Taeyong Pergi

433 66 14
                                    


"Jadi kalian menginap dirumah ceo-mu?" Jennie yang baru saja keluar dari dapur ikut berkumpul dengan teman-temannya.

"Yes, dan aku meninggalkan ponselku dirumahnya." Kini Rose berkata.

"Gila! Bagaimana kalau dia tidak mengembalikannya?"

"Tenang saja Jennie. Dia pasti akan mengembalikannya. Karena kalau tidak, aku akan mempublish video dia semalam." Ucap Lisa dengan menaikan kedua alisnya naik turun.

"Video apa?" Tanya Jennie menatap Rose dan Lisa sedangkan yang ditatap hanya saling melirik dan tertawa.

"Kau ini benar-benar. Pantas saja Jungkook takut padamu."

"What??? $@&!*1/&!" Kalian taukan Lisa sering mengomel dengan bahasa asing.

¤¤¤...............................................¤¤¤

Taeyong tengah memandang makanan yang ada di hadapannya. Dia hanya memandangi makanannya tanpa berniat untuk menyentuhnya sama sekali. Nafsu makannya hilang begitu saja. Bahkan pria tampan berahang tegaa itu tidak menyadari sang ibu di samping kanannya.

"Kau tidak memakannya?" Sang ibu membuyarkan lamunannya.

Taeyong memberikan senyuman terbaiknya.

"Kuda liar itu menendangmu ya?"

Dan lagi, Taeyong hanya tersenyum. Dia tidak berniat untuk menjawab pertanyaan sang ibu. Karena jawaban sang ibu benar.

"Aku datang." Seseorang berwajah manis memasuki ruang pribadi restaurant. Ya, tempat dimana Taeyong dan Ny. Lee sedang duduk. Mereka sering sekali menghabiskan waktu bersama di siang hari hanya untuk makan siang.

"Tae ini." Pria manis itu memberikan Taeyong sebuah kertas putih. Itu adalah... "Tiket konser untuk yang patah hati di dekat pantai."

"Hey Baek."

"Sudahlah." Baekhyun menaik turunkan alisnya.

Taeyong memang sedang patah hati.

¤¤¤...............................................¤¤¤

Malam itu. Ten tengah menatap jendela lebar yang berada di apartementnya. Jendela itu langsung menyuguhkan pemandangan kota Seoul pada malam hari. Sambil terduduk di kasurnya tanpa ada niat untuk melakukan kegiatan lain. Baru kali ini dia merasakan patah hati. Kali ini dia percaya kalau karma itu memang ada. Ten yang suka memainkan hati pria lain kini harus jatuh cinta oleh pria yang sudah dia sakiti hatinya.

Drrtt..Drrt..

Ponsel yang berada dalam genggamannya bergetar. Dia menatap layar ponselnya. Telepon masuk dari Doyoung.

"Ten! Kau dimana?"

"Aku di apartement, Young."

"Kau tidak mau ke club?"

"Aku sedang tidak enak badan."

"Kenapa suaramu bindeng?"

"Ini karena aku pilek."

"Bolehkah kami datang ke apartementmu?"

"Datang saja."

Ten termenung sejenak kemudian menutup teleponnya.

"Kau kaya, kau memiliki pekerjaan yang sempurna, temanmu banyak, mantan kekasihmu masih bertekuk lutut padamu, kau memiliki keluarga yang baik, kau cantik, kau sempurna. Apa yang tidak bisa kau miliki?" Ten melirik temannya itu. Doyoung terduduk dikasur Ten. Ternyata temannya sudah datang di apartement. Ten tidak mau ambil pusing untuk menanyakan sejak kapan mereka datang karena memikirkan Taeyong saja sudah membuatnya pusing seperti ini.

Call Me Bad (Tennie)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang