Jujur, baru tahu kalau ada genre fiksi yang disebut "Bromance". Googling deh apa itu Bromance *tsaahh*
Coba bikin yuk, semoga udah cukup Bromance, yes...
*****
"Kalian maunya apa? Tertidur lagi di kelas!" suara Pak Lexi menggelegar. Dua murid laki-lakinya berdiri mematung di depan kelas.
"Aga, Juno, saya nyerah! Sekarang juga tinggalkan kelas!" Guru Fisika yang juga wali kelas mereka terkenal disiplin dan kali ini habis kesabarannya.
Aga dan Juno nggak punya pilihan. Dengan gontai Juno merangkul pundak Aga berjalan keluar diikuti seruan "huuu..." dari seisi kelas.
"Terlalu!" geram Juno.
Semua orang tahu, Aga-Juno berteman dan bertetangga sejak kecil. Papa Aga seorang pelatih dan pemilik Dojo terkenal di kota ini. Sejak kecil Aga dididik disiplin dan bertanggung jawab. Sayangnya sejak Papa dan Mamanya berpisah ia jadi menutup diri. Sedangkan orang tua Juno sangat sibuk dengan bisnisnya dan jarang ada di rumah.
"Gue sumpahin dia cepat keriput!" sungut Aga.
"Tapi nggak bener kalau bolos melulu!" tukas Juno cepat.
"Eh, Monyet! Kita kan nggak bolos. Si botak yang nyuruh kita keluar kan?" Aga nggak terima dianggap membolos.
"Gue mau balik ke kelas, ngalah aja Ga. Gue khawatir sama Fisika, mana dia suka ngasih ulangan mendadak." Juno mengajak sahabatnya untuk kembali ke kelas.
"Kampret Lu! Udah deh, buat kali ini kita ikuti aja mau dia. Besok kita tunjukkin kalau anak bengal juga bisa dapat nilai bagus." tutup Aga sambil mendorong Juno menuju kantin.
Otak Aga dan Juno memang di atas rata-rata. Biarpun mereka sering tertidur di kelas, nilai mereka nggak pernah jeblok. Dalam pelajaran sains mereka bisa membuktikan bahwa pilihan masuk IPA sudah benar.
Baru saja Juno duduk, tiba-tiba Melia, si ketua OSIS menghampiri mereka.
"Di sini lu pada. Aga, lu dipanggil Pak Ramon, sekarang ya!" ucapnya terburu-buru dan segera meninggalkan kantin.
Dengan malas Aga beranjak mengikutinya. Tapi Juno masih duduk menikmati cola yang dipesannya.
"Nyet, lu kira cuma gue yang dipanggil? Kalau gue dipanggil, lu juga. Ayo!" sungut Aga mengajak Juno menemui Pak Ramon, Kepala Sekolahnya.
"Lah kenapa gue dibawa-bawa?" sungutnya.
Aga menyeret sahabatnya itu sambil berjalan malas. Terbayang sudah omelan ala Opa-opa kepada cucu yang bandel.
"Hei, Aga! Masuk!" sambut Pak Ramon ramah saat Aga dan Juno muncul di depan pintu ruangannya. Banyak orang di sana. Ada Melia, Bu Ratih, Pak Busro, Pak Lexi, dan dua orang lagi yang belum mereka kenal.
Bu Ratih dan Pak Busro adalah pegawai di Dojo milik Papanya Aga. Pak Lexi tampak masih kesal saat mereka duduk di sebelah Pak Ramon. Dalam hati mereka mengumpat, yakin kalau Pak Lexi yang melaporkan kenakalan mereka dan Papanya Aga mengutus orang untuk menyelesaikan di sekolah.
"Bu Ratih," Aga mengangguk sopan.
"Bener-bener ya kamu!" potong Pak Ramon mengacungkan telunjuknya dan geleng-geleng kepala. Tapi dia terkekeh, aneh sekali.
"Sudah, sana! Berangkat dan kamu harus menang!" lanjutnya. Aga dan Juno saling berpandangan, bingung.
"Ibu Ratih sudah cerita semua. Tapi habis ini nggak ada ceritanya kamu tertidur di kelas lagi. Saya izinkan kamu dan Juno bertanding, semoga menang." semua tersenyum lega, termasuk Pak Lexi yang tak lagi berkerut kulit keningnya.
Kini semua tahu alasan Aga-Juno tertidur di kelas. Ia dan sahabatnya adalah atlit berbakat yang akan masuk Pelatnas dan tetap bisa berprestasi di sekolah.
![](https://img.wattpad.com/cover/121939743-288-k662138.jpg)
YOU ARE READING
Seribu Bangau Kertas
Short StorySetiap kisah punya cara masing-masing untuk menemukan takdirnya. Tak ada kisah tanpa makna, karena ada seribu harapan dalam tiap episodenya.