Bohong

453 64 19
                                    

Sore ini, Ten sedang berada dirumah orang tuanya. Sudah menjadi kebiasaan setiap dia pergi di pagi hari, maka dia akan berkunjung kerumah orang tuanya. Sesekali mata indah itu menatap cincin pemberian Taeyong di jari manisnya. Cincin itu hanya sederhana. Cincin yang diatasnya terdapat berlian biru. Sederhana bukan? Dia masih memikirkan. Apakah Taeyong benar melamarnya? Bahkan ini semua bagaikan sebuah mimpi baginya. Semuanya terlalu indah bahkan lebih indah untuk sebuah ekspetasi seorang Chittaphon. Dia terus melamun sampai pada akhirnya ada seseorang yang menepuk pundaknya dan membuyarkan semua lamunannya.

"Ten, kau sedang memikirkan apa?" Sang Ibu datang dari dalam rumah.

"A-aku.. Tidak pernah seperti ini dengan seorang pria. Dia sangat baik bagaikan malaikat. Dan dia melamar diriku yang buangan seperti ini. Tidak bisa dipercaya."

"Hey! Kau dilamar? Itu kabar bagus! Kita harus memberi tau ini pada ayahmu."

"A-ah? Ibu.. ja......"

"Memberitau apa hm?" Belum selesai Ten melarang ibunya untuk memberitau dia dilamar, sang ayah sudah datang menghampiri mereka berdua.

"Ini, Ten. Tadi apa ya? Tadi ada kabar apa?"

Ten menghembuskan nafas lega. Untung saja ibunya ini pelupa. Baru beberapa detik Ten memberitahunya, Ny. Leechaiyapornkul sudah lupa.

"Huih.. Bukan apa-apa." Dan detik selanjutnya Ten melesat pergi dari mereka.

Tn. Leechaiyapornkul menatap Ny. Leechaiyapornkul yang sedang memikirkan sesuatu sejak ada Ten.

"Tadi apa ya?"

Sang suami hanya menghembuskan nafasnya.

¤¤¤.................................................¤¤¤

Malam itu di club. Ten sedang duduk di dekat meja bar, dan ketiga temannya sedang menari-nari tanpa mengajak Ten bicara sama sekali. Ten yang memakai kacamata hitam hanya bisa menghembuskan nafasnya. Dia benar-benar melanggar aturan 'Bad uke' yang berbunyi 'Pria itu hanya untuk bermain-main, bukan untuk berkomitmen'. Seharusnya Ten memainkan hati Taeyong daripada menerima cintanya. Tapi entah kenapa, lelaki berahang tegas itu tidak bisa untuk ditolak. Apalagi pesonanya, dan dia seorang CEO. Bisa sangat terjamin hidup Ten. Bisa-bisa dalam seminggu dia bisa pergi ke mall tiga sampai empat kali. Hah, indahnya. Tapi dia juga tidak tahan diabaikan dengan teman-temannya ini.

"Heii.. Kenapa kalian semua cuek padaku?" Tanya Ten.

"Tch, masih bertanya ya?" Oh Doyoung, mulutmu itu ketus sekali.

"Ten, aku mau bertanya padamu! Apa kau sudah bercinta dengannya?!"

"Oy!" Ten membuka kacamatanya, "Aku ini temanmu Young, bisa-bisanya kau mengira aku sudah melakukannya!"

Doyoung memalingkan wajahnya. Dia tidak mau berurusan dengan temannya ini.

"Uhuk.. Uhuk.. Lihat saja, aku punya rencana!" Ten sedang memikirkan rencana untuk memutuskan hubungan dia dan Taeyong. Dan seketika TING! Ide brilian muncul di otaknya.

¤¤¤...............................................¤¤¤

Taeyong sedang berjalan tergesah-gesah menuju ruang rawat pasien. Barusan dia menerima telepon dari Ten bahwa dia sedang ada dirumah sakit. Taeyong yang tadinya sedang mengurus berkas-berkas langsung saja melesat untuk memastikan keadaan sang pujaan. Setelah sampai diruang dokter. Pemandangannya sudah di suguhkan oleh 3 orang dalam ruangan tersebut. Taeyong masih berdiri diambang pintu dan melihat pemuda idamannya tengah terbatuk sambil menatapnya.

"Suster, tolong bawa Ten keluar." Sang dokter memerintah.

Suster yang sigap langsung menuntun Ten keluar ruangan.

Call Me Bad (Tennie)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang