Chapter 10 (Malam Sengsara)

16.8K 983 11
                                    

Rasulullah sallallahu 'alaihi wasallam bersabda,

Jika seseorang telah menikah, maka ia telah menyempurnakan separuh agamanya.Karenanya hendaknya ia bertakwa kepada Allah untuk menjaga separuh sisanya.
(HR.al-Baihaqi dalam Syu'abul Iman no.5486)


Kedua mempelai menyandarkan tubuh mereka di dinding lift. Waktu hampir menyentuh jam sepuluh malam ketika acara resepsi pernikahan selesai dilaksanakan. Tami menghembuskan nafas panjang sembari melipat ujung pashmina di dagunya. Berdiri di pelaminan selama berjam-jam membuat tubuhnya luar biasa kelelahan. Rasanya ia seperti baru saja memanggul beras berkarung-karung. Menyalami tamu yang tak henti-hentinya berdatangan membuat Tami curiga jika keluarganya dan keluarga Alvin mengundang masyarakat sekota Pontianak untuk menghadiri resepsi mereka.

Tami mengibas-ngibaskan tangannya berkali-kali, berharap rasa pegal di tangannya sedikit berkurang.

"Kapok. Nggak mau nikah lagi." keluhnya.

Alvin yang tadi terlelap sejenak membuka mata. Ia menatap Tami dengan seulas senyuman lalu berkata, "Kalau begitu, kamu harus siap lahir dan batin untuk menjadi janda seumur hidup."

Tami menghentikan aktivitasnya. Matanya melirik tajam ke arah Alvin. Pria itu jadi berfikir mungkin saja istrinya diikutin hantu penari Bali karena hobinya yang suka mendelik.

"Apa? Mau aku bacain Yasin biar tenang di sana? Cepetan keluar dari tubuhnya." Perintah Alvin dengan galak. Tami makin tajam melirik Alvin. Giginya bergemelatuk geram.

"Kamu pikir aku lagi kesurupan kunti, sundel bolong, pocong atau suster ngesot?" tanya Tami tak terima. Bisa-bisanya Alvin menganggapnya sedang kesurupan. Kalau dia benar-benar kesurupan maka pria itu pasti sudah tidak ada di sampingnya, karena sudah ia lempar jauh-jauh ke kutub agar dimakan beruang. Kalaupun tidak, biar beku saja sekalian di sana asal Alvin tidak ada bersamanya karena pria itu selalu membuatnya jengkel setengah mati. Kesabaran di hatinya jadi terkikis sia- sia seperti batu karang yang dilanda abrasi pantai.

"Hantu penari Bali kali? Karena matamu itu selalu mendelik. Hati-hati nanti matamu jereng."

"Itu karena kamu bilang a..."

Ting.

Tami tak pernah menyelesaikan kalimatnya karena pintu lift sudah terbuka dan Alvin sudah melangkah keluar dari lift, meninggalkan dirinya yang tertatih-tatih melangkah karena sepatu hak tinggi yang dipakainya. Entah karena terlalu buru-buru atau memang karena ceroboh, tiba-tiba saja kakinya yang melangkah salah mengambil ancang-ancang hingga membuatnya jatuh terhuyung di lantai. Alvin yang mendengar suara seseorang jatuh menoleh ke belakang. Bukannya menolong, pria itu malah tertawa.

"Sudah tahu nggak bisa makai sepatu yang begituan, kenapa masih maksain makai, sih? Suka banget nyiksa diri sendiri."

Tami yang sudah berdiri hampir saja melempar sepatu yang ia tenteng. Istigfar Tami, istigfar. Astagfirullah haladzim ... Astagfirullah haladzim ... Astagfirullah haladzim. Tami mengelus-elus dadanya. Berusaha melawan syaitan yang tengah merasuki pikirannya. Jika menuruti keinginan syaitan pasti sepatu di tangannya sudah mendarat di wajah mulus Alvin.

Sang Mempelai Pengganti (Perfectly Halal Series 1)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang