Bab Tujuh

131 7 0
                                    

Debu jalanan yang menyesakkan dada membuat Rere harus menutup mulut dengan kedua tangannya. Helm yang melindungi wajahnya tak berpengaruh banyak. Masih ada celah yang membuatnya terbatuk beberapa kali.

Dengan berat hati, Rere menerima usulan Briyan agar Raffa mengantarnya pulang. Dan sejak itulah ia merasa kurang  nyaman. Gelisah tak menentu.

Raffa memacu motornya dengan kencang. Sering kali lelaki itu menyalip kendaraan di sekitarnya. Tak ayal, Rere pun merasa kesal. Ini bukanlah perjalan yang menyenangkan.

Rere menatap punggung Raffa yang lebih tinggi darinya. Ingin rasanya ia mencekik leher lelaki itu dari belakang dan menyuruhnya agar berhati-hati. Ini jalan raya, bukan arena balapan.

Namun, itu hanya ada di pikiran gadis itu. Mana mungkin ia mencekik Raffa. Malah nyawa mereka berdua yang akan melayang nantinya.

"Rumah lo di mana?" Raffa bertanya setengah berteriak.

Rere menoleh. Benar juga. Ia belum memberitahu Raffa arah rumahnya.

"Di kawasan Komplek Keramik Putih," jawab Rere.

"Itu dimana? Gue nggak tau." Raffa berteriak lagi. Ia pun menaikkan kaca helmnya dan menatap Rere melalui kaca spion.

Rere balik menatap Raffa. "Searah sama Balai Kota."

Raffa menggeleng. "Gue nggak tau."

Rere menepuk helm Raffa. "Lo udah berapa lama tinggal di sini, heh?"

Raffa pun berdecak. "Cerewet amat lo jadi cewek."

Sekali hentak, ia menutup kembali kaca helmnya. Motor itu melaju kencang dan menepi di sebuah gang.

"Ngapain berhenti?" Rere bingung.

Raffa hanya diam. Ia merogoh saku celana lalu mengeluarkan ponsel.

"Lo ngapain, sih?" Rere merasa kesal saat ia diacuhkan.

Gadis itu pun turun dari motor dan berkacak pinggang di hadapan Raffa.

"Excuse me, Sir. Gue ngomong sama lo." Diketuknya kaca helm Raffa tiga kali.

Raffa mengangkat kaca helmnya. "Kalau lo nggak mau ngasih tau arah rumah lo di mana, mending pulang aja sendiri."

"Hah?" Rere tak habis pikir. Setega itukah cowok ini?

"Jadi lo mau nurunin gue di sini?" Rere mengetuk helm Raffa lagi.

Raffa pun mendengus dan memberikan  ponselnya kepada Rere.

"Apaan, nih?" tanya Rere. Dengan setengah bingung, ia menerima ponsel Raffa.

"Itu google maps. Tunjukin jalan rumah lo pake itu aja. Lo terlalu cerewet untuk ditanyain," sambung Raffa.

Rere mendengus kesal. Entah kenapa Raffa begitu menyebalkan.

"Nih," ucap Rere dan mengembalikan ponsel Raffa.

Raffa menatap ponselnya sejenak lalu mengisyaratkan Rere untuk kembali naik.

Motor itu pun melaju dengan kencang.

"Rumah lo yang mana?" tanya Raffa saat mereka sudah sampai di kawasan tempat tinggal Rere.

"Yang itu. Cat abu-abu." Tunjuk Rere pada rumah yang letaknya diujung.

Raffa pun menghentikan motor pada rumah yang ditunjukkan Rere.

"Makasih," ucap Rere. Ia pun memberikan helm kepada Raffa.

Raffa pun mengangguk. "Besok pas istirahat lo traktir gue makan di kantin."

Putih Abu-abu In LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang