Pria itu menaruh kedua tangannya di atas meja sembari sedikit menengadahkan kepala dan memejamkan mata. Beberapa jumput rambut perak tersibak ketika angin menerpa. Draco Malfoy menikmati angin sore di musim gugur ketika daun-daun menari-nari di udara.
Pohon mahoni di suatu tempat yang sangat membekas di hati tidak menggugurkan daunnya di musim gugur, namun Draco tetap merasa bagai berada di musim tersebut tiap melihat tiap helaian daunnya jatuh.
Selalu mengingatkannya, pemandangan itu, tentang hari yang sangat berkesan di dalam hati. Menyiram perasaannya dalam kehangatan. Dua anak kecil yang dihujani oleh daun-daun yang turun seperti hujan. Gelak tawa dan senyum lebar saat bermain bersama.
Senyum tipis terkulum di bibirnya.
"Draco!"
Ia membuka matanya.
Seseorang yang berdiri di bahu jalan melambaikan tangan tinggi-tinggi. Kepangan rambut coklatnya bergoyang mengikuti gerakan badan sang gadis. Draco memandangnya tanpa kedip.
Gadis itu adalah sahabatnya.
Teman masa kecil yang tak pernah berpisah dengannya.
Hermione Granger-nya yang tersayang.
Bak seorang gentleman sejati dalam kisah-kisah klasik, Draco akan berlutut dan mengecup punggung tangan gadis itu.
Gadis adalah seorang ratu.
Draco akan melakukan apa saja untuknya. Bahkan mati sekalipun.
xxx
.
.
Not Enough
Rozen91
Harry Potter © J. K. Rowling
Warning : AU—modern universe
.
.
xxx
"Jadi," mulai Draco sembari menyandarkan punggungnya di sandaran kursi yang tinggi, "dimana kau bertemu pria ini?"
Iris hazel terlihat agak kesal. "Aku sudah memberitahukanmu tadi, Draco, namanya Harry Potter. Bisakah kau tidak menyebutnya 'pria ini' seolah dia tidak punya nama? Sungguh, kau membuatnya terdengar seperti orang tidak baik."
Draco mengedikkan bahu. "Siapa tahu," balasnya santai. Hermione mendelik. Draco mengulum senyum. "Jawab saja pertanyaanku."
Hermione menghela nafas. Tidak baik rasanya menghancurkan hari yang baik ini dengan meladeni sikap Draco yang keras kepala. Terlebih sebentar lagi Harry akan datang. Memikirkan lelaki itu membuat hatinya berbunga-bunga. Ia lantas melupakan kekesalannya. Senyum cerah terkembang di wajahnya.
"Aku bersumpah Harry adalah pria baik-baik," ujarnya, memperingati Draco dengan tatapannya agar pria itu tidak menyela. "Ginny—" Draco memutar bola matanya saat mendengar nama itu "—sudah mengenalnya selama 4 tahun dan aku percaya penilaiannya. Kami pertama kali bertemu saat aku mengunjungi kantor Ginny."
" Teman Ginny lagi?" Draco mendengus, "Ayolah, Hermione! Kau ingat teman terakhir yang kau taksir itu? Dia juga teman Ginny dan apa yang laki-laki itu lakukan? Dia tiba-tiba saja pergi tanpa mengirimkan kabar padamu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Not Enough (completed)
FanfictionAh, Hermione-ku tersipu malu karena pujian darinya. Sayang sekali, pria itu telah menjadi milikku. Karenanya, my dearest Hermione, kemarilah...menangislah di dadaku. Dan aku akan memelukmu erat dengan penuh rasa cinta.