1

387 34 19
                                    


"Eomma, kenapa Appa tidak bisa pulang tahun ini?" Dia terlihat tersedak mendengar pertanyaanku. Aku hanya menanyakan keberadaan Appa

"Kau tau India 'kan, panas dan banyak sapi" jawabnya kembali menyumpit nasi kemulutnya

"Apa hubungannya Appa dan Sapi?" Jawabku mendegus kesal. Eomma hanya tersenyum tipis dan meneguk air minumnya. Kali ini dia terlihat resah sambil menarik napas

"Karena kau masih ada satu tahun di SMA kau tetep di sini ya, di Korea" ucapnya tersenyum menunggu jawabanku

"Jangan bilang Eomma akan ikut Appa ke India" perasaanku tak enak

"Appa-mu butuh istrinya disana" jawabnya santai kembali makan

"Aku ikut" jawabku lebih santai. Aku kembali makan. Daripada aku sendiri di sini lebih baik ikut orangtuaku. Tak apa aku masih bisa bahasa inggris, toh aku paling jago dalam pelajaran itu. Kulit pucatku mungkin akan lebih berwarna di sana. Wah sepertinya India terdengar cukup menyenang--

"Cho Yoowon, kau harus tinggal disini. Maka dari itu kau akan tinggal bersama adikku"

"Eomma!"

----

Ah, sungguh sial benar nasibku. Ditinggal Orang tua untuk kerja di luar negeri dan sekarang berada di kota besar sendirian. Menegangkan tapi menakutkan berada di kota asing. Udara di Seoul memang beda.

Setelah keluar dari bandara orang orang mulai terlihat sibuk keluar masuk ke gerbang. Banyak papan nama yang terpampang tapi aku tak menemukan namaku. Pasti tante lupa.

Perjalannya memang menyenangkan tapi kalau tau begini aku ingin pulang. Banyak orang yang menatapku aneh melihat gadis kecil membawa 2 koper dan tak tahu arah. Aku takut, seseorang tolong.

Kucoba menelpon Tante Min tapi nomornya tidak aktif. Badanku mulai menegang. Bisa-bisa nya Tante menyebalkan itu lupa aku yang sama sekali tidak tahu seluk beluk Seoul. Kepalaku mulai pening.

Kuraih koperku dan mulai berjalan. Tak tahu pasti kemana pergi asalkan aku berusaha untuk keluar dari sini. Pening dikepalaku mulai mengganggu. Ini pasti gara gara posisi tidurku di pesawat kurang nyaman. Eomma tadi menyuruhku makan banyak tapi aku menolak karena kupikir aku akan mabuk udara, tapi ternyata perutku sekarang melilit. Ah sungguh sial.

Tak terasa aku sudah berjalan cukup jauh dari bandara. Sekarang aku berada entah dimana. Oh, disitu ada tempat teduh. Kuletakkan koperku di salah satu kursi dan aku duduk di kusi sebelahnya. Aku istirahatkan kepalaku yang rasanya mau pecah di meja bundar di tempat teduh ini. Aku akan beristirahat sebentar.

Siang hari kini mulai berganti sore. Aku sudah berjalan kurang lebih satu jam. Sekarang aku haus. Ditambah lagi kepalaku masih terasa pusing. Disitu ada vending machine yang letaknya tak jauh dari tempat teduh ini. Baiklah aku akan pergi sebentar. Semoga barang-barangku aman.

Setelah berdebat untuk memilih yogurt atau susu aku akhirnya memilih dua-duanya. Segera aku ambil minumanku dan kembali duduk di tempatku. Untung saja barangku masih aman.

Slrup. Wah yogurt memang selalu enak. Saat aku sedang asik menikmati minumanku seseorang yang berkacamata dan hoodie abu-abu terburu-buru berjalan kearah mejaku.

Dengan lancang dia memindahkan koperku dan duduk dengan kasar disampingku.

"Yah, itu koperku!" Bentakku kepada orang asing ini. Dia terlihat ternengah-engah seperti habis dikejar anjing rabies. Kemudian dia meboleh kearahku

"Bisakah kau menolongku?" Ekspresinya terlihat meminta dan memelas seakan dia tak punya pilihan lagi selain memintaku

"Apa-apan, tidak. Aku tidak menolong orang asing lancang sepertimu" jawabku ketus. Dia terlihat semakin bingung.

Terdengar pria dari kejauhan memanggil nama seseorang. Pria di depanku terlihat semakin cemas. Kemudian dengan cepat dia menarikku dan membawa koperku kemudian lari dari tempat ini.

"Ya, lepaskan. Atau aku teriak maling" ancamku melihat punggung pria menyebalkan ini. Dia tidak mengubris malahan tetap menarikku dan berjalan menuju tempat yang semakin aku tidak ketahui. Kepalaku makin sakit. Pandanganku mulai kabur.

Akhirnya kami berhenti dan duduk di bangku taman bermain yang entah sejak kapan kami sampai. Sakit kepalaku mulai menjadi-jadi.

"Oh sungguh maafkan aku. Tadi aku di kejar oleh--

Tubuhku sudah lemas. Terakhir yang kulihat adalah dia pria asing menyebalkan yang mencoba menyadarkanku.

---

"Yoowon-ah, bangun.. tante minta maaf. Yoowon-ah" suara berisik ini terus menggangguku.

"Tante min? Ah aku pikir aku sudah mati" jawabku setelah sadar aku sudah berada di rumah tante. Tunggu siapa yang membawaku disini?

"Orang itu!"pekikku bangun dari kasur ini. Tante Min terlihat bingung tapi ekspresinya melembut membiarkan aku berbaring lagi

"Untung saja kau bertemu dengan tetanggaku" jawabnya santai

"Siapa namanya?" Tanyaku dan mencoba untuk kembali tidur

"Oh, dia... Jin, Oh Park. Park Jinyoung"

Oh, haruskah aku bertemakasih atau menendang kemaluannya? Tetap saja dia yang membuatku pingsan. Seberapa tampannya dia aku tak peduli. Tunggu dulu apa aku baru saja menyebutnya tampan?

----

Jadi, cuma butuh support ajah. Semoga ini mencapai ekspetasi kalian.

Pub or unpub?

Lonely Rises // p.jyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang