5

145 25 61
                                    


Hari ini adalah hari dimana aku merasa seluruh sekolah sedang membicarakanku. Awalnya aku paham, kalau anak baru pasti jadi bahan perbincangan. Biasanya paling lama 3 hari. Kalau kau sangat cantik atau tampan atau mungkin sangat kaya biasanya seminggu atau lebih orang- orang akan membicarakanmu. Aku bukan ketiganya.

Kelas tampak hampir penuh, dan Yugyeom sudah duduk manis dengan earphone yang tertutup oleh rambut jamurnya yang lucu. Walaupun kami hanya beberapa kali bicara aku bisa merasakan bahwa Yugyeom itu murid yang baik.

"Selamat pagi Cho Yoowon-ssi" sapanya. Aku membalasnya dan duduk di kursiku sambil mengeluarkan buku pelajaran. Sejarah.

"Pagi Kim Yugyeom-ssi, apa kau sudah merasa sehat?" Sebelum dia menjawab, Pak Jinyoung datang dan pelajaran pun dimulai.

Pelajaran berjalan seperti pada umumnya. Kalau boleh jujur, Pak Jinyoung menerangkan pelajaran Sejarah yang terkenal sangat membosankan menjadi menarik. Catatanku juga terlihat rapi mendengarkan penjelasan darinya. Kulihat dia selalu memberikan senyuman diakhir kalimatnya. Entah aku salah mendengar tapi banyak murid perempuan yang bereaksi berlebihan saat mendapat kerlingan oleh Sang Guru. Ah dasar, perempuan.

Dengan salam dia menutup pelajaran. Aku segera menyiapkan buku untuk pelajaran selanjutnya tetapi Pak Jinyoung masih berada di kelas dan malah berdiri dekat dengan bangkku.

"Won-won, nanti sepulang sekolah ke ruang UKS ya, ada yang ingin saya bicarakan" dia memberikan senyum termanisnya tapi malah membuatku jijik. Entah apa, mungkin awal pertemuanku dengannya selalu saja membuatku berpikir dua kali untuk menghormatinya, terlebih dia guru.

"Pak.. nama saya itu Cho Yoowon" sungguh aku sudah lelah dipanggil won-won.

Tanpa peduli, dia malah melenggang pergi. Aku hanya bisa pasrah menyikapi guru aneh macam 'Park' Jinyoung itu. Tanpa menunggu lama pelajaran selanjutnya dimulai. Tapi anehnya, aku jadi tidak sabar menunggu pulang sekolah.

----

"Pak, saya sudah datang" keadaan ruang UKS sepi. Hal yang aku tidak suka adalah Bapak guru sejarah ini selalu membuatku menunggu.

"Won-won sudah datang?" Pak Jinyoung masuk ke ruang UKS seakan tidak ada dosa. Dia sudah terlambat 15 menit.

"Pak, nama saya itu Cho Yoowon" ucapku terlalu kasar.

"Iya saya tahu" jawabnya duduk dan menaruh bukunya di meja.

"Apa sih maksudnya menyuruh saya datang ke sini?" Tanyaku melihatnya risih.

"Saya tahu, kamu masih jengkel karena pertemuan tak sengaja itu beberapa hari lalu" dia membasahi bibirnya. "Jadi, maksud saya adalah ingin menjelaskan semuanya"

"Akhirnya, dibahas juga. Pak ya, saya itu nunggu bapak mulai cerita dulu. Yang kepingin saya tanyain itu, kok bapak bisa tahu rumah tante saya. Dan pak, bapak beneran gak--

"Won-won, bisa tidak bicaranya yang pelan anggun dan biasa saja. Kuping Bapak bisa pecah nanti"

"Ih, Bapak selalu motong pembicaraan saya pak. Dan apa sih won-won, aneh tau gak pak. Yoowon itu cantik manis, ini won-won, jele--

"Nak, sudah nak ya. Kuping Bapak malah makin sakit loh" Pak Jinyoung malah pura-pura kesakitan sambil memegangi kupingnya.

"Serah deh Pak. Saya mau pulang" sebelum itu dia segera mendudukkanku di kursi depan mejanya.

"Won-won bentar saja, ya?" Wajahnya memelas, sambil menangkupkan tangan dia menunjukkan ekspresi tersedihnya. Wah, akting yang bagus.

"Jadi, waktu itu saya pergi ke satu butik di Lotte Department. Ahh... Intinya saya salah masuk kamar ganti. Bukan. Saya memang masuk, tapi saya punya alasan tersendiri. Kenapa saya malah memberitahu anak kecil seperti mu?"

"Bapak mesum ya?" Wajahnya kemudian memerah seperti tertangkap basah.

"Bukan bukan, sumpah nak, bapak orang baik baik" jawabnya meyakinkan

"Masa? Orang Bapak kerjaannya godain anak cewek-cewek di kelas. Iih, saya ngga mau deket-deket ah"

"Won-won, bapak tidak bercanda loh" ucapnya tegas. Aku terpaksa duduk dengan tegap dan minta maaf. Dasar, ini namanya penyalahgunaan kekuasaan.

"Pokoknya, saya punya alasan tersendiri untuk masuk ke sana. Tapi, bodyguard itu salah paham. Akhirnya saya berlari menghindar dari mereka dan tak sengaja bertemu dengan kamu"

"Oh, gitu ... Nah, dari mana anda bisa tahu saya akan tinggal dimana?"

"Itu karena setelah melihat bahwa kamu menyimpan alamat Nona Minji langsung saja saya antar kamu" saat menyebutkan nama Minji ekspresinya lansung berubah menjadi lebih ceria. Tunggu aku mencium aroma aneh.

"Wah, butik apa yang bapak datangi?" Jika tebakanku benar maka semua ini akan menjadi jelas.

"Lé Chappel" sudah hampir jelas.

"Tak kusangka Bapak suka dengan tanteku" aku sebenarnya belum yakin, tapi melihat wajah kaget dan meronanya membuatku yakin. Wah, dia semudah ini ditebak.

"Biar saya selesaikan cerita Bapak. Jadi maksud bapak, alasan sebenarnya Bapak baik sama saya itu supaya bisa deket sama tante Min?" Ucapku menahan tawa. Sudah kulihat Pak Jinyoung hanya mengangguk malu.

"Jadi won-won mau tidak membantu bapak?" Mulai lagi dengan tatapan manisnya. Aku sudah kebal.

"Tidak mau" ucapku menolak. "Dan Pak, nama saya itu Yoowon"

"Bapak tahu" jawabnya enteng

"Karena Pak Jinyoung selalu memanggilku dengan won-won. Boleh tidak saya panggil dengan Jinyoung saja?"

"Tidak boleh, aku itu gurumu. Hanya aku yang boleh memberikan petname"

Eh, won-won bukan ejekan? Tapi petname. Ah tapi apa gunanya, dia memberiku susu dan petname semata karena mau mendekati tanteku.

"Saya tidak mau bantu. Jadi, selamat sore Bapak" aku kemudian bangkit dan meninggalkan Pak Jinyoung.

"Won-won mau ice cream? Saya antar pulang yuk, mau ya?" Pak Jinyoung mencegahku keluar. Ice cream? Ah, mau.

"Saya mau 3 loh pak" amcamku. Pak Jinyoung mengemasi barangnya dan mengambil kunci mobil dari sakunya.

"Boleh, ayo nak"

---

"Makanmu jorok. Sudah sana cepat turun" ejeknya melihatku makan ice cream. Hey, kenikmatan ice cream itu saat makan tidak dibuat-bua. Yang ada esnya akan mencair.

"Oh ya, nanti es buat Nona Minji jangan lupa ya, won-won"

Setelah aku mengetahui maksud asli dari Pak Jinyoung yang rela membelikanku ice cream adalah untuk memberi tanteku ice cream. Tak apa, aku dapat bagian.

"Iya berisik" aku turun dan menunggu Pak Jinyoung tancap gas.

"Yang sehat ya won-won" ucapnya tersenyum kepadaku dan akhirnya melenggang pergi. Sebelum aku masuk tante Min sudah berdiri di depan pintu.

"Ciee, yang sudah punya pacar" godanya melihatku. Dia tidak tahu saja pria itu malah suka padanya. Hampir saja aku mengatakan semuanya pada tante, tapi ancaman Pak Jinyoung yang menakutkan membuatku mengurungkan niat. Aku harus tutup mulut.

Ini akan menjadi hal sulit.

----

Sip. TEASER JB KELUAR.

AKU.. AKU, UDAH TIDAK BERBENTUK.

jadi, sayang-sayangku, vote dan komen yuk. Mau lanjut cepet atau lama, ??😎😎

Lonely Rises // p.jyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang