Kilat menyambar-nyambar di langit. Goresan cahaya itu membentuk cabang-cabang kecil seakan-akan ingin membelah luasnya langit yang menghitam karena tak disinari cahaya matahari. Suara gemuruh guntur menggulung-gulung terdengar mendentum kesunyian malam yang diikuti turunnya hujan rintik-rintik yang membasahi bumi. Hujan adalah rahmat terbesar Tuhan yang Mahakuasa. Orang-orang bilang, jika di sebuah majelis turun hujan, itu artinya Allah meridhoi majelis tersebut. Apakah hujan yang turun sekarang ini menandakan Allah meridhoi pernikahan yang akan dilaksanakan esok hari? Tami yang berada di balkon kamarnya tersenyum gamang. Tempias air hujan membasahi bagian depan bajunya. Ia membiarkannya saja, tak berniat untuk sekedar berpindah tempat agar tak kebasahan.
Bunyi hentakan pintu diiringi langkah tergesa-gesa membuat Tami menoleh ke dalam kamar. Ia tahu ini akan terjadi, tapi ia belum siap menghadapinya. Ini bukan keinginan, bukan pula impiannya, namun apa daya jika garis takdir yang digariskan padanya mengharuskan dirinya melakukan semua ini meskipun itu sesusah berjalan di atas retakan kaca yang berserakan. Jika ia melangkah, hanya luka dan rasa sakit yang akan ia dapatkan. Namun ia lebih tidak rela jika orang yang disayanginya terluka.
"Katakan apa maksud dan tujuanmu menyetujui pernikahan ini, hah?"
Alvin berdiri di depan Tami dengan sorot mata tajam berapi-api.Tarikan nafasnya tidak teratur dan ada bulir-bulit keringat di dahinya. Terlihat jelas kekecewaan dan luka di matanya. Tami juga merasakan itu, bahkan mungkin ia lah orang yang paling terluka disini. Tami mengambil nafas sejenak, berusaha mengumpulkan sebanyak mungkin pasokan oksigen yang dibutuhkan paru-parunya saat ini. Di sana terasa sesak yang menghimpit. Jantungnya berdetak kencang dan aliran darahnya seakan mengalir dengan lambat. Udara dingin yang menusuk hingga ke persendian membuat bulu kuduknya meremang. Tami mencoba menata kata di benaknya agar tak salah ucap nantinya.
"Assalamu'alaikum." ucap Tami setenang mungkin. Bagaimana bisa pria berpendidikan seperti Alvin tidak memiliki sopan santun. Memasuki kamar seorang gadis tanpa permisi. Sejauh yang dikenal Tami, keluarga bu Rafika adalah orang yang terhormat, tapi hal itu tidak tampak pada diri Alvin karena sekarang ini dirinya di penuhi kekecewaan yang mendalam.
"Perlukah saya mengucapkan salam pada orang sepertimu?" bentak Alvin. Percuma saja mencari celah kesabaran pada dirinya karena kesabarannya sudah terkikis habis oleh amarah. "Katakan sekarang apa pembelaanmu meskipun aku tak akan mempercayai penyihir licik sepertimu." sambungnya.
Oh, hooh. Dengan tidak sopannya ia memasuki kamarku dan sekarang seenak hati membentakku? Ternyata selama ini penilaianku tentang dirinya memang benar. Bisik Tami pada hati kecilnya.
"Saya tidak mungkin menolaknya, Mas. Permintaan dari orang tua kita dan merupakan wujud bakti saya kepada kedua orang yang telah membuat saya ada di dunia ini."
"Kita?" kata Alvin dengan wajah sinis. "Sejak kapan ada kata kita diantara kamu dan aku? Jika kamu sedang bermimpi maka segeralah terjaga. Kamu sendiri yang nanti akan terluka karena sampai kapan pun tidak ada kata kita diantara kamu dan aku. Pernikahan ini tak akan pernah terjadi, bahkan di dalam mimpimu sekali pun."
Setiap kata yang keluar dari mulutnya bagaikan anak panah yang menggores luka dihati dan ia membubuhi luka itu dengan racun. Seakan dirinya lah yang paling terluka tanpa memikirkan penderitaan orang lain. Padahal di sini mereka sama-sama korban dari sikap kekanak-kanakan Karina.
Lelaki seperti inikah yang dipilih Karina untuk menjadi pendamping hidupnya?
Tami kembali mengumpulkan segenap kekuatannya yang tercerai-berai mendengar penghinaan Alvin yang membuat dirinya merasa begitu terhina. Tidak! Sekalipun ia tak akan lagi membiarkan pria itu menyudutkannya. Ia tak akan mengalah hanya karena ia perempuan. Ia punya harga diri yang harusnya dihormati bukan malah dinjak-injak seperti yang dilakukan pria di depannya itu.K edua bola mata Tami menatap tepat ke dalam bola mata Alvin seakan menantang pria itu. Hal yang tak pernah sekalipun ia lakukan untuk menjaga pandangannya. Ya Allah, kuatkan hamba.
![](https://img.wattpad.com/cover/107000257-288-k743491.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Sang Mempelai Pengganti (Perfectly Halal Series 1)
RomanceAlvin, calon pengantin pria yang ditinggalkan oleh calon mempelainya tiga hari sebelum akad nikah seharusnya dilaksanakan. Tami, adik sang calon mempelai yang terpaksa menggantikan posisi kakaknya yang kabur tanpa sebarang pesan. Alvin mengira akan...