【7】Kerinduan

118 53 37
                                    

Vella POV

"Moses!"

"Moses!"

Ke mana pergi-nya si Moses? Padahal kemarin, saat aku siuman aku melihat bayangannya walau hanya sekelebat.

Pinky juga pergi ke mana ya? Sepertinya dia mengikuti si Moses juga. Pinky turut senang ketika, melihatku sudah siuman dan dia menceritakan padaku bagaimana dia membawa pergi roh jahat tersebut.

Pinky juga mengajakku untuk melihat situasi di dalam kamarnya Kak Max.

"Ka.. Kau yakin tak akan terjadi apa-apa jika, aku masuk ke dalam kamarnya?" tanyaku ketakutan.

"Tak apa-apa, kamar ini sudah aku beri mantera. Tentu saja mantera buatanku, aman kok, aman," katanya dengan santai.

Aku berjalan ke arah kamarnya Kak Max dan kupegang gagang pintunya secara perlahan.

Kriettt...

Aku melihat seseorang sedang memandang keluar dari jendela.

"Ada apa Vel?" tanya Kak Max.

"Kak, kakak tak lihat? Ka... Ka..." kataku dengan terbata-bata.

"Ka...? Apa maksudmu, Vel? Tak lihat apa?" tanya-nya bingung sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

"Kak, ka... kamar kakak sangat berantakan! Seharusnya kakak bersihkan langit-langit yang ada di kamarmu, kak! Itu tuh, ada es di langit-langit kamarmu!" pintaku sambil menunjuk ke atas.

Kak Max menatap ke atas dan kembali menatap ke arahku dengan tatapan heran.

"Dik? Helaw, di langit-langit kakak nggak ada apa-apa. Asal kau tahu, dik, langit-langit kamarku dan rumah ini menyatu. Semuanya terbuat dari kayu asli! Bukan dari es!" jelasnya sambil menoyor kuat keningku sehingga, hampir aku terjatuh di hadapannya.

Eh, Nona Vella. Jika, yang kau maksud adalah langit-langit yang penuh es... Itu bukan berasal dari kakak Anda.」bisik Pinky.

"Hah? Bukan berasal dari kakakku? Jadi, es di langit-langit itu bukan, ulah Kak Max? Lalu, siapa yang membuat es itu melekat di sana?" balasku sambil berbisik juga.

"Apaan sih, dik? Aku dengar apa yang kau katakan loh. Kau tiap hari, makin aneh, ya. Udahlah, keluar! Kakak mau ganti baju," keluh Kak Max dengan menyuruhku keluar dari kamarnya secara tersirat.

"Yah, Kak Max. Kebiasaan deh," rewelku.

Blam! *Suara pintu yang tertutup dengan kerasnya*

Maafkan saya, Nona Vella. Karena saya lupa memberitahukan bahwa, kamar Kak Max masih berantakan terutama di sekitar langit-langit dan dinding. Seperti yang diketahui penuh dengan es.」pekiknya dengan melipat kedua tangan di depan dada.

"Terus tolong berikan alasan. mengapa hanya aku yang bisa melihat serpihan es ataupun es bertebaran yang ada di sekeliling kamar Kak Max?" tanyaku lalu, meninggalkan Pinky. Aku kembali ke kamarku sambil tiduran dan bermain otome game.

Brukkk! Aku merebahkan badanku ke tempat tidurku dan mulai meraba-raba keberadaan PS-ku.

『Nona Vella, ada apa denganmu? Suasana hatimu sedang burukkah?』tanya Nana dengan perhatian.

"Iya! Sudah tahu hatiku sedang buruk. Hibur aku dong, Na!" pintaku.

『Hibur? Hibur nona? Dengan apa aku bisa menghibur mencairkan suasana hati Nona?』

Sip, Nana! Kau terpancing!!

"Kalau begitu temani aku bermain otome game!" jawabku sambil tersenyum ceria.

Once In A Blue MoonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang