Chapter -3-

22 2 6
                                    

KATIE's POV

"Dan bila kalian pergi tanpa pamit padaku, akan kubuat hidup kalian jauh lebih menderita dari sekarang dan akan kubuat kalian menyesal pada akhirnya. Menyesal seperti kalian kehilangan nyawa kalian sendiri"

.

.

.

Kemudian tangan Sammy langsung mengambil tas yang kupegang. Dan hal yang paling mengejutkan adalah. Tiga bilah pisau yang tipis dan tajam, satu botol cairan bius, tiga sapu tangan, dompet dengan tiga lembar uang seratusan dan dua buah kartu atm. Lucu kalau kubilang. Tidak ada anak yang seberani ini membawa banyak benda mengejutkan di dalam tas sekolahnya. Aku tak peduli dengan dompet ataupun isinya. Yang bikin aku tertarik adalah pisau dan alat-alat yang membuatku semakin membuat senyum miring.

"berani juga nih cewe bawa-bawa beginian"

"bahkan sebrutal-brutalnyagua ga pernah bawa ginian sekolah. Paling mentok pisau lipat yang gua taruh di dasbor mobil. Dan itu Cuma lo yang tau. Atau jangan-jangan cewe ini yang punya motif kejahatan yang masuk akal dengan semua benda berani ini?"

"gamungkin. Kalau itu yang dipikiran lo. Berarti pikiran lo bener-bener dangkal Kat. Karena gamungkin anak perempuan kesekolah pake tas cowo kayak gini. Kalo asumsi gue. Tasnya dia ditukar dan dompetnya di masukkan ke dalam tas ini. Jadi kalau cewe ini yang ketangkep dia langsung dituduh yang engga-engga padahal dia mungkin aja ga ngelakuin itu"

"lo ada benernya. Semua pertanyaan kita akan terjawab begitu murid perempuan itu bangun"

"lo bener. Btw ini sudah jam setengah 4 subuh. Lo ga ngantuk gitu?"

"gabisa tidur. Gue laper. Makan kuy"

"kantin rumah sakit? Seriusan?"

"kenapa emang?"

"emang makanannya enak? Setau gue di Rumah Sakit makanannya ga ada yang enak Sam"

"terus lo mau makan dimana? Ga ada KFC yang bukan jam segini Kat"

"yaudah makan disini"

Dan aku langsung berjalan duluan sebelum Sammy melanjutkan omongannya. Aku merentangkan tanganku sekedarnya untuk menghilangkan pegal yang daritadi kurasakan di seluruh tubuhku. Kapan ini selesai? Seharusnya yang kami lakukan adalah makan, menginterograsi murid perempuan itu lalu kembali ke aktivitas masing-masing. 

Semudah itu. Secepat itu. Seterencana itu. Tapi taukan semua yang direncanakan kadang tak berjalan sesuai dengan rencana yang sudah dibuat. Begitu kami memasuki kantin rumah sakit ponsel Sammy berbunyi dan tertera nomor asing.

"Halo?"

"...."

"gue matiin kalau ga ada suara yang nyautin"

"to...tolong g-gue"

"ini siapa? Halo?"

"to-tolong"

"ini siapa? Lo diman-"

TIT

Dan sambungan telponnya terputus. Dan anehnya ini semua terasa déjà vu sama gue. Bahkan perasaan gue bilang ini udah terulang berkali-kali. Gue natap mata Samny minta penjelan dari semuanya.

"gue ga tau siapa dia. Tapi yang sempet gue ingat tadi sebelum sambungannya terputus ada suara cewe teriak dari kasur keranjang gitu. Terus disusul sama suara berat cowo yang suaranya kaya gue kenal. Tapi gue lupa siapa. Suara di telpon tadi hening terus langsung berubah jadi berisik. Dan dia ngomong 'tolong gue' gitu"

Slowly DeathTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang