the truth

215 24 0
                                    

Hujan turun cukup deras, membasahi setiap sudut kota Seoul. Ramalan cuaca yang dikabarkan akan cerah ternyata tak benar adanya.

Jiwoo memasuki kamar sambil membawa segelas coklat hangat kesukaannya, merapatkan pintu lalu membuka jendela yang langsung menampakkan pantulan lampu bersama tetesan air hujan yang membasahi jalanan. Salah satu pemandangan terfavoritnya.

Ia mengesap pelan coklat panas, memejamkan mata, merefleksikan diri kembali ke waktu siang tadi. Saat ia membaca suatu pesan singkat di handphone Taehyung

"Kau benar, aku mencintainya"
010-6327-759
Jseph.

Awalnya Jiwoo merasa agak aneh dengan pesan singkat tersebut, kemudian ia memaksa pria berambut hijau di ujung poninya untuk menjelaskan semuanya. Dengan berat hati Taehyung pun menceritakannya, ia pernah bertemu Jseph saat Jiwoo baru saja melarikan diri dari dormnya.

Ia menarik nafas berat, kembali menatap tetesan air hujan yang sedikit demi sedikit mulai masuk ke dalam kamarnya melalui celah-celah di jendela. Mencoba menalar semua perkataan Taehyung dan untuk pertama kalinya pria tersebut memintanya untuk menjadi pacarnya.

"Please be mine. Ms. Kim Jiwoo."

Masih terbayang jelas rautan wajah Taehyung saat itu. Dari sorot matanya saja gadis yang akan berulang tahun satu bulan lagi itu, tahu betul bahwa Taehyung bersungguh-sungguh, ia dapat merasakan ketakutan di dalam hati Taehyung. Ya Taehyung takut apabila Jiwoo juga mencintai Jseph.

"drrt..drrtt" getaran handphone di atas meja belajar, membuyarkan lamunan Jiwoo. Ia meletakkan mug berwarna biru langit di sudut jendela, lalu meraih S8+ tersebut.

"Jiwoo-yaa, sorry malam ini unni gak bisa dateng ke dorm kamu. Ada urusan penting"
-Yura Unni-

Seketika itu pula Jiwoo teringat sesuatu hal yang teramat penting.

"Bagaimana bisa Jseph Oppa mencintaiku, saat ia menjalin hubungan dengan Yura Unni" batin Jiwoo bertanya-tanya.

Tanpa menunda-nunda lagi, Jiwoo langsung mengambil mantel berwarna biru langit yang tergantung di kamarnya. Menghubungi Taehyung memintanya untuk diantarkan ke apartemen Yura.

30 menit kemudian Taehyung bersama Audi A8 nya tiba di depan dorm Jiwoo.

"Wae?" tanya Taehyung curiga melihat Jiwoo memasuki mobilnya dengan terburu-buru.

"Kau pasti tau dimana dorm Yura unni kan?" Taehyung mengangguk yakin, "kalau gitu tolong segera antarkan aku kesana." pintanya lagi.

"Tapi ada apa?"

"Nanti saja aku ceritakan padamu" mendengar balasan seperti itu, pria bertopi hitam tersebut menahan rasa penasarannya. Ia kemudian menekan pedal gas dalam-dalam membuat mobil yang terkenal dengan kapasitas CC yang cukup tinggi itu langsung melaju.

Sepanjang perjalanan mereka berdua hanya terdiam. Sunyi. Tak ada satupun suara di dalam sana. Jiwoo terlihat sangat gelisah walaupun ia membalutnya dengan baik. Ia melemparkan pandangannya keluar jendela, di kepalanya berputar sejuta kemungkinan. Sejuta pertanyaan tentang hubungan Yura, Jseph dan pria yang duduk di depan kemudi.

Tepat saat Taehyung berhenti di perempatan terakhir sebelum sampai di Jangkies Apartemen, Jiwoo ingat pembicaraan antara ia dan Nara beberapa hari yang lalu saat sedang makan siang.

"Kau tau tidak, aku dengar-dengar katanya Yura itu sebenarnya pacaran sama anak orang penting di Seoul, bukan sama Jseph Oppa"

"Taehyung-aah" Jiwoo membuka pembicaraan. Merasa terpanggil, Taehyung pun menolehkan kepalanya. Dengan ragu-ragu ia mulai bertanya "apa kau kenal dengan pemilik Jangkies Apartemen?"

"Aku tidak mengenalnya, tapi aku tahu siapa pemilik apartemen tersebut..." Taehyung menahan pembicaraannya, ia mencoba mengingat-ingat nama pemilik apartemen mewah tersebut. Kemudian ia menjetikkan jarinya "Ah!" pekiknya pelan "itu milik Jang Seok Jin, salah satu menteri di Daehan Minguk (Korea Selatan), memangnya ada apa?"

Jiwoo hanya tersenyum manis, senyuman yang mendebarkan hati Taehyung. Senyuman yang mampu meluluh lantahkan semua egonya. Untung saja lampu lalu lintas itu segera berganti warna menjadi hijau, jika tidak mungkin Taehyung akan mati menahan debaran di dadanya.

3541
Taehyung mencoba menekan tombol interkom di depan pintu kamar apartemen Yura. Namun setelah beberapa menit tidak ada balasan dari dalam. Ia mencoba lagi menekan tombol interkom tersebut, tapi lagi-lagi tak ada balasan.

Entah apa yang menggerakkan tangan Jiwoo, tiba-tiba saja ia memutarkan knop pintu tersebut dan ternyata pintunya tidak terkunci. Tanpa permisi dengan sang pemilik apartemen, mereka berdua segera masuk ke dalam. Taehyung dan Jiwoo sedikit terkaget saat mendapati keadaan ruang tamu yang sangat berantakan, bantal tergeletak sembarangan, sebuah bingkai terjatuh di lantai, dan banyak hal lain yang membuat mereka berdua disergap rasa takut dan juga penasaran dengan apa yang sebenarnya telah terjadi disini.

Taehyung menggenggam tangan Jiwoo, mengajaknya untuk tetap tenang dan pelan-pelan melangkahkan kaki memasuki ruang dapur. Ada sejuta kemungkinan bisa saja terjadi disini. Mungkin pencurian, pembunuhan, perampokan, pemerkosaan atau mungkin saja dua orang yang saling menautkan bibir dengan lembut di sudut dapur.

"Haaaaa?" kaget Jiwoo menutup mulutnya, saat melihat Yura berciuman dengan seorang pria bertubuh kurus tinggi, dan bukan Jseph. Sontak kedua orang tersebut langsung menghentikan kegiatannya, mereka langsung menoleh ke sumber suara dan mereka juga tak kalah kagetnya.

"Jiwoo" lirih Yura.

"Dia siapa, Un? Kenapa Unni menciuminya? Kenapa bukan Jseph Oppa?" Jiwoo membombardirnya dengan banyak pertanyaan sekaligus.

"Dia Jang Woo Young, anak pemilik apartemen ini" Jawab Taehyung datar. Jiwoo memutar kepalanya "What? Ba..bagaimana bisa?" lagi-lagi Jiwoo tak percaya, terkaget setengah mati. Entah sebenarnya ada apa dengan hari ini, kenapa hari ini penuh dengan kejutan.

"Biar aku jelaskan semuanya" kali ini giliran suara berat dari Woo Young yang keluar. Pria tersebut kemudian menarik kursi meja makan, ia duduk dengan santai dan tenang "duduklah" pintanya pada Jiwoo dan Taehyung, mereka berdua pun mengikuti perintahnya. Sedangkan Yura menyandarkan tubuhnya dengan lemah di depan kulkas dengan ekspressi wajah yang sulit dimengerti.

"Aku adalah pacar Yura" Wooyoung memulai pembicaraan "dan Jseph adalah teman sekolah ku, sewaktu kami di Busan dulu. Yura dan Jseph juga teman masa kecil, sebelum akhirnya Yura dan keluarganya memutuskan untuk pindah ke China lima belas tahun yang lalu." Wooyoung menghentikan pembicaraannya sejenak, merogoh sakunya mengeluarkan sebungkus rokok, lalu mulai menyalakan sebatang rokok.

"Singkat cerita aku dan Yura berpacaran, namun karena hubungan kami di tentang orang tua dengan alasan yang kalian pasti tau alasannya apa, kami mencoba memutuskan untuk mengakhiri hubungan ini. Tapi rencana kami berubah, saat aku tau kalau ternyata Yura juga berteman dengan Jseph" ia mengisap rokoknya sejenak.

"Kalian boleh menyalahkanku, ini semua memang salahku" terdengar rasa penyesalan dalam kata-katanya "aku yang meminta Jseph berpura-pura menjadi pacar Yura untuk menutupi hubungan kami yang sebenarnya. Aku hanya ingin melindungi Yura dari orangtuaku. Aku tidak menyangka semuanya akan seperti ini, pada akhirnya orang tua ku tetap mengetahui hubungan kami yang sebenarnya bahkan membuat keadaan menjadi lebih buruk" semua terdiam, tenggelam dalam pikiran masing-masing, tak ada satu pun suara di dalam sana kecuali suara Wooyoung menghembuskan asap-asap ke udara seakan membuang penat dan rasa kesalnya untuk pergi di udara.





Shouldn't [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang