Chapter -2-

25 4 3
                                    

"kumohon, jangan seperti ini. Berat untuk kami memilih, jangan beri kami pilihan yang sulit. nyawa kami semua hilang atau salah satu harus ada yang direlakan untuk mengakhiri hidup. Oh tuhan yang benar saja. Kau ini licik!"

.

.

.

KATIE's POV


Disekolah saja ada pembunuhan diam-diam bagaimana dengan kalian yang sedang jalan di trotoar saat malam? Dan bayangkan saja betapa menyenangkan untuk mencari kasus pembunuhan yang sebenarnya. Berkeliling sekolah saat malam hari, mengecek cctv yang dipasang disetiap sudut sekolah, hanya suara jangkrik dalam kesunyian malam, dan detak jantung yang tak keruan saat menemukan beberapa petunjuk yang ada. Ayolah itu sungguh menyenangkan seperti yang saat aku lakukan saat ini. Kami? Iya aku berangkat kesekolah malam-malam begini dengan dua orang temanku Joe dan Sammy. Joe teman sekolahku yang sangat peduli denganku dan Sammy sepupu yang juga memiliki hobby yang sama denganku. Orang tua Sammy juga seorang detektif jadi langkah yang benar bukan saat aku mengajak Sammy ikut denganku dan Joe. Tapi wajah Joe dari tadi sepertinya sedang tidak bersemangat. Padahal saat disekolah tadi dia yang benar-benar ingin membantuku menjari petunjuk untuk kasus pembunuhan di sekolah. Seperti saat ini Joe sedang rebutan posisi untuk mengecek cctv di kursi yang ada di sana.

"gue aja udah Sam"

"engga ih apaan lo"

"sini biar gue aja"

"enggak"

"ngeselin lu, dibilangi gue aja sudah"

"engga Joe gue aja"

"kesel gue sama lo"

"lo lebih ngeselin"

"ga ngerti apa lo ya gue aja disini"

"engga gue aja"

"eng-"

"berenti woi! Gausah buat rusuh kenapa sih?!"

"tau nih sekolah sepi juga"

"lo juga ya Joe"

"mampus"

"apa lu"

"udah. Kita cari bukti yang lain aja. Lo bedua jangan rusuh gue mau ketoilet bentaran"

"Kat!" "jangan"

"apaan lagi?"

"lo seriusan?"

"yaiyalah"

"yaudah kalo ada apa-apa hubungin gue langsung ya"-Sammy

"tap-"

Dan aku langsung meninggalkan ruangan cctv itu. Sekarang tujuan utamaku adalah toilet putri. Lumayan susah mencari toilet putri karena pencahayaan lampu kurang dan saat ini aku masih di lantai tiga sekolah. Aku kembali berjalan menyusuri koridor sambil sesekali bersiul untuk menghilangkan kecanggungan malam akibat aku yang berjalan sendirian di koridor. Perlahan tapi pasti aku berjalan sambil membaca setiap tanda yang ada untuk mencari ruan toilet. Dan aku menemukannya. 

Aku masuk ke dalam menyalakan lampu dan mencuci wajahku, akumengantuk. Jelas saja kulihat sekarang sudah pukul 2 dini hari itu berarti kami sudah berada disekolah sekitar 2 jam dan paginya aku punya jadwal untuk mengambil gambar beberapa siswa yang mengikuti lomba padahal pagi itu adalah hari libur.

Setelah mencuci wajahku aku melihat pantulan diriku di cermin besar yang ada di sana. Ada kanntung mata dan warn bibirku sudah tidak secerah saat aku berangkat tadi, bajuku sudah tidak sebersih yang tadi ada bekas debu menempel dan ada kotoran yang menempel yang pastinya akan membuatku sulit membersihkannya. Aku juga lapar tapi tidak mungkin mendapatkan makanan yang membuatku kenyang di jam segini. 

Slowly DeathTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang