【2】Si "Sosok" Mesum

294 128 153
                                    

Kudaki anak tangga yang bisa membuatmu terkena heart attack. Selain itu, tangga ini sudah berusia ratusan tahun sehingga banyak material bangunannya yang jatuh langsung ke dalam sungai yang berada tepat di bawahnya.

Oh iya, buku mantra yang diberikan oleh Kak Berta. Aku simpan di dalam tas ranselku. Ribet banget, sih! Kemana-mana membawa sapu, ikrak dan tas ransel. Kubersihkan sampah yang tersebar di sekitar lapangan dan masih kurasakan keadaan yang mencekam sehingga, membuat bulu kudukku berdiri.

🎑🎑🎑

Lorong di sepanjang jalan yang cukup sempit, pemandangan sisa gedung sekolah lama yang ditumbuhi oleh rumput liar serta, pemandangan dari bawah di mana mengalir sebuah sungai kecil yang jernih namun, arusnya deras.

Belum lagi banyak terdapat tumbuhan aneh yang menjulang ke langit dan ornamen-ornamen kaca yang pecah berserakan di lantai. Sebelumnya, cuaca di sini mendung dan petir yang menyambar ke tempat ini cukup besar dan berisik.

Namun, saat aku masuk di dalamnya muncullah cahaya terang berwarna jingga yang memantulkan pecahan kaca.

Beberapa langkah menuju kemenangan, Vel! Kamu pasti bisa! Aku mencoba memberanikan diriku dengan mendorong niatku. Kemenangan yang kumaksud adalah, sebisa mungkin menyelesaikan hukuman yang diberikan Pak Bintang waktu di kelas tadi.

Jujur diriku benci gosip yang beredar dan membuat kebiasaanku yang nekat mencari tahunya. Membuatku sedikit kecewa, aku kecewa dengan apa yang kulakukan waktu di kelas tadi.

Kenapa dari sekian guru haruslah dia yang mengajar sebelum jam istirahat kedua?! gerutuku hingga membuat mulutku berbentuk seperti segitiga terbalik.

"Kenapa aku bisa tertidur walau sebentar saat jam pelajaran?" gumamku sambil menatap lekat-lekat suasana di sekitarku.

Memang benar waktu itu. aku hanya tertidur sebentar namun, terasa jelas seperti ada seseorang yang memanggilku di setiap mimpiku. Dia terlihat sedih walaupun, senyum di bibirnya terpancar indah.

Orang yang kutemui di setiap mimpiku ini, selalu mengatakan hal yang tak kumengerti.

"Hei, Cepatlah kemari! Ayo kita patahkan rantai ini! Tolong aku." Kira-kira kata seperti itulah yang terngiang di pikiranku dan suara itu menjadi sangat jelas tuk didengar dan suara ini menggema membuatku kesulitan mencari sumbernya berasal.

🎑🎑🎑

Kaaakkk... kaakkk...

Bunyi dari burung gagak yang memperingatkan diriku untuk tidak masuk lebih jauh dari tempatku berdiri sekarang.

Dengan perlahan aku mendongak ke atas membaca papan tulisan tersebut dan kulihat burung itu bertengger di atasnya dengan mata merah darah yang menatapku.

Aku berpaling dari burung gagak serta papan tulisan di atas dan aku melihat dengan mata kepalaku sendiri buku-buku berterbangan ke sana kemari. Sekarang yang kulihat adalah, sumber dari segala bahan pembicaraan seisi sekolah.

🎑🎑🎑

"Inikah Perpustakaan belakang sekolah?" gumamku pelan dengan kedua tangan menutup ke arah mulutku.

Yang kulihat saat ini bukanlah, sekedar gedung sekolah lama yang biasa. Jika di luar banyak terdapat ornamen kaca yang berserakan dan lumut-lumut yang menggerogoti dinding.

Lain halnya, dengan yang ada di sini. Setiap ada ornamen kaca yang pecah, dengan sendirinya mereka akan kembali menjadi kaca yang utuh di jendela begitu juga dengan dinding yang bersih dari lumut. Namun, dinding di sini tidak berwarna seperti gedung yang lain yaitu, warna biru dongker.

Once In A Blue MoonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang