"keluarga"

20 3 0
                                    

" assalamu'alaikum bunda, hallen pulang" panggil ku dengan memutar knop pintu rumah ku, bukan rumah aku sih.. tapi rumah orang tua aku.

" wa'alaikumsalam, eh... anak bunda baru pulang." bunda menjawab salam ku dengan senyum  yang tipis, ku cium punggung tangan bunda ku dan langsung pergi ke dapur untuk mengambil minum.

" kok lesuh banget sih mukanya? Kenapa pulangnya lama? kok naik angkot? " berbagai pertanyaan yang di utarakan bunda kepada ku.

" Hmm... bunda.. kalau ngasih pertanyaan itu satu- satu, bingung jadinya hallen mau jawab yang mana." Protes hallen

" ya kamu tinggal jawab aja kok susah sih sayang" bantah bunda

" tadi tuh  di angkot sempit- sempitan panas capek deh jadinya, trus kenapa pulangnya lama? Itu, karena kan, untuk mau nyampai ke rumah hallen harus nyari angkot dulu, trus kenapa hallen naik angkot hallen tadi lupa bawa hp bun" jawab hallen panjang lebar .

" ohhh.... ya sudah sana gih ganti bajunya, bau acem kamu ni "  ledek bunda dengan mencium- cium badan ku.

" ihh... bunda" rajuk ku malah bikin bunda ketawa.
Bunda adalah ibu terhebat, terbaik, tegas dalam mendidik anak- anaknya, dan humoris. Namanya bunda yusnita erlita, bunda selalu khawatir kalau kami pulang terlambat dia selalu nasehatin kami, kalau kami salah, apalagi kalau kami salah jalan atau mengeluh. Satu lagi bunda itu tempat curhat yang tepat  bagi ku dan keluarga ku, jadi aku atau pun mamas aku tidak segan - segan buat searing sama bunda, aku tidak tau kalau bunda sama ayah gimana, soalnya mereka tidak perna cekcok di depan anaknya.

" sayang sudah sholatnya belum?" Tanya nya

" allhamdulilah sudah bun, tadi hallen sholat di moshola"  jawab ku senyum lebar kepada bunda sambil dengan menaiki anak tangga menuju kamar.

~kamar~

" huft... "  ku tarik dan ku buang nafas ku gusar.
Ku baring kan, tubuh ku yang sudah terlalu letih, dengan menatap  langit - langit kamar ku   dan pandangan ku edar kan ke seluruh ruangan, mata ku tertuju dengan sebuah bingkai berukuran sedang yang berdiri di atas meja lampu hias kamar ku, uang menampil kan sosok anak kecil yang berkelamin pria.

" hai.. ibal, kamu tau gk hari ini adalah har i yang sangat - sangat menjengkelkan bagi ku, aku kangen banget sama kamu, kamu sekarang dimana? Kok gak pernah kabari aku? Mungkin kamu sudah punya sahabat baru ya, makanya kamu  jadi lupa sama aku."

  Itu sudah ritinitas ku setiap hari, curhat dengan sebuah bingkai yang berisi foto sahabat kecil aku sewaktu di kampung, dia pergi setahun   sebelum aku pindah  rumah baru di perkotaan seperti sekarang ini. Dia ikut orang tuanya pindah ke luar negri  karena urusan bisnis kata masyarakat yang ada di kampung ku dulu, aku gak tau kalau dia pindah soalnya dia gak pernah cerita apa- apa tentang dia  mau pindah, waktu aku ke rumahnya ternyata sudah kosong, dari situ lah kami tidak pernah komunikasi apalagi  bertemu.

" hmmm.. gak bosen apa dek ngomong sama bingkai foto terus, kakak liatnya aja bosen." Kata kak rangga yang tanpa ku sadari mendengarkan ocehan ku tadi bersama kak raka yang sibuk dengan c.o.c.nya.

"ihhh... kakak ngapain ke kamar aku?, kakak itu kalau mau masuk kamar aku, harus baca peraturan yang tertulis di depan pintu dong, ini kok malah nylonong main masuk aja" ucap ku panjang lebar

" kan kakak yang masuk bukan orang lain, kalau orang lain tadi iya harus ketok pintu dulu." Kata kak rangga

" kakak kan laki- laki, nanti kalau misalnya aku lagi ganti baju gimana?"  katu ku

" berarti itu rezekinya kakak dong!!" Kata.kak raka dengan wajah - wajah yang sulit di artikan.

" Plok" jitakan mendarat di keningnya kak raka dengan tangan kak rangga.

"Yang beggituan lo baru conect, ingat itu adek lo!!" Ancam kak rangga kepada kak raka.

" iya,ya... gue kan cuman becanda juga kalli....  tapi lo kalau mukul kuat, sampai sakit nih. " jawab kak raka, yang disertai tawa ku pelan.

" hmmm... ya sudah gue minta maaf ya raka" kata kak rangga.

" iya. tapi gue boleh balas gak  " tanya kak raka.

" napa mau bales ha! Nya." Kata kak rangga sambil menyodorkan kepalanya.

" gak kok kakak ku sayang" jawab kak raka

" ya  udah, hallen kamu mandi soalnya kamu bau angkot."
Canda kak rangga

" kakak tau dari mana aku naik angkot " tanya ku

" dari bunda".jawabnya

" ya sudah mandi cepat, abis itu ke ruang makan" katanya lagi

"Ngapain??" Tanya ku yang tidak conect

" mau boker masal di meja makan."jawab kak raks asal

"Mana ada boker di meja makan, setau aku ruangn makan untuk makan keluarga lah".kata ku dengan nada yang agak tinggi.

" ya iyalah makan, ya allah knapa lah aku punya adek kayak gini lola banget " kata kak raka gusar

" dah - dah kalian ini ribut aja kerjaannya, mendingan kamu hallen cepat  mandi" suruh mas rangga.

"Ya kak " jawab kak

" Cepat nanti gue habisi makanannya " ancam kak raka

"IYA.. udah sana keluar" usir ku sambil memeletkan lidah ku kepada kak raka, kak rangga hanya bisa geleng kepala lihat tingkah kami.

Yaps... mereka adalah kakak - kakak ku, yang pertama namanya R. PUTRA RANGGA YUANDINATA
yang kedua R. PUTRA RAKA YUANDINATA dan nama aku sendiri R.A PUTRI HALLEN YUANDINATA, kami 3 bersaudara  kak aga orangnya dewasa, pinter, penyayang, baik, ganteng lagi, kalau kak aka orangnya penyagilan, pintar, aku kalau gak ngerti soal pelajaran tanya sama dia, penyayanglah walau pun aku sering kesal sama dia, dan manis. Kalau diri aku sendiri gak tau, soalnya yang nilai diri ku orang lain bukan aku dari kami bertiga cuma aku yang aku kamu.

~ Meja makan ~

" assalamu'alaikum yah, bun, kak aga, kak aka.." salam ku  kepada seluruh anggita keluarga ku.

" wa'alaikumsalam sayang" kata mereka serempak dengan senyum yang mengembang di bibir mereka

" cepetan nyuk perut gue sudah pada demo ni dari tadi nunggui lo lama kali" protes mas avi

"Iya kak, cerewet amat sih" protes ku  sambil mengerucutkan bibir ku.
Bunda, ayah mas aga hanya bisa gelengkan kepalanya.

" bisa tidak kalian berdua ini tidak adu mulut, satu hari saja" kata ayah ku lembut tapi kelihatan tegas.

" insyaallah yah" kata kami berdua serempak.

" ya, gitu dong kompak  kan enak di denger, ya sudah ayo kita makan" ajak ayah ku

Lelaki yang tampak lembut tapi tegas itu ayah kami, namanya R. Anggara yuandinata. Dia selalu mensuport apa saja  selagi itu yg terbaik  buat kami.

Selesai makan  aku dan bunda  mencuci piring, sedang kan para  cowok nonton tv, selesai cuci piring  kami  aku pergi ke kamar untuk  tidur.

¿¿¿¿¿¿¿¿¿¿¿¿¿¿¿¿¿¿¿¿¿¿¿¿¿¿¿¿¿

  Assalamu' alaikum readers ..

Cepter 1&2 sudah selesai, jadi kalian  tinggal menunggu  ceritanya, semoga ceritanya menyenangkan ya..
Jangan lupa baca , beri bintang &  sarannya ya.
 
Assalamu'alaikum :-) :-).

natabale has a storyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang