"Jinyoung, kuserahkan tugas recab kegiatan osis padamu ya."
Jinyoung mengangguk patuh setelah Nickhun memberinya setumpuk buku besar. Nickhun menatap gadis didepannya heran, "Apa kau begadang? Wajahmu pucat sekali Jinyoung-ssi."
Jinyoung terkesiap, "Ah... aniya. Aku baik-baik saja."
"Jangan memaksakan dirimu menyelesaikan laporan itu. Batas akhirnya masih lama kok. Kesehatanmu lebih penting." nasihat Nickhun yang dibalas anggukan kecil dari Jinyoung.
Bel terdengar, jam istirahat sudah berakhir. Jinyoung pamit pada Nickhun dan pergi. Ia berjalan pelan melewati koridor. Karena melamun ia jadi tidak fokus pada jalan dan tak sengaja hampir menabrak seseorang didepannya.
"M-Maaf!"
"Jinyoung?"
Jinyoung mendongak, ia melihat Jaebum menatapnya dengan khawatir.
"Kau tak apa 'kan? Tak ada yang terluka?" Jaebum memastikan kondisi Jinyoung. Jinyoung membalasnya dengan gelengan pelan, "Aku tidak apa-apa Jaebum-ssi."
"Wajahmu sangat pucat, kau yakin baik-baik saja?"
Jinyoung membalasnya hanya dengan anggukan pelan. Jaebum tahu sebab galaunya Jinyoung. Namun ia hanya pura-pura tak mengetahui apapun.
Hening. Tak segera mendapatkan jawaban, Jaebum kembali bersuara.
"Jie?"
Jinyoung terhenyak. Panggilan itu, pangilan yang pertama kali Jackson berikan padanya. Jinyoung mendongak, matanya berkaca-kaca. Sebulir air bening meluncur dari pipinya. Dan Jaebum terkejut melihat reaksi Jinyoung yang tiba-tiba menangis.
"J-Jie?! K-Kau kenapa? Ada apa?!" Jaebum panik melihat Jinyoung menangis. Ia tahu alasannya, tapi melihat reaksi Jinyoung yang menyedihkan seperti saat ini membuatnya merasa panik dan agak bersalah.
Jinyoung masih menangis. Ia terisak. Semua buku yang dibawanya jatuh berserakan dilantai.
.
Jaebum meletakkan air putih dimeja. Ia berada di UKS. Melihat kondisi Jinyoung, ia memutuskan untuk membawanya ke UKS. Jaebum memandang sosok yang berbaring diatas kasur. Sosok itu terlihat sangat menyedihkan. Jaebum tak menyangka jika dampaknya bisa separah ini pada Jinyoung.
'Jinyoung masih sulit merelakan Jackson. Dan itu artinya, dia masih mencintai berandalan itu.' batin Jaebum menebak sendiri.
Ini memang menyakitkan, tapi hanya melalui cara ini Jinyoung bisa ia miliki. Rasanya kejam tapi Jaebum tak punya pilihan lagi. Ia sangat menginginkan Jinyoung.
Keheningan menyelimuti ruangan. Jaebum merasa ambigu. Saat Jaebum akan melangkah pergi, suara yang pelan menghentikan langkahnya.
"Terima kasih..."
Jaebum menoleh.
"...sudah nembawaku kesini Jaebum-ssi."
Jinyoung membalikkan tubuhnya kemudian berusaha duduk. Matanya masih bengkak dan wajahnya pucat. Ia memandang Jaebum yang memandangnya juga.
"Maaf aku tiba-tiba menangis dan membuatmu panik hehehe..." Jinyoung tersenyum.
'Senyum palsu' batin Jaebum.
"Tidak apa kok. Kau mungkin teringat sesuatu yang menyedihkan dan tak bisa menahannya."
Jinyoung terdiam, "Ya. Sangat menyedihkan."
Jaebum bungkam. Ia menunduk.
"Jie... jika kau butuh teman curhat, curhat saja padaku. Aku akan mendengarkannya." ujar Jaebum pelan.
KAMU SEDANG MEMBACA
BAD BOY
FanfictionBerandalan yang kolotnya minta ampun, tak ada yang bisa menuntunnya ke jalan yang benar. Namun kedatangan seorang gadis berisik merubah semua kehidupannya.