Sang Ksatria Putih menaruh tangan di dada dan berlutut penuh hormat dan kesetiaan sejati.
Sang Ksatria bersumpah akan melakukan apa saja untuknya.
Tetapi, ia terus menundukkan wajah. Karena baginya, sosok sang Ratu adalah sesuatu yang tidak bisa dilihat oleh matanya yang hina. Dia begitu mulia dan sang Ksatria Putih terus menyanjungnya.
Tiara emas bergelimang permata yang memikat menghiasi puncak kepala sang Ratu. Dia yang selalu menjadi pujaan hati duduk di singgasananya yang megah.
Entah kenapa,
dia tidak tersenyum.
xxx
.
.
Not Enough
Rozen91
Harry Potter © J. K. Rowling
Warning : AU—modern universe
.
.
xxx
"Ada apa?" tanya Draco. Nada tak sabar di suaranya menunjukkan bahwa ia sedang buru-buru. Lawan bicaranya diam sejenak, mungkin terkejut—Harry menjauhkan ponsel itu dari telinganya, menatap layarnya dengan satu alis dinaikkan.
"Aku hanya ingin menanyakan kabarmu. Kemarin kau langsung pulang begitu saja. Tapi, ah, kurasa aku menghubungimu di waktu yang tidak tepat, ya?"
"Kau benar, sayang sekali." Draco menaruh ponsel hitam itu di atas meja setelah mengaktifkan mode speaker. Ia kembali mengurusi tas kerjanya, memasukkan berkas-berkas yang harus ia urus selama satu minggu ke depan.
"Aku juga tidak bisa menghubungimu semalam."
"Aku ada keperluan penting, tak sengaja kutinggalkan ponselku di rumah," jawab Draco fasih—jelas sekali bahwa kalimat ini sering diulang. Harry manggut-manggut, penasaran dia orang keberapa yang mendengarnya. "Maaf, aku harus pergi sekarang. Nanti kuhubungi."
Tut-tut-tuut—
Harry manggut-manggut lagi. Sama sekali tidak merasa aneh karena teleponnya ditutup begitu saja. Prioritas—ini masalah prioritas. Harry mengelus-ngelus dagunya. Berpikir.
Ini tidak ada hubungannya, sih, tapi mungkin dia bisa mengatakan analisanya pada orang itu? Hm, tidak ada salahnya dicoba. Tetapi, kata-katanya saat ini mungkin tidak akan diterima karena situasi sedang memanas. Well, pikir Harry, aku akan menulisnya saja dulu.
__
Setelah memutus telpon dari Harry, Draco merogoh kantung jaketnya. Hanya bunyi pesan, namun dia sudah bertekad untuk membuang segalanya jika notifikasi itu berasal dari smarphone emerald-nya. Alisnya tertekuk dalam ketika melihat nama si pengirim. Hermione? Apa dia lupa? Bukankah sudah bilang bahwa dia hanya akan pulang sebentar dan akan kembali menemaninya sampai satu minggu?
Tidak ada gunanya menebak, Draco menyentuh ikon pesannya.
[Draco, maaf, ini mendadak, tapi aku ingin bilang kalau kau tak perlu datang. Aku akan bersama Ginny.]
Sepasang permata kelabu seketika menyala. Tangannya mencengkeram ponsel itu, retakan kecil menyadarkannya untuk menekan amarahnya dulu. Pasti ada penjelasan yang masuk akal! Ia akan menelpon Hermione.
KAMU SEDANG MEMBACA
Not Enough (completed)
FanfictionAh, Hermione-ku tersipu malu karena pujian darinya. Sayang sekali, pria itu telah menjadi milikku. Karenanya, my dearest Hermione, kemarilah...menangislah di dadaku. Dan aku akan memelukmu erat dengan penuh rasa cinta.