Rumah baru

9 5 0
                                    

    “bagaimana tuan ? apakah ini sesuai dengan selera anda ?”tanya seorang penjual pada pembeli dihadapannya.
“ya saya sangat suka rumah ini, ini mirip dengan rumah kakek dan nenek saya”

     “baguslah kalau begitu”
“berapa harga yang anda jualkan pada saya ?”
“60 juta Core”
“baiklah saya beli”

     Haris mengambil sesuatu dari dalam saku celananya dan berkata.
“ini cek sebesar 60 juta Core”
“senang berbisnis dengan anda, kalau begitu ini kunci dan surat surat penting mengenai rumah ini”

    Penjual memberikan sebuah map pada Haris.
“sampai jumpa lagi”
Si penjual lalu pergi keluar dari rumah tersebut dengan ekspresi bahagia yang terlihat jelas di wajahnya.

****

    “ibu, aku besok akan pindah dari sini boleh ?”
“pindah ? mau kemana ?”
“aku sudah membeli rumah kemarin di Seinburg dari uang hasil tabunganku”

    “begitu rupanya… ya, tentu tapi sesekali berkunjunglah kemari, rumah ini akan selalu menerima kedatanganmu”
“ya pasti”

    Haris berdiri melangkah menjauh dua kali lalu berbalik dan berkata.
“oh ya... aku akan mengemas barang – barang yang akan kuperlukan disana bisakah ibu membantuku”

    Ibu mengangguk dan tersenyum mendengar itu lalu mengikuti Haris pergi kekamarnya.

****

    “terima kasih bu sudah membantuku disini”
“ya, itulah yang dilakukan seorang ibu pada anaknya. Rumah ini bagus kamu pandai memilihnya hanya saja tidak ada rumah lain disekitarnya”

    “ya ibu benar di sini orang yang tinggal hanya sedikit hanya ada beberapa keluarga disekitar sini”
“yah… semoga kamu betah tinggal disini. Kalau begitu Ibu pulang dulu berhati – hatilah, oh ya... ibu sudah siapkan makanan didapur… makanlah bila kamu lapar”
“terima kasih, sampai jumpa”

    Setelah Ibunya pergi Haris masuk kedalam rumah dan mulai beres – beres. Hari ini dia ijin kepada kantor tempatnya bekerja dan tempatnya kuliah. Rumah yang dibeli Haris adalah sebuah pondok kayu sederhana yang didalamnya terdapat 5 ruangan.

    60 juta Core adalah harga yang pas untuk rumah ini karena di Seinburg harga untuk sebuah rumah cukup mahal sehingga beruntung bisa mendapat harga seperti itu.

    “akhirnya selesai. Sudah sore rupanya, besok aku harus sedikit lebih berjuang keras”

****

    “Rud, kemarin apakah ada tugas yang diberikan ?”
“ah… iya, tugas itu diberikan secara berpasangan. Kamu berpasangan denganku lalu tugasnya membuat film pendek mengenai lingkungan dan anak – anak”

    “hmm.. begitu rupanya”
“tugasnya dikumpulkan minggu depan, kapan kita akan memulainya ?”
“besok saja bagaimana ? besok hari minggu”
“oke”

    “besok datanglah kerumahku disisi barat, kalau kamu naik angkutan umum naiklah bis no. 73 lalu turunlah di halte rose. Aku akan menjemputmu disitu”
“baiklah”

   Sesuai instruksi temannya itu Rudi sudah sampai di halte rose. Alasan mengapa disebut rose karena disampingnya terdapat beberapa tanaman mawar yang tumbuh subur.

    Tak berapa lama Haris muncul dengan motornya untuk menjemput Rudi.

    “jadi ini rumahmu ris ? bagus aku menyukainya ? kamu tinggal dengan siapa disini ?”
“disini ? aku tinggal sendiri kau ingat bukan kemarin aku izin”
“ah ya”
“kita akan membuat film itu disini”

    Rudi melihat – lihat pajangan dan beberapa foto yang ditempel di dinding, sebuah foto menarik perhatiannya adalah foto yang dipajang diatas perapian. Foto itu menampilkan Haris bersama dengan pengguna Kristal lainnya.

    “apa ini foto teman - temanmu ris ?”
“ya itu teman SMPku”
“oh… gadis bermata merah ini rasanya aku pernah melihatnya”
“kamu tidak mengenalnya ? itu Olivia”
“Olivia ? maksudmu model itukan ?”
“ya begitulah”

    “wah aku tidak menyangka kamu berteman dengannya”
“sudahlah, Rud ! bisakah kau tunggu sebentar disini ?”
“memangnya kamu mau kemana ?”

    “aku mau kerumah temanku dulu untuk memintanya membantu kita menyelesaikan tugas ini”
“aku tidak enak diam sendiri disini bisakah aku ikut ?”
“baiklah”

    Teman yang dimaksud Haris adalah Radit karena Radit mengambil perfilman sehingga mungkin dia dapat membantunya.

Tok…tok…tok…
    “Radit, ini aku Haris. Kau ada didalam ?”
Tak ada jawaban, beberapa kali Haris melakukannya tapi tetap sama saja.
“lho… ada apa kamu kemari ris ?”

   Sebuah suara akrab terdengar dari belakang ternyata itu Radit.
“aku ada perlu bisakah kau membantuku ?”
“yah… tentu tapi tunggu sebentar sampai aku beres menyimpan ini. Dan siapakah kamu ?”
“maaf aku belum memperkenalkan diri. Namaku Rudi aku teman kuliah Haris”

   “oh… begitu. Senang bertemu denganmu namaku Radit”
Menjabat tangan Rudi lalu Radit membukakan pintu dan menyimpan barang yang dibawanya.

   “jadi ada apa kamu datang menemuiku ris ?”
“ah… itu, aku ingin minta bantuanmu. Untuk membuat film pendek bertema anak – anak”
“oh… begitu”

   Kamar yang disewa oleh Radit tidak terlalu luas namun cukup nyaman bila kita sudah terbiasa.

    “membuatnya gampang sih, tapi dimana kita membuatnya ?”
“aku tahu tempat yang bagus untuk dipakai”sahut Haris.
“baiklah kita pergi jangan buang – buang waktu”

    Haris mengajak Radit kedanau yang tidak jauh dari rumahnya. Haris juga mengajak anak anak yang sering bermain dekat danau tersebut.

    Dengan bantuan Radit tugas film itu dapat selesai dan dikumpulkan tepat waktu. Pada saat penampilan di depan yang lainnya film tersebut mendapat banyak tepuk tangan. Terima kasih Radit !

****

    “Permisi, apakah anda menge-nal orang ini ?”memperlihatkan foto wajah seorang lelaki pada wanita dihadapannya.
“maaf aku tidak mengenalnya”jawab wanita tersebut lalu lekas pergi.
"aku masih belum menemukannya yang mulia. Anda berada dimanakah tuan ? kami memerlukan pertolongan anda"

****

.
.
.
.aku harap readers tidak bosan membacanya... Ingat vomen ya
Salam...

The Magic Crystal II : To The Rescue (Ongoing) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang