Karena semalam Ten harus berurusan dengan polisi, jadi sudah pasti Ten tidak dapat menemui Taeyong. Dan pagi ini Ten bertekad untuk ke restaurant yang Taeyong tunjukan pada dirinya saat mereka pdkt. Tentu saja karena Baekhyun yang menyuruhnya kesana.
¤¤¤...............................................¤¤¤
Suasana pagi itu di restaurant..
Baekhyun sedang menikmati kue redvelvet yang sudah di sedikan oleh pemilik restaurant. Tentu saja itu ibunya Taeyong.
"Makanlah yang banyak, kau terlihat kurusan. Apakah Taeyong memberikanmu pekerjaan yang sangat banyak?" Ny. Lee menemani Baekhyun menyantap makanannya.
"Tidak. Aku hanya khawatir pada Taeyong. Dia selalu di dekati oleh monyet-monyet pengganggu yang ingin menyantap pisangnya. Tapi selama ada aku, monyet-monyet itu tidak bisa menikmati pisang Taeyong."
"Kecuali ketua dari monyet-monyet itu?" Manik mata Ny. Lee menangkap sesosok pemuda manis yang tengah berjalan menghampiri meja mereka.
"Katakan padaku dimana Taeyong." Ujar Ten langsung ke intinya.
"Untuk apa kau mau tau?"
Huhh.. Banci sialan. Batin Ten.
Ten mengambil ancang-ancang untuk menampar pipi pemuda cantik itu. Tapi wanita paruh baya yang memang sedang duduk dengan Baekhyun ikut bersuara.
"Apakah kau akan menamparnya?"
"Aku tidak akan menamparnya di depan ibunya." Ujar Ten.
"Aku bukan ibunya."
PLAK~
Satu tamparan menyapa pipi mulus Baekhyun. Dan yang di tampar diam saja.
Tidak sakit. Batin Baekhyun.
"Dan dia bukan anakku."
PLAK~
Satu lagi. Ten menampar Baekhyun untuk yang kedua kalinya.
"Aku ibu Lee Taeyong."
Saat Ten ingin menampar Baekhyun yang ketiga kalinya. Ucapan wanita paruh baya ini menghentikannya. Bahwa dia ibu dari Lee Taeyong. Ten segera membungkuk hormat.
"Kenapa kau menyakiti anakku?" Dingin, dan tidak ada kesan ramah disana.
"I-itu.." Ten menunduk. Manik mata indah Ten tertuju pada sesuatu. Sesuatu yang di pakai oleh Ny. Lee.
Itu cincin yang di berikan Taeyong untuknya. Sepertinya itu cincin pernikahan turun temurun.
"Aku minta maaf." Ujar Ten.
"Kalau kau mencintainya, kau harus menyusulnya." Ucapan tersebut membuat wajah Ten tegak dan menatap Ny. Lee.
"Baekhyun, beritau padanya Taeyong ada dimana."
Baekhyun membisikan sesuatu pada Ten. Dan kemudian capcus. Ten langsung otw dengan mobil sportnya.
¤¤¤................................................¤¤¤
Sementara itu konser di pantai..
Taeyong yang menikmati konser patah hati dengan lagu patah hati-pun sambil memegang satu botol alkohol berjoget dengan senangnya. Terasa tidak ada beban. Sepertinya Taeyong sudah setengah mabuk.
Di tempat yang sama, ketiga gadis cantik juga ada disana. Mereka sama-sama menonton konser patah hati. Semua orang yang datang kesana memang sedang patah hati. Terkecuali Rose yang memang jomblo. Kalau Lisa kan baru putus karena kekasihnya gay, dan Jennie putus karena telah menghilangkan satu kaki kekasihnya.
"Oh, itu ceo-ku." Ucap Lisa bangga. Dia melihat Taeyong sang ceo sedang menikmati lagu setengah mabuk.
"Ceo-mu?" Jennie menaikkan alis.
"Aku bekerja di perusahaannya." Jelas Lisa.
"Dia tampan bukan?"
"Sangat tampan." Rose memujinya. Melihatnya dari atas sampai bawah.
Mereka bertiga hanya memperhatikan pria berahang tegas dan berambut merah muda itu menikmati lagunya. Sampai mereka tersadar, kalau..
"Hey! Itu ceo-mu! Dia tenggelam!!" Pekik Jennie.
Setaunya tadi Taeyong hanya menari dan kemudian berlari ke tepi pantai dan tenggelam saat tiba ditengahnya. Jennie yang melihat itu langsung berlari tanpa ragu. Disusul Lisa dan Rose.
Jennie menyeburkan dirinya dan mencari Taeyong di dalam air pantai. Bersama Lisa dan Rose.
Orang-orang yang ada di pantai hanya melihati saja tanpa ada niatan membantu menyelamatkan nyawa seseorang. Kita melupakan fakta bahwa mereka mabuk semua. Oh bodoh!
Ketiga gadis itu menyembulkan dirinya bersama pria yang di gotong oleh mereka bertiga. Membawa mereka ke tepi pantai. Semua orang yang melihat itu bersorak kemudian kembali kegiatan masing-masing lagi.
Dasar. Orang-orang jaman now!
"Dia pucat sekali!"
"Apakah dia akan mati Jennie?" Tanya Lisa. "Tangannya juga sangat dingin."
"Oy! Jangan bicara sembarangan!" Pekik Rose.
"Ah! Aku tau! Aku pernah mempelajari ini. Kita harus memberikannya nafas buatan!" Ujar Jennie.
"Pengobatan macam apa itu? Apakah berbahaya?" Tanya Lisa.
"Bukan!! Biar aku coba." Jennie memposisikan kedua tangannya di tengah-tengah dada Taeyong kemudian menekannya sambil berhitung. "1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15!" Jennie memberinya nafas buatan. Taeyong belum juga sadar.
"Giliranku!! 1, 2, 3, 4, 5, 10, 14, 15." Kini giliran Lisa yang memberi nafas buatan, bukannya memberi nafas buatan Lisa malah menciumnya. Dua kali pula.
Rose yang melihat itu langsung mendorong Lisa. "Biarkan aku yang memberikan nafas buatan untuknya."
Rose mengambil ancang-ancang untuk menekan dada Taeyong, "1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15. Ini dia yang kutunggu-tunggu!"
CRUAT~~
Belum sempat Rose memberikannya nafas buatan. Air dari mulut Taeyong melebur begitu saja tepat di wajah Rose.
"Sial."
Pria itu sudah sadar.
¤¤¤................................................¤¤¤
Ten bergernyit ketika sampai di tempat yang diberitau Baekhyun tadi. Ini kan lautan. Sepi sekali. Hanya terlihat dua orang nelayan yang baru selesai memancing. Ten segera menghampiri kedua orang itu.
"Permisi. Apakah kau tau konsernya berlangsung dimana?"
Kedua nelayan itu tidak menjawab pertanyaan Ten. Mereka hanya menatap Ten kemudian melakukan kegiatan mereka lagi.
Mungkin mereka tidak mengerti bahasa korea?
"Hmm, concert? Concert? Music? Dance? Dance? Yuhuu!!"
Salah satu nelayan itu mendecakkan lidah. Merasa terganggu dengan kehebohan pemuda manis ini. "Kalau kau mencari dimana ada konser, tentunya bukan disini! Ini lautan, bukan tempat konser." Ucap nelayan itu kemudian berlalu.
Ten menggerang frustasi. Dimana Taeyongnya.
TBC.
Hidup Taeten!♡!
KAMU SEDANG MEMBACA
Call Me Bad (Tennie)
RomanceTen, seorang pria manis berperilaku buruk yang tidak percaya akan cinta. Tiba-tiba jatuh cinta dengan pria tampan seorang CEO bernama Taeyong. Kini, ia harus bersaing dengan para gadis baik-baik yang ingin bersama dengan pria tersebut.