu menyuruhku menunggu pembeli denganmu." Jackson memasang celemek biru ke pinggangnya. Bambam membeku, pandangannya sama sekali tak menoleh pada sosok disampingnya yang sibuk mengikat tali celemek.
'Aduh, canggung...' batin Bambam berteriak. Tidak bisa begini, tidak boleh diam saja. Bambam harus mengobrol bagaimanapun kejadian semalam membuat rasa canggung yang menjengkelkan ini muncul.
"Syukurlah."
Bambam terkesiap, Jackson yang memulai obrolan.
"Kau baik-baik saja."
Bambam sama sekali tak memalingkan wajahnya, namun tubuhnya masih merespon rasa terkejutnya.
"Sejak aku tak melihat wajahmu terakhir kali dari rumah sakit saat itu, aku sangat khawatir. Kenapa kau tidak segera kembali kesekolah seperti biasa."
Bambam masih enggan berpaling, namun telinganya masih ingin menyimak obrolan.
"Youngjae selalu mengabariku kalau kau baik-baik saja. Dia bilang lebih baik aku tak menemuimu sampai kau sembuh. Ternyata selama kau pulang kekota ini, semua yang dikatakan maniak anjing itu bohong."
Bambam terkejut, "Youngjae membohongimu? Demi apa? Aku sudah bilang padanya untuk menyampaikan pamitku padamu."
"Kenapa kau tidak mengatakannya sendiri?" Jackson memandang Bambam yang masih menatap lurus kearah lalu-lalang orang.
"Jika kau mengatakannya sendiri aku tidak mungkin sekhawatir ini padamu!"
Bambam akhirnya memalingkan wajahnya, ia agak kesal mendengar nada bicara Jackson yang menyalahkan dirinya lagi, "Kenapa aku harus repot-repot berpamitan padamu? Aku bukan siapa-siapamu dan apa pentingnya?"
"Karena kau aku jadi gelisah sendiri dan akhirnya nekat kemari menemuimu!"
"Hoo dan kenapa kau sangat bersikeras menemuiku? Kenapa kau repot-repot mencari rumahku Jackson Wang?!"
"Karena aku gelisah!" Jackson membuang muka. Bambam terdiam.
"Aku khawatir. Tak melihat wajahmu berminggu-minggu membuatku frustasi." Jackson meremas rambutnya kesal, "Pola makanku kacau, aku tidak selera balapan, setiap hari aku seperti orang bodoh saat kau tak ada."
Bambam terdiam, ia masih memandang Jackson.
"Aku juga tidak tau kenapa dengan nekatnya pergi kesini hanya untuk melihat keadaanmu! Kau memang bukan siapa-siapaku. Tapi kenapa aku bisa serepot ini hanya karena ingin melihat wajah bodohmu itu. Aku... tidak tau kenapa." Jackson kesal.
KAMU SEDANG MEMBACA
BAD BOY
FanfictionBerandalan yang kolotnya minta ampun, tak ada yang bisa menuntunnya ke jalan yang benar. Namun kedatangan seorang gadis berisik merubah semua kehidupannya.