【13】Eh?!

27 7 3
                                    

"Akulah, Tuan Puteri Elf yang hilang. Aku tak tahu pasti apakah aku benar-benar keturunan asli atau bukan! Tetapi, akan kupastikan bahwa kedamaian ada di antara kalian semua!"

Seling waktu yang cukup lama dengan keheningan yang memuncak. Membuat semua yang mendengarkan pernyataan tersebut tertegun.

Semuanya berpikir bahwa, orang waras mana yang akan menyatakan status aslinya di tengah khalayak umum dengan sepasang mata yang saling mengintai dan dihujani cibiran itu.

"Vella? Kaukah itu?" tanya Moses yang mencoba menangkap samar-samar bayangan dari Vella. Vella mendekatkan badannya dan mengulurkan tangan kanannya yang berwarna seputih salju ke pipi Moses.

"Moses, maafkan aku seandainya ini tak pernah terjadi–seandainya kau tak pernah bertemu denganku," bisik Vella dengan lirih.

Jika kau benar-benar Tuang Puteri Elf–Nona Vella, janganlah kau menyalahkan dirimu sendiri. Yang telah terjadi biarlah terjadi. Kami menjadi seperti ini, karena kami belum cukup kuat untuk menghadapinya.』isak tangis Nana yang berdiri terikat di samping Moses.

"Baiklah, aku sudah muak melihat reunian kalian! Sekarang penjaga arahkan panahmu kepada setengah Elf itu!" seru Tuan Puteri Eva seraya menunjuk ke arah Vella.

🎑🎑🎑

Perintah telah dilaksankan. Anak panah telah ditarik dan siap meluncur–jatuh tepat di jantung Vella. Namun, sangat disayangkan bahwa anak panah tersebut kurang cepat untuk mengenai jantung Vella. Anak panah tersebut langsung membeku dan pecah berkwping-keping begitu Vella berbalik arah. Hanya dengan tatapan sorot mata dari Vella.

"E-Elf sungguhan?!" Para penjaga pun ikut terkejut melihat kejadian yang barusan terjadi.
"Terkutuklah kau Elf dan keturunannya!!!" teriak seorang wanita usia lanjut sambil melempari ke arah Vella dengan kjokkenmodinger–sisa sampah dapur dari kerang-kerang yang berserakan di sekitar Mitsuzuki.

"Mengapa? Mengapa? Mengapa kau begitu terkejut melihat kekuatanku yang entah muncul tiba-tiba begitu saja? Seharusnya kau sudah siap ketika, kalian semua hendak menyerang ke Dunia para Elf berada!" pekik Vella dengan nada yang tegas dan ia mengedarkan pandangan kepada massa yang berada di bawah mengitari panggung penderitaan–panggung untuk mengadakan hukuman di depan khalayak umum tujuannya untuk membuat masyarakat patuh pada hukum.

"O Dewa Mizutsuki yang Agung! Datanglah dan tampakkanlah diri-Mu di hadapan kami. Agar kami mampu untuk mengutuk setengah Elf ini!" seru Tuan Puteri Eva dengan menebarkan benih-benih berwarna merah dan biru ke dalam tungku baja yang telah diberi mantera.

Suasana menjadi tenang kembali, massa yang hadir mulai ketakutan dan gemetar. Panggung penderitaan mulai berguncang dengan hebat dan dari tungku baja tersebut keluarlah asap tebal yang mampu membuat kadar air menjadi keruh. Sungguh disayangkan, perbuatan mereka–makhluk di dunia Mizutsuki–telah membuat tumbuhan yang hidup mati seketika.

“Makhluk manakah dari kalian semua ini yang berani untuk memanggilku dengan ritual murahan seperti ini?! Mengapa duniaku menjadi semakin keruh saja? Jawablah!” Dewa Mizutsuki murka dan membuat semua yang hadir tak berani menatap rupanya secara langsung kecuali, kedua Tuan Puteri yang berdiri tegap di hadapan-Nya–Dewa Mizutsuki.

"Kutanya sekali lagi! Siapa dari kalian yang telah dengan sengaja mengadakan ritual murahan untuk memanggilku, Sang Agung Pencipta sekaligus Penguasa Dunia Mizutsuki!" kali ini suaranya seperti, naga yang sedang mengamuk.

Once In A Blue MoonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang