Aku berjalan dibelakang pria menyebalkan itu atau bisa kusebut guruku. Sungguh takdir yang menggelikan. Bertemu dengannya disekolah sekaan tidak terjadi apa-apa. Padahal dia yang menyebabkan aku jatuh pingsan setelah aku berlari-lari dengannya. Kami masuk ke dalam kelas menampakkan banyak murid yang sudah semburat duduk kesana kemari. Aku mempersilahkan diriku duduk di bangku depan membiarkan murid-murid lainnya duduk di bangku kosong di kelas ini."Selamat datang di kelas 3-2. Selama satu tahun kedepan saya akan menjadi wali kelas kalian sekaligus guru Sejarah. Perlukah saya memperkenalkan diri dulu?" Garing, tapi kami setuju untuk mempersilahkan dirinya untuk memperkenalkan diri.
"Baiklah, Saya Park Jinyoung. Beberapa dari kalian pasti sudah mengenal saya. Saya juga salah satu pengajar di klub teater. Nah, karena hari ini hari pertama sekarang kita isi dengan penataan tempat duduk dan kelompok. Murid-murid berdiri!"
---
Setelah proses lama penataan tempat duduk dan kelompok aku akhirnya duduk di bangku dekat jendela bersama dengan murid lelaki. Urutan tempat duduk diacak oleh Jinyoung, maksudku Pak Jinyoung. Aku lupa siapa nama muid laki-laki itu. Marganya Kim, kalau tidak salah. Tapi sampai sekarang tidak ada yang duduk disebelahku.
Jujur saja, sebenarnya Pak Jinyoung tidak terlalu buruk. Kelas yang dibawakan juga bukan sekedar kelas rata-rata. Maksudku dia pengajar yang baik. Dia tadi bercerita bahwa ini tahun pertamanya menjadi wali kelas 3. Dia baru mengajar selama 2 tahun. Jadi, bisa dilihat bahwa dia masih muda. Setelah perkenalan itu banyak murid yang mulai berinteraksi dengan Pak Jinyoung. Mungkin karena dia masih muda jadi dia bisa dengan mudah bercakap dengan murid.
Tapi aku masih sebal dengannya. Tidak usah tanya mengapa tapi aku sebal. Ketukan pintu terdengar menampilkan seorang murid laki-laki. Tubuhnya tinggi. Tampan.
"Namamu, Kim Yugyeom?" Pak Jinyoung menampilkan senyum pada lelaki itu. Yang ditanya hanya mengangguk. Kemudian Pak Jinyoung menyuruhnya duduk disebelahku. Oh, jadi dia akan menjadi teman sebangku. Mungkin aku masih beruntung hari ini.
"Hey, aku Cho Yoowon" sapaku saat dia duduk disebelahku. Akan kujadikan dia temanku yang kedua. Selagi masih SMA punya teman itu penting, apalagi saat ada tugas.
Yugyeom tidak membalas jabat tanganku. Dia malahan tidak menoleh kepadaku. Wah, pria di daerah Seoul sangat tidak sopan. Percuma aku berharap punya langsung banyak teman. Aku jadi merindukan teman-temanku dirumah.
---
Pelajaran setelah sejarah adalah Matematika. Tak ada yang spesial, hanya saja aku disuruh untuk maju memperkenalkan diri. Aku hanya meyebutkan nama, asalku dan berharap aku bisa betah dan mendapatkan banyak ilmu disekolah ini.
Kemudian istirahat pun datang. Semua murid bergegas pergi meninggalkan kelas. Beberapa diantaranya berjalan dengan tertawa menggandeng teman. Ah, iri.
"Yoowon-ssi, kau masih mau disini atau ke kantin?" Yugyeom tiba-tiba menoleh kearahku. Oh, aku pikir dia tidak suka padaku.
"Aku tidak tahu dimana letaknya" jawabku jujur. Yugyeom kemudian beranjak dan berjalan keluar. Aku masih duduk tidak tahu mau kemana. Tiba-tiba dia berhenti dan menoleh kearahku
"Ayo, aku antar" lalu dia kembali berjalan tanpa menoleh lagi. Aku dengan cepat mengikutinya sebelum dia benar-benar meninggalkanku. Selama perjalanan dia tidak menoleh sama sekali atau bicara. Tak lama kami sudah berada di kantin. Disaat aku ingin mengucapkan terimakasih, Yugyeom sudah tidak ada. Aneh.
Aku membeli beberapa camilan dan sebotol susu rasa pisang dan duduk di meja yang masih kosong. Rasanya aneh duduk sendiri saat semua orang punya lawan bicara. Aku meneguk susuku dan melihat sekitar. Sekolah ini memang jauh sangat luas dibanding sekolahku dulu. Aku bahkan melihat gedung olahraga yang terlihat seperti stadion besar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lonely Rises // p.jy
Fiksi Penggemar(Bahasa Indonesia) "Yah, won-won kau tau 'kan aku itu gurumu?" tak bisakah aku suka pada guruku sendiri? ---- @stylesstrucks