Siluet bulan memantul ke dasar kolam, menampakkan bola jernih dengan bintang-bintang sebagai penerang langit yang tak terhitung luasnya. Malam ini terasa sunyi, henya terdengar gemericik air yang bercucuran di kolam ikan kecil yang ada di taman belakang. Berbeda dengan suasana di rumah Ibunya yang kadang masih terdengar suara jangkrik dan kodok yang konon katanya sedang meminta hujan. Tami mencelupkan jemarinya ke dalam air, lalu diangkatnya dengan perlahan. Tetesan air mengalir lembut, kemudian terdengar suara pantulan saat tetesan air itu kembali bergabung dengan air kolam.
Ini sudah memasuki bulan ketiga sejak kedatangannya ke rumah ini. Rumah tempat keluarga kandungnya menunggu kedatangannya selama belasan tahun. Rumah yang seharusnya tidak ia tinggalkan andai kejadian penculikan itu tidak terjadi. Namun, ia sadar bahwa semua yang selama ini terjadi pada dirinya merupakan qada dan qadar-Nya jadi mana mungkin ia mengelak apalagi melarikan diri dari segala ketentuan-Nya. Nyatanya, hikmah yang begitu besar ia dapatkan setelah melewati fase sakit beruraian air mata sebab sempat menolak untuk menerima kenyataan yang sebenarnya. Jika kejadian penculikan itu tidak terjadi, mungkin ia tak dapat memaknai kasih sayang yang begitu besar dari orang-orang yang berada di sekelilingnya.
Percayalah, Dia takkan menguji diluar batas kemampuan hamba-Nya. Tami sendiri menyadari bahwa setiap segala sesuatu yang terjadi atas dirinya tersebab oleh satu kata, yakni "cinta". Sebab cinta lah ibunya mampu melakukan sesuatu yang tak pernah terpikirkan sebelumnya. Kalau tidak, mana mungkin wanita itu mengambil resiko besar untuk mendidik dan membesarkan dirinya dengan mengorbankan masa depan cerah yang mungkin dapat ia raih. Meskipun begitu, tindakan ibunya juga tidak dapat dibenarkan karena telah membuat keluarga Tami memendam kesakitan yang teramat dalam karena kehilahan putri mereka yang berharga.
Bila dilihat dari kacamata ibunya, wanita itu juga turut memendam rasa bersalah selama bertahun-tahun. Orang-orang sering berkata, jika sudah jatuh cinta maka laut luas pun akan diseberangi. Kita tak akan tahu ujian apa yang harus ditempuh untuk mencapai suatu kata bahagia apabila tiba waktunya untuk meraih indahnya gelar sebagai pencinta sejati. Karena sejatinya sebuah cinta hanya akan bermuara kepadanya.
"Tami lagi ngelamunin apa, sayang?" tanya Bu Rahma yang hendak duduk di samping Tami.
Tami mengelus jantungnya yang berdetak cukup kencang karena terlalu kaget. Pikirannya yang merenung jauh menjelalah membuatnya tak menyadari keberadaan Mamanya yang tiba-tiba saja sudah berada di sampingnya. Semilir angin yang cukup kencang ditambah udara lembab malam hari membuat Tami memeluk tubuh dengan kedua tangannya.
"Tami kedinginan, ya?"
Tami mengangguk, membiarkan bu Rahma memeluk bahunya dengan lembut. Ia kemudian menyandarkan kepalanya di lengan ibunya yang terasa amat nyaman. Dengan bermanja seperti itu ia berharap dapat mengobati rasa rindu ibunya yang terasa tak berujung. Sejak ia kembali ke rumah ini, tak sedikitpun wanita itu melepaskan kesempatan untuk berbincang dengannya. Dari masa kecil hingga ia dewasa tak ia lewatkan sedikit pun untuk diceritakan kepada Bu Rahma dan setiap bercerita itulah, tanggul yang menampung air matanya akan luber kemana-mana.
Tami menggenggam kedua jemari Bu Rahma lalu dibawa sebentar ke bibir dan dicium dengan penuh syukur. Sesungguhnya wanita inilah yang paling terluka karena kehilangannya. Hingga hari ini, seri wajah Ibunya itu tak pernah menghilang sejak kembalinya ia ke pelukan mereka.
"Ma, Tami jadi kebayang deh, gimana kalau seandainya anak yang tenggelam di sungai itu benar-benar Tami."
"Tami, jangan ngomong gitu," bu Rahma menatap Tami dengan ekspresi sedih. Baginya, kehilangan Tami adalah sebuah mimpi buruk paling mengerikan yang pernah ia lalui. "Sedih banget Mama kalau inget kejadian itu."
Tami tersenyum menenangkan. "Maaf, Ma. Tami nggak ada maksud bikin Mama sedih."
"Pokoknya jangan bahas lagi soal kejadian itu. Lihat nih, bulu ditangan Mama sampe berdiri semua kalau inget kejadian itu." Tami memijit lembut tangan Ibu Rahma. Walau sudah berumur, namun tangan wanita itu senantiasa lembut dan berbau wangi. Khas bau wewangian yang hadir karena kasih sayang seorang ibu terhadap anaknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sang Mempelai Pengganti (Perfectly Halal Series 1)
Любовные романыAlvin, calon pengantin pria yang ditinggalkan oleh calon mempelainya tiga hari sebelum akad nikah seharusnya dilaksanakan. Tami, adik sang calon mempelai yang terpaksa menggantikan posisi kakaknya yang kabur tanpa sebarang pesan. Alvin mengira akan...