Enough

36 5 0
                                        

"Bi!!"
Tak kuhiraukan lagi teriakan Sam.

Persetan! Perselingkuhan adalah hal yang tak bisa kuampuni, apa pun alasannya.

Wangi mengejar, dengan cepat menarik tanganku. "Tunggu!"

Kutepis tangannya dengan kasar. Mau apa lagi sih cewek ini? Sok manis, baik, lugu!

"STOP!" kataku sambil memajukan tangan kanan, menyuruhnya berhenti. "Lo dan Sam sama aja. Gue nggak peduli semua penjelasan lo dan pacar lo!"

"Please, Bi." Ia menggeleng.

Aku melengos, berlalu cepat sebelum mulutku makin tajam mengoyak perasaanya. Sam masih mematung di samping mejanya. Segera kutinggalkan gerai makanan cepat saji ini.

Kusebutkan nama sebuah mall sesaat setelah duduk di dalam taksi. Teganya Sam mengajakku makan siang untuk dikenalkan dengan mantan pacarnya. Jelas bukan mantan seperti yang kalian pikirkan, karena mereka baru putus kemarin.

WHAT? KEMARIN?

*****

Aku pacaran sama Sam sejak bulan ketiga kami kuliah. Tak ada hal istimewa yang membuatku jatuh cinta kecuali perhatiannya yang cukup memikatku. Apalagi dia bisa langsung akrab sama mama.

Semua berjalan seperti kebanyakan orang pacaran. Predikatnya sebagai Presiden BEM membuat ia sangat sibuk tapi tidak menghilangkan sifat humble tanpa membedakan teman bergaul. Dia bersikap seperti mahasiswa biasa, membuat fans-nya semakin menggila. Sesekali bikin kejutan romantis untukku di kampus, membuat pengagumnya cemburu berat dan mungkin ingin menguburku hidup-hidup.

Kebiasaan membuat kejutan berlanjut sampai sekarang, saat aku sudah bekerja. Pernah aku diberitahu kalau ada tamu di lobi bawah. Aku buru-buru turun dan ternyata tak ada siapa pun. Saat mau kembali ke ruangan, tiba-tiba muncul Sam dengan beberapa tangkai lily putih.

"Jangan ngambek dong, Cantik." sapa Sam dengan suara sok seksi.

*****

Driver taksi memberi tahu kalau sudah sampai tujuan. Aku menyeka sudut mataku dengan punggung tangan. Beberapa orang memerhatikanku. Kurasa bukan karena aku menangis, mungkin maskaraku yang mulai berantakan.

Well, Sam. I'm gonna be fine without you! For God sake, aku nggak bisa mengampuni perselingkuhan! Kamu pikir sikap baikmu selama ini bisa membuatku memaafkan sebuah pengkhianatan?

Aku menghentikan langkah. Sekilas kulihat tas merah terang yang sedang dicari Linda beberapa saat lalu. Kurasakan ponselku bergetar. Dari Linda sahabatku, panjang umur dia.

"Bi, dimana lo? Jangan nekat dong. Lo tunggu ya, gue samperin. Sekarang bilang, lo di mana? Nyokap lo mewek-mewek, Sam juga nih," Linda menyerocos panjang lebar.

DAMN! Sam dan Mama? Cowok cemen ngadu ke Mama!

"Gue nggak papa dan lo nggak usah cari gue!" kumatikan ponselku, segera masuk ke toko.

*****

"Ini Wangi, anak Fikom. Ingat?" Sam mengenalkan Wangi di tempat makan tadi. Wangi tak sengaja ada di sana membeli es krim dan melihat kami. Aku mengangguk ragu.

"Hai Bi," Wangi menyodorkan tangan kanannya. "Gue di Departemen Luar Negeri. Bos gue, ini." katanya dengan senyum lebar. Mereka terbahak.

Lalu mengalirlah cerita nostalgia saat menjadi punggawa di kampus. Di bagian ini aku memang kuper. Dulu aku hanya kuliah, kuliah, dan kuliah. Tapi walaupun tak banyak tahu apa yang mereka bicarakan, aku cukup bisa mengikuti topiknya.

Setelah beberapa saat, Wangi tiba-tiba menggenggam tanganku dan bilang, "Bi, maafin gue. Gu–gue dan Sam..." dia memberi jeda pada kalimatnya. Kuperhatikan mimik yang tiba-tiba berubah. Begitu pun Sam, membuat suasana mendadak hening.

Kutatap mereka.

"Gue baru putus sama Sam. Kemarin." selesai juga kalimatnya walau sambil terbata-bata. Aku jelas kaget. Ekspresiku terbaca oleh Wangi.

"Sebentar Bi, hubungan kami bukan seperti kamu..." mengalirlah berbagai penjelasan dan alasan mereka. Lancar sekali mereka memberi penjelasan. Dari yang tak sengaja ketemu lagi setelah lulus dan Sam curhat kalau aku sangat sibuk dengan pekerjaanku. Lalu mereka iseng sering hangout dan tujuh bulan lalu mereka resmi jadian.

*****

"Mbak, ada kartu lain?" Pramuniaga toko mengagetkanku

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Mbak, ada kartu lain?" Pramuniaga toko mengagetkanku.

Oh SHIT! Kartu kreditku over limit. Kuambil beberapa lembar ratusan ribu dari dompetku untuk membayar tas merah itu. Kenapa aku jadi kalap sampai lewat limit begini ya?

Selesai urusan bayar membayar, kuintip masih ada beberapa lembar di dompet. Cukup untuk membayar satu dua buku bacaan sebagai bahan pelarianku nanti.

Pelan aku berjalan ke arah toko buku di sebelah foodcourt. Aku masih belum ikhlas diperlakukan begini. Buat apa mereka mengaku kalau pernah selingkuh dan sudah putus? Putus sih putus saja, tak perlu bikin pengakuan!

"Gue nggak bisa nusuk lo dari belakang Bi." begitu kata Wangi.

"Iya Sayang," lanjut Sam. Kutatap dia dengan sinis. Sayang kamu bilang?

"Aku sama Wangi beneran menyesal, kami merasa sangat bersalah. Wangi ingin minta maaf ke kamu." lanjutnya menjelaskan.

Menyesal? Bersalah? Hello... Tujuh bulan kamu masih bisa bersikap manis, hampir tiap sore jemput ke kantor, kirim kejutan ke rumah buat Mama, telepon sehari tiga sampai empat kali dengan kata-kata paling memabukkan. Are you kidding, eh bukan. Are you oke, Mr. Samudra Senja?

*****

Kuseka kembali sudut mataku sebelum melewati pintu toko buku. Kurang waspada membuatku menabrak seseorang.

"BIANCA!! Lo nggak papa, Bi?" Aku bertabrakan dengan Linda yang buru-buru keluar dari toko buku karena sedang mencariku. Dia menubruk dan memelukku sangat kuat.

"Ya ampun Bi, lo beli apa aja?" tanyanya dengan terkejut sambil memunguti sekitar dua belas kantung belanjaanku yang bertebaran isinya.

*****

PS: 788 kata

Seribu Bangau KertasWhere stories live. Discover now