NANA's POV
"lo bahkan gatau gimana rasanya kehilangan orang yang paling berharga dalam hidup lo! Jadi berhenti jadi orang yang sok bijak dihadapan gue sekarang! urus diri lo sendiri karena gue udah ga percaya lagi sama lo!"
Aku berlari dari kafe menuju rumahku. Sekarang sudah pukul 10 malam dan jalanan ke rumahku sudah cukup sepi untuk seorang gadis sepertiku. Hanya suara beberapa kucing dan beberapa orang yang tengah berbincang di dalam rumahnya. Aku mempercepat lariku hingga tanpa sadar seseorang menarik tanganku dengan keras dan menghempaskan tubuhku begitu saja di gang kecil. Oh tuhan ada apa ini? Padahal rumahku tinggal beberapa langkah saja dari sini.
"bodoh!" katanya
Hey! Kau bahkan tak tahu berapa peringkatku disekolah kenapa seenaknya saja mengatakan aku bodoh?!
Dia yang tak kuketahui siapa menggertakku dan membuatku bergemetar hebat. Mututup mataku saat dia kembali menggertakku dan maju beberapa langkah kearahku. Aku menggenggam tali tasku dengan erat dan mataku sudah tak tahan ingin menangis. Kemudian dia mendekatkan bibirnya ke arah telingaku dna berbisik pelan.
"beritahu pada temanmu untuk berhenti sok tahu pada kasus kematian yang ada di sekolahmu, atau kalian yang akan kubunuh sekaligus dan kurasa—"
"brengsek! Pergi darinya!"
Bugh! Bugh!
Suara ini? Miko. Terima kasih tuhan.
Air mata yang kutahan dari tadi pun merembes keluar dan tumpah begitu saja saat melihat Miko yang langsung datang dan memukuli dia yang tak aku kenal ini. Miko memberikan banyak pukulan untuknya samapi dia babak belur dan mengeluarkan darah dari hidungnya. Aku menahan tangannya. Hembusan nafas berat yang tersengal-sengal terdengar dari hidungnya dan keringat yang terus merembes keluar di sekujur tubuhnya. Percaya atau tidak Miko yang seperti ini terlihat manly dan ganteng. Untuk sesaat aku menatapnya sampai orang yang dihajar habis-habisan ini kembali berbicara.
"tunggu saja. Setelah semua urusanku berakhir kalianlah yang akan mati selanjutnya"
Miko menendang kakinya kearah pria ini lalu berlalu pergi membawaku menuju rumahku namun yang mengejutkan adalah kini di rumahku banyak orang yang lebih aneh lagi mereka hanya memandangi rumahku dari luar. Jantungku berdetak tak keruan, Miko langsung mengeratkan genggaman tangannya padaku. Kulihat wajahnya sama sepertiku yang khawatir lalu Miko menarik tanganku dan mendekat kearah rumahku.
"permisi bi, ini rumah saya kenapa ya?" tanyaku pada tetangga sebelah
"gatau dek, itu tadi ada polisi masuk terus ada kedengeran tembakan gitu, pas kami datang. Ga di bolehin masuk sama pak polisinya. Coba adek cek ke dalam aja dulu" kata bibi itu lali pergi dari area kerumunan.
"jadi? Kita gimana?" tanyaku ke arah Miko yang pandangannya tak pernah lepas dari jendela ruang kamarku
"lo... ga ada nyimpen yang aneh-aneh kan dikamar lo?" katanya sambil mempererat genggaman tanganya padaku
"ga ada tuh. Kamar gue normal kok" balasku sambil ikut melihat kea rah jendela kamarku, dan ternyata di dalam kelihatan banget banyak polisi yang masuk ke situ.
Aku mersa ada hal aneh dalam feelingku. Dan benar saja saat aku menerobos kerumunan untuk mencoba masuk ke dalam rumahku tapi aku langsung dicegat dan ditahan untuk tidak memasuki rumahku. Hell! Haruskan aku menunjukkan bukti nyata yang bisa membuat mereka percaya kalau ini sungguh rumahku. Kurasa mataku mulai memerah dan samar-samar kulihat ada orang yang begitu familiar. Oh iya! Om Joe Inspektur polisi dan untunglah dia ada disini sekarang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Slowly Death
Mystery / Thriller"Kami tidak menginginkan hal buruk terjadi dalam hidup kami. Yang kami inginkan hanyalah kehidupan normal yang bisanya ada pada remaja seperti kami. namun hal buruk terjadi karena rasa penasaran tinggi kami kami buat. Hal-hal misteri yang aneh terus...