1 tahun telah berlalu.
Draco memejamkan mata dan menghirup aroma penuh kesegaran yang menyelimuti sebuah desa di Norwegia. Jauh dari perkotaan dan dikelilingi pegunungan. Memikirkan bahwa di sinilah Hermione bersembunyi membuat semuanya menjadi terasa monumental. Draco tak mampu menahan senyum di bibirnya.
Sebuket bunga berwarna kuning cerah. Jas lengkap dengan warna navy yang mengilap di sudut tertentu. Rambut perak yang diberi gel, disisir ke belakang dengan beberapa helai keras kepala yang tetap terurai di sisi keningnya.
Hermione menopang dagu di pagar balkon.
"Kau baru muncul, eh? Setelah setahun..." ujarnya. Ada nada sarkastik yang tidak bisa ditahannya. Draco mengerti itu. "Kupikir kau...lupakan. Apa maumu datang kemari, Draco Malfoy?"
Draco menarik nafas dalam-dalam. Mengangkat wajah dan memandang gadis itu dengan berani. Iris hazel sekejap melebar. Hermione menaruh tangan di bagian bawah wajahnya, menutupi sunggingan senyum tipis di baliknya.
"Hermione Granger," mulai pria itu, "aku minta maaf karena sudah membuatmu menangis selama ini, tapi aku tidak pernah menyesal melakukan semua kelicikan itu."
Hermione diam. Garis bibirnya menipis.
"Dan aku," sambung Draco, "tidak datang untuk menjadi temanmu lagi."
Satu alis coklat terangkat tinggi. "Oh?"
Draco lantas berteriak lantang, "aku ingin mengajakmu kencang dan aku tidak menerima penolakan! Jadilah kekasihku, Hermione Granger!'"
Keterkejutan di wajah sang gadis begitu jelas terlihat, jelas hal ini bukanlah hal yang ia bayangkan akan terjadi. Namun, Draco tetap menatapnya dengan penuh keyakinan dan determinasi dan tekad yang kuat.
Iris hazel memandang ke dalam pupil kelabu dan begitu pula sebaliknya.
Sontak Hermione memiringkan kepala dan tertawa. Ia memeluk perut dan berusaha membungkam suaranya. Gadis itu menyeka genangan di sudut matanya. DI waktu yang sangat spesial itu ia berkata begini, "...dummy, I miss you so much."
Bukan itu jawaban yang ditunggu-tunggu. Tidak menolak, tidak juga menerima.
Draco tidak tahu apakah harus merasa sedih atau senang. Membingungkan. Akan tetapi, Hermione tersenyum dengan begitu sangat manisnya hingga membuat Draco lupa akan segalanya. Sepasang permata kelabu bersinar. Tercengang. Terpana.
Sekali lagi terpesona.
Saat itu Draco menghela nafas.
Air mukanya tampak tenang dan damai. Kemudian ia tertawa lepas. Tawa yang tak pernah Hermione dengar sebelumnya—ia bahkan menatap pria itu tanpa berkedip.
Sungguh, Draco tak pernah menyangka perjalanan cintanya ternyata harus melalui lika-liku rumit dan bebatuan terjal. Namun, yang penting... yang penting...perasaan yang terpendam itu akhirnya bisa tersampaikan juga.
Tidak perlu disembunyikan lagi.
Ternyata hal yang terpenting itu adalah—
Ah, akhirnya...
Draco Malfoy, kau tak perlu lagi memendam seluruh kesakitanmu sendirian.
Dan apakah kini kau menyadarinya?
Ikatanmu pada Hermione tidaklah rapuh dan mudah dihapuskan.
Berpisah sejauh apapun, kalian berdua akan kembali berjalan ke arah dan bertemu di tempat yang sama.
Dan juga...mungkin saja...kesalahanmu itu hanyalah sebuah kerikil yang tidak akan dilirik dua kali olehnya.
Semoga saja begitu.
_tamat_
thanks for reading~
dan sequel-nya tentu saja~
.
.
NEXT: a sequel:
Loved Unloved
Hermione Granger's side story
.
.
"Granger,
kurasa
tidak akan ada orang yang bisa mencintaimu."
.
Mungkin saja kesalahan itu adalah suatu hal yang mudah dimaafkan.
Mungkin saja.
xxx
KAMU SEDANG MEMBACA
Not Enough (completed)
FanfictionAh, Hermione-ku tersipu malu karena pujian darinya. Sayang sekali, pria itu telah menjadi milikku. Karenanya, my dearest Hermione, kemarilah...menangislah di dadaku. Dan aku akan memelukmu erat dengan penuh rasa cinta.