Kejutan dari Mbah Kung

26 1 0
                                    

Aku tak tahu Papih ngomong apa sama orang-orang itu, mereka bicara pakai bahasa Jawa. Saat ini kami tersesat sampai ke Pasar Bandungan, jelas arah yang ngawur. Aku cek di google maps, letaknya jauh melenceng.

"Harusnya bukan jalan kecil begini, Pih." kataku tadi.

"Mbah Kung kan bilang belok kanan, Ca."

"Jangan belok kanan, terus aja Pih, ke arah Salatiga," aku meluruskan kesalahan fatal Papih tadi.

Tapi Papih tetap membelokkan laju motor kesayangannya ke arah kanan memasuki jalan kecil yang terus naik dan menanjak. Hingga sampailah kami di deretan penginapan sederhana sepanjang jalan. Di tiap pintu gerbangnya tertempel tulisan: "Ada kamar" atau "50 Ribu/jam". Papih sempat berhenti di salah satu penginapan dan ditawari kamar untuk beristirahat sejenak dengan tarif seperti yang terpampang di gerbangnya.

Tahulah aku apa tempat ini sebenarnya. Papih yang nyentrik pun tak lupa mengambil beberapa pose untuk mengabadikan perjalanannya. Apalagi pemandangan di belakang penginapan itu juga sangat bagus. Lembah dan perbukitan yang hijau menyejukkan mata.

"Piihh... Malu ah. Buruan!" aku menarik tangan Papih untuk segera keluar dari halaman penginapan itu diiringi tatapan mata beberapa orang. Mereka sambil tersenyum-senyum tak tahu apa artinya.

Papih ngakak puas sambil kembali melajukan motornya. Bukannya putar balik karena salah arah, Papih melaju makin jauh hingga sampailah kami di Pasar Bandungan. Sebuah pasar bahan makanan segar yang menjual hasil bumi dengan harga sangat murah.

"Nah kan Papih bilang juga apa. Ketemu deh pasarnya. Tinggal kita cari tongkatnya." Papih bangga, merasa sudah menempuh jalan yang benar.

Aku tetap bertampang kecut. "Sayur itu Pih, buah juga. Mana ada tongkat kakek-kakek di sini?"

"Tenang aja, nanti Papih tanya orang." dia jumawa.

Dan Papih mondar-mandir tanya orang yang jual tongkat teken buat kakek-kakek. Aku mengikuti ke mana pun Papih bergerak termasuk sampai ke dalam pasar tradisional yang sesak itu. Jelas tak akan bisa menemui orang jual tongkat di sini.

Pasar Bandungan menjual hasil bumi seperti buah dan sayuran serta hasil olahannya. Papih berhenti sejenak di tukang tahu yang saat itu sedang menggoreng tahu khas dari Bandungan.

"Merica! Sini!" Papih memanggilku yang memang sengaja berdiri agak jauh darinya. Sebal karena dengan santainya Papih bilang aku istri mudanya waktu ada orang tanya "Lagi bulan madu ya, Om?"

"Ca! Enak." Katanya lagi sambil mengacungkan tahu goreng yang dicocol ke dalam sambal kecap.

Begitulah Papih, suka seenaknya sendiri. Temannya banyak dan mereka sama gilanya seperti Papih. Kalau bercanda sering lupa situasi dan keadaan. Petualangan di Pasar Bandungan berakhir dengan menenteng berbagai macam hasil bumi seperti avokad, tomat, selada, jagung, wortel, strawberi, juga kelengkeng yang terkenal dari sini. Tak lupa Papih membeli tahu dan gethuk goreng khas Bandungan, oleh-oleh untuk Mbah Kung.

 Tak lupa Papih membeli tahu dan gethuk goreng khas Bandungan, oleh-oleh untuk Mbah Kung

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Sep 29, 2017 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Seribu Bangau KertasWhere stories live. Discover now