Chapter 6

192 8 0
                                    

"KAKAK!!!!!"

Aku disambut oleh adik tiriku, Naufal, saat keluar dari mobil. Aku memang agak rapat sama Naufal soalnya sejak aku pindah ke sini dia berasa punya teman dan well, aku emang suka anak kecil yang lucu yang bikin gemes kayak dia. Naufal itu chubby dari lahir. Hingga sekarang nggak ada beda chubby nya itu.

Aku langsung merentangkan tangan ku buat menangkap Naufal yang sedang berlari kearah ku.

"Duhhh!! Adik kakak kangen ya sama kakak?"

Aku memeluk nya dengan erat. Jujur aku kangen sama adik-adik ku yang lain nya. Jadi buat melepaskan rasa kangen ku, aku akan bersama dengan Naufal. Oh iya, kalian pasti heran kenapa aku bisa kangen sama adik-adik ku sementara aku baru pulang dari Singapur. Jadi gini, adik-adik ku nggak menetap di Singapur. Adik ku yang pertama bernama Audi Sabrina, berumur 25 tahun. Dia lagi bekerja di Australia dan mungkin akan menetap di sana selamanya. Soalnya dia juga nggak suka sama keluarga baru Mama ku sama juga dengan Papa. Emang rumit ya?

Adik ku yang kedua itu namanya Audrey Karina dan umurnya baru menginjak 18 tahun. Dan sekarang dia kuliah di Australia juga. Audrey tinggal bersama dengan Audi soalnya umurnya yang masih muda dan itu adalah syarat yang ditetap kan oleh orang tua kami semasa dia mengajukan niat nya yang mau kuliah di sana. Terakhir kali aku ketemu mereka itu setahun yang lalu, waktu itu aku ke Australia buat menghadiri meeting bersama dengan klienku di sana. Dan setelah itu kami nggak ketemu sehingga sekarang ini cuma bicara lewat ponsel aja.

"KANGEN BANGEEEETTTTT!!! Kenapa kakak pergi nya lama sih. Aufal kan nggak punya teman di rumah."

Naufal melipat kedua tangannya di depan dada dan memasang wajah cemberut. Aku yang gemas mencubit pipinya yang teramat chubby itu.

"Eeeeee, ngambek ya? Kalau Aufal ngambek, coklatnya kakak kasi ke Mitha aja ya?"

Mitha itu adalah anak tetangga sebelah dan Naufal sering bermain dengannya. Naufal yang mulanya sedang ngambek terus memeluk ku dan memasang puppy eyes andalannya kepadaku.

"Jangan kasih ke Mitha dong Kak. Aufal batal ngambeknya ni."

Aku ketawa dan mencubit pipinya. Aku berjongkok kearah dia dan mencium pipinya.

"Gitu dong. Oh iya, bunda ada di rumah? Kalau Papa?"

"Bunda lagi keluar sama Papa. Aufal mau ikut tapi nggak diizin mereka. Katanya mereka mau kencan. Kencan itu apa ya kak?" Naufal memasang wajah ingin tahunya.

Dasar orang tua berasa remaja. Kok dengan anak kecil ngomongnya kayak gitu.

Aku menggaruk tengkuk ku yang nggak gatal sama sekali. Gimana caranya aku menjelaskan ke anak kecil soal kencan ya?

"Errrr... Kencan itu....Mmmm... Nanti Aufal tanya aja ya sama Bunda dan Papa?"

Fuuuuhh!! Lebih baik aku mengelak dari aku salah ngomong. Bahaya kalau nanti dia salah paham sama penjelasan ku.

"Iya deh nanti Aufal tanya sama Papa aja. Ayo kak kita masuk! Bik Iti lagi goreng ayam buat makan siang."

Aku langsung ditarik oleh Naufal ke dalam rumah. Salah satu persamaan antara aku dan Naufal adalah kita itu penggemar ayam goreng. Jadi kalau aku lagi dirumah, Bik Iti pasti goreng nya dengan banyak supaya kami nggak berebut. Aku memelan kan langkah ku ketika aku melihat sosok Bik Iti yang sedang menata makanan di meja makan. Aku liat kearah Naufal dan meletakkan satu jari ke bibir ku isyarat buat diam-diam. Naufal turut melakukan yang sama dan kami mulai berjalan mengendap-ngendap seperti maling kearah Bik Iti. Aku menghitung menggunakan tangan ku kearah Naufal dan...

"BIK ITI!!!!"

"Ehy kodok kodok kodok kodok."

Aku sama Naufal tertawa terbahak-bahak mendengar latahnya Bik Iti. Iya, aku emang suka ganggu Bik Iti seperti ini soalnya latahnya itu menghiburkan banget. Ku lihat Naufal udah terbaring di lantai sambil memegang perutnya dan masih dengan tawanya itu.

"Issshhkkk, kalian ini emang ya. Beruntung bibik lagi nggak pegang apa-apa."

Bik Iti melihat kearah kami dengan wajah nya yang sebal dan tangannya yang masih menggosok dada nya akibat serangan tiba-tiba dari kami. Aku langsung menuju kearahnya dan memeluknya.

"Aduuh bibik. Maap kan neng ya? Kangeeeennnn."

Bik Iti udah seperti ibu bagiku. Pertama kali aku pindah ke sini, Bik Iti lah yang sering menjadi teman ku di rumah selain Naufal. Ingat kan, aku nggak sebegitu rapat dengan Papa dan ibu tiriku. Aku merasakan Bik Iti membalas pelukan ku.

"Bibik juga kangen sama Aurel."

"Aufhal jugha kanghen shama Khakhak."

Kami melepaskan pelukan dan melihat kearah suara tersebut. Rupanya Naufal udah duduk di kerusi dan melahap ayam goreng yang berada di meja. Aku pura-pura memasang wajah marah ku dan berkecak pinggang.

"AUFAL!! Siapa bilang Aufal bisa makan tanpa kakak?"

Naufal yang sedang menikmati ayam gorengnya melihat kearah ku dan cengengsan sambil menunjuk dua jari tanda damai. Aku hanya menggeleng kepalaku dan bergabug dengan dia dan langsung melahap ayam goreng itu.

"Aduh kalian ini. Pasti begini ni kalau liat ayam goreng, nggak ada tanggung-tanggungnya." Kata Bik Iti yang terus menuju kearah dapur semula.

Aku sama Naufal yang lagi menikmati makanan siang kami hanya saling pandang dan teruskan dengan makanan kami. Beginilah acara makan siang ku bersama dengan Naufal setiap kali Papa dan ibu tiriku nggak ada dirumah.

XXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXX

Halo Halo. Aku lagi punya masa kosong kerana itu aku bisa posting chapter ini. Heheh. Naah sekarang udah jelaskan adik-adiknya Aurel? Di part seterusnya aku akan mucul kan Papanya Aurel pula. Dan mungkin Adhitama? Di tunggu aja yaaa.

- NSBMS <3

Izinkan Aku MencintaimuWhere stories live. Discover now