6. First School

48 4 0
                                    

Aku sudah menunggu Reihan sejak lima belas menit yang lalu, tapi Reihan tak kunjung datang. Padahal Kakak Osis kemarin bilang kita sudah harus berada disekolah jam 06.30, sedangkan ini? 5 menit lagi kita kesiangan. Apalagi jarak rumah dan sekolah lumayan jauh.

Terdengar dari luar ada suara motor yang sangat familiar ditelingaku, siapa lagi kalo bukan Reihan. Aku langsung berlari ke halaman rumah dan menghampirinya.

"Ini udahh jam berapaaa botak?! 1 menit lagi kitaa telat!" Umpatku padanya.

"Kalem aja kali, masaiya ada sekolah masuk jam setengah tujuh, mau ngapain lo jam segitu? Lo mau bersihin sekolah bareng penjaga sekolah?" Jawabnya dengan santai.

"IHH LO TUHH YAA KALO DIBILANGIN KERAS KEPALAA BANGET!! KALO MISALNYA KITA DIHUKUM INI SEMUA GARA-GARA LO! DAN LO HARUS TANGGUNG JAWAB" teriakku dengan frustasi.

"WOYY KUPINGG GUEE MASIH NORMAL GAUSAH TERIAK TERIAKKK" teriaknya kembali padaku sambil menutup telinganya.

"Aduhhh ini ituu ada apasihh pagi-pagi udah berantem kaya gituu" kata bunda yang tiba-tiba datang menghampiri kami.

"Ini nih bun, anak bunda masaiya aku disuruh tanggung jawab, aku ngehamilin dia aja ngga" ucapnya yang selalu santai

"Maksud gue bukan tanggungjawab itu REIHANN!!"

Sungguh, aku benar-benar kesal padanya. Udah kesiangan gini, masihh aja ngomong yang ngga ngga. Gak kenal waktu banget itu anak. Tau kan "time is money" waktu adalah uang. Uang itu berharga dan begitupun waktu.
tanpa disadari ini udah lewat 5 menit, dan pasti udah kesiangan.

"Udah deh, kalian berangkat aja sana nanti berantemnya kalo udah nyampe sekolah" bunda mendorong tubuhku lembut agar segera menaiki motor matic kesayangan Reihan.

Aku mencebikan bibir "iya bunda iyaa"

Dengan rasa kesal aku menaiki motor Reihan, dan berangkat menuju sekolah. Pasti disana sudah dimulai Upacara Pembukaan untuk siswa baru. Ini gara-gara Reihan aku jadi kesiangan, tau gitu aku bareng ka Zenal tadi.

Ini benar-benar hari pertama sekolah yang tidak boleh di ingat sampai kapan pun, karena ini adalah hal yang paling memalukan.

Di sepanjang jalan menuju sekolah aku sama sekali tidak membuka suara. Meskipun Reihan terkadang mengajakku mengobrol tapi aku balas dengan deheman, iya atau tidak. Sepertinya Reihan cukup mengerti aku sedang dalam keadaan mood yang buruk karena dirinya. Jadi ia berusaha membuat mood ku membaik dengan cara terus berceloteh yang tidak jelas atau mengajak bermain tebak2an seperti sekarang.

"Kenapa yah ikan jago banget berenang?"

"Gak tau"

"Udah dong jangan kaya gini gue janji deh besok2 gue jemput lo nya pagi" Ucap Reihan dan aku hanya menjawab dengan deheman.

Butuh waktu sekitar 10 menit untuk aku dan Reihan sampai di sekolah. Seperti dugaanku kita telat. Gerbang telah tertutup sempurna. Dan lebih parahnya lagi disini hanya aku dan Reihan yang telat. Murid baru lainnya sudah berbaris dengan rapi untuk mengikuti serangkaian upacara bendera di lapang.

Aku menatap nanar gerbang sekolah ini. Aku menghela nafas dan menatap Reihan tajam "sumpah yah Rei kalo tadi lo gak telat jemput kita gak bakal telat kaya gini. Apa kata guru nanti baru aja masuk sekolah udah telat kaya gini. Pasti nanti kita dihukum lagi"

"Yah maafin gue Kei." Reihan menatap ku dengan tatapan memelas.

"Makannya lain kali hargain waktu. Jangan kaya tadi lo udah tau kan sekolah masuk jam 6.30 tapi lo malah santai aja" Reihan tidak merespon ia hanya menundukan kepalanya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 12, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Kei&ReiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang