Masa lalu yang pahit

150 11 4
                                    

Senja sudah hampir tampak. Langit yang tadinya biru cerah berubah lambat laun menjadi merah mega.

Taman bermain hampir sepi, semua pengunjung sebelumnya sudah lama beranjak pergi dari sana.

Namun tidak dengan sepasang kekasih tak jauh dari wahana Bianglala. Seorang gadis manis berambut merah pendek sebahu sedang memeluk lengan pemuda berambut hitam tinggi di sampingnya dengan manja, pemuda itu sepertinya tak keberatan sama sekali dengan perlakuan manja gadisnya.

"Aku sangat senang kita bisa kesini Yugyeom-ah." ujar gadis itu tersenyum.

Pemuda bernama Yugyeom itu menoleh ke samping, memandang gadisnya. "Ya, aku juga sangat senang bisa bersamamu seperti sekarang ini, Bambam."

"Aniyaa kenapa kau memanggilku dengan nama biasaku? Kenapa tidak memanggilku dengan panggilan seperti biasanya?" ujar gadis itu dengan memanyunkan bibirnya lucu. Gadis bernama Bambam itu merasa aneh saat Yugyeom tak memanggil dirinya dengan panggilan sayang yang biasa di gunakannya.

Yugyeom mengacak gemas poni merah Bambam, "Arraseo arraseo... Himi-ya!"

Bambam tertawa, ia sangat senang bisa menghabiskan waktunya seharian ini bersama Yugyeom, kekasihnya. Lebih tepatnya ia sangat bahagia sekarang.

Yugyeom mendongak keatas melihat bianglala yang berputar.

"Ne, Himi-ya?"

"Hm, wae?"

"Kenapa kau tidak mencoba naik bianglala itu?" Yugyeom memandang bianglala di depan mereka, Bambam melihat arah pandang Yugyeom.

Raut wajah Bambam berubah ragu, "Aniyaa, aku takut ketinggian Yugyeom-ah... Kau juga sudah tahu itu 'kan?" ucapnya memandang kekasih yang lebih tinggi darinya di sampingnya.

"Ku mohon, ini yang terakhir kalinya aku memintamu melakukan ini. Aku ingin kau naik bianglala itu Bam." Yugyeom menatap Bambam berusaha meyakinkan.

"Oke, aku mau naik jika bersamamu."

"Tidak, kau harus naik sendirian."

Bambam membelalakkan matanya, "Yaa kenapa sendirian? Aku bakal lebih takut lagi! Naik bersamamu saja sudah takut apalagi naik sendirian keatas sana?"

"Tidak bisa. Kau harus naik kesana sendirian saja, tidak bersamaku." ujar Yugyeom.

Bambam memasang wajah penasaran, "Hah... Lagipula untuk apa aku harus naik ke wahana itu..."

"Untuk kejutan."

Bambam terkesiap, maniknya memandang Yugyeom yang tersenyum manis padanya.

"Ada kejutan dariku untukmu. Dan akan ku beritahu jika kau mau naik bianglala itu."

"Katakan saja sekarang disini! Aku sangat penasaran!" pinta Bambam senang.

"Bukan kejutan namanya jika langsung ku beritahu disini."

Bambam berhenti meloncat senang, ia memandang takut bianglala di depannya yang sedang berputar. Tak selang lama ia kembali memandang Yugyeom yang masih menatapnya.

"Haruskah aku naik kesana?"

Yugyeom mengangguk.

Bambam memandang bianglala lagi. Ia menggigit gemas jarinya.

Yugyeom menggenggam tangan Bambam, si pemilik tangan sedikit terkejut dan menatap Yugyeom dengan bingung.

"Percaya padaku Himi-ya, tak apa. Naiklah saja kesana. Kau pasti akan terkejut dengan kejutanku." ujarnya dengan senyum yang manis.

Bambam meleleh dengan senyuman itu. Senyum manis terukir di wajahnya, ia langsung memeluk Yugyeom erat lalu melepasnya.

"Aku mencintaimu." bisik Yugyeom pelan.

BAD BOYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang