Shouldn't [END]

apologize

Jseph membalik badannya, ia bersandar di pintu dan melipat tangannya. Tatapannya kembali dingin, persis saat ia menyambut kedatangan Jiwoo di dorm untuk pertama kalinya.

"kenapa kau sangat ingin tahu hal itu" tanyanya dingin. Luntur sudah sikap hangatnya yang merasuki beberapa menit lalu. Sekarang ia menjadi Jseph yang dikenal Jiwoo sejak awal.

Jiwoo menatapnya lurus, ia masih duduk dikelilingi kertas-kertas aransemen "karena ini menyangkut diriku dan perasaanku" balasnya ketus "kau pikir apa jadinya jika kau berada di posisiku. misalnya seorang wanita yang membencimu tiba-tiba menciummu, lalu keesokan paginya kau terbangun dan ia ada di sampingmu. Walaupun kalian tidak melakukan apapun, tetap saja itu menjadi sebuah tanda tanya besar. Kecuali jika kau tak memiliki perasaan lagi, heartless" ia menumpahkan apa yang ia rasakan selama ini.

"kau membencinya tapi disaat yang bersamaan kau mencintainya! kau membencinya tapi disaat itu pula kau cemburu melihatnya dengan orang lain! kau membencinya, kau lari bersama seseorang tapi disaat itu pula kau memikirkannya. Kau merindukannya!!" blasss air mata Jiwoo mengalir dengan deras. Jseph terkaget melihat Jiwoo tiba-tiba berteriak dan menangis tersedu-sedu.

"aku membencimu, Oppa....a-aa-kuu" Jseph mengurungkan niatnya untuk mendekati, ia menunggu Jiwoo menyelesaikan pembicaraannya. "a-akuu sangat.. membencimu! mulai malam ini" ujarnya terbata-bata.

"eomma, aku berjanji aku tak kan menyakitimu dan wanita manapun. Hanya kau yang ku sayang dan aku cintai. Aku akan menjagamu hingga ujung waktu dan aku tak kan membiarkan siapapun menyakitimu lagi"

Kata-kata itu terngiang dikepalanya. Ia pikir dengan menghindari dan bersikap seakan membenci gadis berambut blonde itu, semua akan aman. Ia tak akan menyakiti siapapun, ternyata itu salah. Salah besar. Ia justru memberikan luka terdalam bagi wanita yang untuk pertama kalinya membuat jatuh cinta.

Jeon Jiwoo, 23 Tahun.
Ya itulah wanita yang telah berhasil memborbadir benteng pertahanannya, hanya dengan satu senyuman.

Setelah kejadian sewaktu ia kecil dulu, Jseph sudah bertekad untuk tidak jatuh cinta dengan perempuan manapun. Ia lebih memilih menyendiri sepanjang hidupnya daripada harus menyakiti seorang wanita. Tapi ternyata?

Suara tangisan Jiwoo mulai mereda, ia merasa sia-sia menangisi seseorang yang sejak tadi hanya diam melihatnya dan tak berbuat apa-apa. Dengan sigap ia membereskan semua kertas-kertas yang berserakan itu. Bajunya sudah mulai basah, akibat air mata yang mengalir deras.

"Greeppp" ia dipeluk dari belakang. Dia membeku, seakan jantungnya tak berdetak.

"Ya aku mencintaimu, Jeon Jiwoo. Jadilah kekasihku"

+++++++++

Malam ini adalah malam puncak ulang tahun Seoul Central University (SENIV) yang ke 88 Tahun, usia keberuntungan menurut orang-orang. Konon katanya, angka 8 adalah angka keberuntungan dan rezeki berlimpah dikarenakan tak ada garis putus disitu.

Semua orang berkumpul di lapangan utama SENIV. Mungkin ada lebih dari tiga ribu orang berada disana, terdapat tiga panggung utama yang mengelilingi lapangan tersebut yang membentuk formasi segitiga. Masing-masing panggung tersebut diberi kode Main stage A, Main stage B, dan Main stage C. Serta terdapat dua panggung kecil diluar lapangan utama.

Dua panggung itu dimanfaatkan sebagai panggung kreasi mahasiswa. Bagi siapapun mahasiswa yang tidak terdaftar mengisi acara utama, boleh menampilkan kemampuan mereka dipanggung kecil yang diberi kode Mini stage1 dan Mini stage2. Suasana di sekitar ministage sedikit lebih sepi dan lebih tenang dari pada Main stage.

Sedangkan Main stage dimanfaatkan untuk penampilan persembahan dari dua belas fakultas SENIV. Dan salah satunya adalah Fakultas Perfilman dan Teater yang sedang menampilkan acaranya bertemakan drama teater. Mereka mengusung konsep penggabungan dari beberapa drama terfavorit sepanjang tahun 2017 dan menjadikannya satu bagian dalam teater.