don't recall

251 25 0
                                    

"Yura-yaaa!!!! Kajja kita ke sekolah!!!!!!" teriak seorang anak laki-laki berusia sembilan tahun menggendong ransel biru nya di pundak.

Sepuluh menit kemudian seorang anak perempuan berkucir dua keluar dari rumahnya dan tersenyum hangat "kajja!" serunya seraya menggandeng tangan anak laki-laki tersebut.

Mereka berdua mulai melangkah kaki dengan riang, tertawa, bernyanyi, dan berbagi cerita konyol bersama. Orang-orang berkata mereka ibarat amplop dan perangko yang selalu menempel, tak terpisahkan. Dimana ada si anak laki-laki beransel biru itu, disitu pula ada anak perempuan yang gemar berkucir dua.

"Joseph-ya" anak perempuan itu membuka suara, saat terik matahari mulai mengiringi langkah mereka kembali ke rumah. "aku akan pindah ke China" tambahnya singkat namun mampu menghentikan denyut jantung anak laki-laki yang dipanggil Joseph tadi. Seketika Joseph membatu, langkahnya terhenti saat mendengar negara "China" diujung kata.

"Wae?" Yura menoleh sejenak saat menyadari, temannya tak lagi berada di sampingnya.

"Kau akan pindah ke China?" Joseph balik bertanya, masih membatu.

Yura mengangguk lemas, "kapan?"

"Lusa."

Jawaban singkat itu mengakhiri percakapan. Tidak ada lagi kata-kata "sore nanti aku tunggu di taman!" atau sekedar "ibu ku memasak ttaeboki, kau mau mampir?"

Mulai sejak itu tidak ada lagi anak laki yang berteriak-teriak di depan rumah kayu bergaya tradisional Korea itu. Tidak ada lagi "amplop dan perangko". No more.

No more Yura.
No more Joseph.
No more taman di sore hari.
No more ttaeboki ala Yura eomma.
No more us.

-time rewind end-

"Oppa!" seruan itu membuyarkan lamunan Jseph di tengah senja dengan secangkir chococcino kesukaannya. Ia berbalik ke arah datangnya suara. "eoh? Nara-yaa!"

Nara berlari kecil menghampiri Jseph. Sore itu ia berpakaian sebagus mungkin, semenarik mungkin, namun tetap berdandan natural seperti biasa. Matanya berbinar tak percaya saat Jseph mengacak-acak rambutnya yang sudah ia tata sebaik mungkin "kau terlalu cantik sore ini" puji Jseph yang mampu menerbangkan seluruh sang empunya jiwa ke awan.

"Jadi, apa yang bisa ku bantu untukmu?" ia kembali duduk, mengesap chococinonya yang sudah tidak mengepul lagi. Beberapa lembar kertas dikeluarkan dari dalam tas mungil berwarna maroon milik Nara.

"Ini oppa!" seru Nara semangat menyerahkan beberapa lembar kertas penuh coretan. Jseph meraihnya, mendalaminya beberapa saat "kau kacau" ucapnya seraya membolak-balik kertas ditangannya "tolong ambilkan laptopku di meja tv, akan ku ajarkan kau cara menaransemen yang baik" titahnya yang segera dilaksanakan oleh Nara.

Ia melambatkan langkahnya, menatap seisi ruangan berwarna putih yang menyatu dengan dapur. Mengkhayal bagaimana jika ia hidup bersama Jseph. Nara merona.

"Nara laptopnya!" pekik Jseph membuyarkan lamunan Nara, ia bergegas mencari laptop di dekat TV, "ahh that's it" serunya mendapati laptop berwarna hitam, ia menariknya namun tiba-tiba secarik kertas terjatuh tepat di kakinya.

Nara mengambil kertas tersebut, menatapnya penuh dalam. Sebuah sketsa antara seorang pria dan wanita yang sedang berciuman di sebuah ruangan. "wait" batinnya menyadari sesuatu, "ruangan yang ada di gambar ini, adalah" matanya memutar, ya ruangan ini. Sesaat matanya menyadari sebuah tulisan di sudut kertas "Jseph x Jiwoo"

"WHAT!"

===

Hampir dua minggu Taehyung tidak bertemu dengan Jiwoo. Jangankan bertemu, menghubunginya saja tidak. Atau mungkin lebih tepatnya Jiwoo tidak menjawab telfonnya maupun membalas pesan-pesan singkat yang ia kirim.

Tiba-tiba suatu benda yang sangat dingin, menempel di pipinya "melamun terus, Hyung" ujar Jungkook memberinya sekaleng cola, ia meraihnya dan meminumnya dengan sigap. "Kau sedang stress eoh?" tanyanya lagi, menyadari Taehyung meminum setengah kaleng hanya sekali teguk.

"Aku rasanya ingin mabuk" jawab Taehyung asal.

"Dimana? Akan ku temani!" belum selesai Jungkook menjeda bicaranya, sebuah jitakan mendarat di kepalanya "auuuu" ringisnya.

"Kau masih di bawah umur!" suara Taehyung meninggi. "kau belum bisa bertanggung jawab apabila terjadi sesuatu saat kau mabuk" imbuhnya lagi, kembali meneguk cola.

Jungkook diam menatap Taehyung, ia tahu benar Hyungnya yang biasa gila dan pecicilan ini sedang patah hati "hyung, did you meets ur..."

"not yet" balas Taehyung. "sudahlah ayo segera masuk ke teater, sepuluh menit lagi latihan akan dimulai" ia meremas kalengnya dan melempar tepat ke tong sampah dengan gaya bak seorang pemain basket. Jungkook membuntuti.

15.00
Julukan sebagai Mrs. On Time memang pantas dianugerahkan kepada Mrs. Yoon Li. Ia terkenal sebagai seorang dosen yang paling tepat waktu se-fakultas. "Tak boleh telat, sekali telat, satu momen berharga hilang" itu motto hidupnya.

"Baiklah selamat sore semua!" Mrs. Yoon membuka pembicaraan "memasuki minggu ke delapan latihan, berarti tersisa dua minggu lagi untuk show time jadi saya telah mempersiapkan sesuatu yang baru for our perform" ia menjetikkan jarinya, sesaat kemudian beberapa orang yang bukan berasal dari jurusan teater, berdiri di sampingnya.

Taehyung mengenali tiga dari lima orang di depan sana, terutama yang berdiri di paling pojok. "Oke, ini adalah anak-anak dari jurusan musik, mulai sekarang mereka akan bergabung bersama kita. Mereka bertugas untuk mengisi soundtrack drama teater, untuk itu saya akan memperkenalkan satu persatu dari sebelah kiri saya Lee Hyun Woo, Goo Hye Rim, Song Jae Rim, Park Woo Hyun, dan Jeon Ji Woo"

Setelah nama terakhir disebutkan, Taehyung sudah tak tahu lagi apa yang dikatakan mrs. Yoon. Pikirannya melayang, perasaannya berbaur menjadi satu. Gadis itulah yang selama ini ia rindukan, ia nanti-nanti.

Jiwoo tersenyum saat Mrs. Yoon memperkenalkan tim nya, dan senyuman itulah yang lagi-lagi meluluh lantahkan hati Taehyung. Senyuman itulah yang menjadi alasan Taehyung menyukainya. Ah tidak, maksudnya senyuman itulah yang menjadi alasan ia mencintainya. Senyuman tulus.

"Jiwoo!" Taehyung mencegat langkah Jiwoo yang baru saja turun dari panggung.

Jiwoo menghentikan langkahnya, salah tingkah. "umm Taeh..." belum selesai ia berbicara pria itu sudah menariknyan ke dalam dekapan. Melampiaskan seluruh rasa rindu yang selama ini terpendam. Meyakinkan dalam diri bahwa Jiwoo, masih menjadi Jiwoo-nya.

Jiwoo membalas pelukan itu. Memeluknya lebih erat. Ikut melampiaskan rasa rindunya pada Taehyung.
"Maafkan aku mengabaikan semua panggilan dan pesanmu, Taehyungie.. kau tau aku butuh waktu untuk..."

"chu" Taehyung mendaratkan sebuah kecupan singkat di bibir Jiwoo. "Im okay with that. See you soon, aku harus berlatih dulu" ia tersenyum melambaikan tangan, meninggalkan Jiwoo kemudian bergabung bersama teman-temannya.

"you aren't my Jiwoo anymore"

Shouldn't [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang