The recount of earlier days
Several years ago...
Under the humid temperature that fell down like a blanket, uninvited and warm
Even if you choose to forget, I will still remember.
Terhadap Hermione Granger, para lelaki itu punya kebebasan untuk menyatakan cinta padanya. Namun, Draco bukanlah salah satu dari mereka. Mulutnya terkatup rapat dan ia hanya mampu menatap tajam dengan mata menyala.
Hermione...Hermione...seiring berjalannya waktu ia telah tumbuh menjadi seorang gadis yang memikat. Orang-orang yang dulu menghinanya kini berlomba mencoba merebut hatinya. Draco berdiri di sisi jalan dan menatap. Tangannya terkepal kuat hingga buku-buku jarinya memutih.
Kemudian, ia melakukan segala cara untuk mengusir para lelaki itu.
Lalu ia terkenal sebagai seseorang yang sangat berbahaya. Senyumnya sinis dan merendahkan. Ucapannya pedas dan tidak bersahabat. Semua sentuhannya bagaikan sengatan lebah. Menyakitkan. Lalu sang ular pun tersenyum puas, bermandikan dalam gelimang kemenangan. Ia pikir ia telah mengusir semua pengganggu.
Akan tetapi, pengganggu tidak hanya datang dari luar. Ada juga yang mencoba menyerang dari dalam.
Draco Malfoy, sang ular berbisa, bisa menghancurkan mereka yang mencoba mendekati Hermione. Sayangnya, ia tidak bisa berbuat apa-apa jika Hermione mulai menyukai seseorang itu duluan. Tangan Draco terikat dan ia hanya bisa mengatupkan bibirnya sekali lagi.
Kemudian, tiba-tiba saja ia berpikir begini:
'Aku akan mencintai apa yang dicintai Hermione. Itu akan lebih baik. Dengan begitu, aku akan lebih menerima kenyataan. Dan dengan rela melepaskannya.'
Ah, siapapun yang mengetahuinya pasti akan tersentuh hatinya oleh ketulusan sang Malfoy.
Tetapi, senyum yang terulas di wajah sang ular tampaknya menyampaikan hal yang berbeda.
Lalu senyuman itu melebar, memperlihatkan ekspresi mengerikan di mukanya.
'BAH.
ENAK SAJA.'
Sang ular pun tertawa.
xxx
.
.
Not Enough
Rozen91
Harry Potter © J. K. Rowling
Warning : AU—modern universe
.
.
xxx
Perubahan itu tidak sulit untuk ditangkap.
Kadang kala, ada saat-saat di mana Draco menjadi sulit dimengerti sikapnya. Hermione menaikkan alis dan memerhatikannya lekat-lekat. Entah kenapa, ia tidak bisa menemukan apa yang seharusnya bisa menjelaskan keanehan sahabatnya.
Ada juga waktu ketika jari-jari Draco meninggalkan bekas berwarna merah di pergelangan tangan Hermione. Ringisan kesakitan menyadarkannya bahwa genggaman tangannya terlalu kuat. Hermione mengelus-ngelus pergelangan tangannya. Iriz hazel melirik pemuda itu, bertanya dengan tatapannya. Namun, Draco hanya memiringkan kepala dan tersenyum. Untuk beberapa saat Hermione tidak mengalihkan mata darinya. Pandangan diam dan mencari-cari. Kemudian ia menoleh, mengatakan sesuatu pada laki-laki yang tadi berbicara dengannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Not Enough (completed)
FanfictionAh, Hermione-ku tersipu malu karena pujian darinya. Sayang sekali, pria itu telah menjadi milikku. Karenanya, my dearest Hermione, kemarilah...menangislah di dadaku. Dan aku akan memelukmu erat dengan penuh rasa cinta.