Catch Me If You Can

13.7K 1.2K 17
                                    

Rose membuka matanya, dia sudah satu jam tertidur saat bis membawanya pergi dari desa.
Mengingat uangnya yang semakin menipis, Rose memutuskan untuk pergi ke Villa pribadi keluarganya, kabur kedua kalinya membuat dia tidak membawa koper berisi pakaiannya.

Bis berhenti di halte tidak jauh dari Villa, Rose berjalan mendaki jalanan menanjak dia masih berpikir kenapa dia harus lari seperti ini?!.
Angin berhembus di sela-sela rambutnya, kebebasan. Rose menyukai kebebasan, itu sebabnya dia mengambil pendidikan yang tinggi dia ingin mengurus perusahaan ayahnya dan mendirikan yayasan pendidikan untuk anak-anak tidak mampu.
Saat Rose teringat kata-kata Sarah, itu semakin membuat dia marah dan kecewa.

Kevin menghampiri William setelah menerima informasi dari suruhannya, "Kau ingin tahu kenapa Rose menampar Sarah?".

William menaruh pena, menatap sekertarisnya "Sarah bilang dia hanya ingin dekat dengan Rose, dia merendahkan Sarah ".

Kevin terbahak, "Aku tidak menyangka kau begitu polos sampai bisa terpedaya oleh Sarah, lihat rekaman cctv hotel yang aku dapatkan ini!".

William menancapkan mini usb ke laptop di meja kerjanya, keningnya bertaut ketika melihat cctv yang sudah di rangkai oleh Kevin.
"Jadi... Dia melihatku dan Sarah!" Gumam William.

Kevin memberikan foto Rose sedang berdiri di tepi kolam air terjun, "Kami sudah menemukannya".

William menatap foto Rose yang tersenyum manis saat bias air terjun menyentuh wajahnya.
"Kali ini aku sendiri yang akan menemuinya!".

Rose membuat secangkir coklat panas, menarik selimut hingga menutupi kaki dan pahanya, dia membaca novel hingga tertidur.

Baru sebentar dia tertidur Rose merasa ada seseorang yang akan datang, dia beringsut perlahan tanpa suara, dengan kaki telanjang dia menyelinap keluar kamar melalui jendela.

William masuk kedalam kamar, lagi-lagi dia kecewa karena Rose berhasil pergi lagi. "Harusnya ada Olimpiade petak umpet dan dia pasti jadi pemenangnya" dengan kesal William membanting pintu kamar Rose.

Rose berdiri di atas batu besar, dia tersenyum sekilas dia ingat raut kecewa William tadi.
Laki-laki itu lupa siapa dirinya, Rosemarry Jhonson pewaris Jhonson Coorporation.

Sejak kecil Rose sudah di latih bagaimana melindungi dirinya sendiri, jika dia memang harus melakukan permainan petak umpet seperti ini akan dia lakukan daripada hidup di bawah bayangan laki-laki itu.

Krak... Suara ranting patah menambah kewaspadaan Rose, dia beringsut berlari kearah sebuah pohon besar. Rose melihat kilatan di langit.
"Sial, Drone!" Umpatnya saat melihat mini helikopter berkamera.
Rose berlari, hingga dia lupa kalau dia tidak memakai alas kaki.

William melihat Rose berlari kearahnya, ide Kevin sangat brilian saat menyarankan memakai drone untuk mencari Rose di dalam hutan.

Rose menabrak tubuh keras berotot William saat laki-laki itu muncul dari persembunyiannya.
"Dapat!" Teriak William mengagetkan Rose.
Pria itu memeluk tubuh Rose yang memberontak, bahkan saat Rose melawan dengan ilmu beladiri yang dia pelajari.

William menghimpit tubuh Rose setelah mendorongnya ke sebuah pohon besar, "Hentikan Rose!".

Rose menatap kedua mata William, "Apa yang kau inginkan Mr. Hyde?".

William tertawa, "Yang aku inginkan?".

Rose menatapnya dengan pandangan mengancam.

"Aku hanya ingin istriku!" Bisik William di telinga Rose.

"Bermimpi saja!" Desis Rose.

Kevin datang bersama beberapa anak buah William, "Boss, Mr. Jhonson sudah kembali dari liburannya di Australia".

William melonggarkan cekalan di kedua tangan Rose, "Waktu yang tepat, dia pasti ingin bertemu putrinya yang suka main petak umpet".

William menyeret Rose, dia menyadari rintihan pelan dari mulut Rose.
Kaki Rose tertusuk oleh beberapa ranting kecil, "Wanita bodoh!" Bentak William marah saat melihat luka yang cukup banyak di kedua kaki Rose.

Rose terlihat acuh, dia sudah tidak bisa lari dan kakinya terasa sakit sekarang.

William mengangkat tubuh Rose, menggendong tubuh yang terasa seringan bulu dikedua lengannya.

"Turunkan aku!" Rose berteriak hingga memekakkan telinga semua laki-laki disekitarnya.

"Ya, setelah kita sampai!" William tersenyum, dia berjalan menuju Villa keluarga Rose.

Di dalam ruang keluarga, William menaruh Rose di atas sofa.
Kevin membawa kotak obat dan memberikannya pada William.

Rose mengernyit ketika William memberi salep di luka-luka nya, jelas dia tidak akan bisa berjalan sampai luka-luka itu mengering.

"Siapkan heli, aku tidak ingin Mr. Jhonson tahu kalau putri nakalnya ini mencoba lari dariku!" Perintah William pada Kevin.

Sekarang hanya ada mereka berdua, "Sarah... Aku sudah menghukumnya, jangan terpengaruh oleh kata-kata wanita itu" Jelas William.

Rose membuang wajahnya, "Kalau pernikahan ini hanya alasan bisnis, kenapa kau tidak membiarkan aku sendiri?".

William menggenggam tangan Rose, menahan saat Rose hendak menarik tangannya. "Bukan hanya bisnis, tapi aku tertarik padamu".

Rose tertawa tidak percaya, "Tertarik? Padaku? Kau bercanda, kita bahkan tidak pernah bertemu!".

William tersenyum, "Pesta bisnis, aku berkali-kali melihatmu hanya saja kau tidak pernah tertarik pada setiap laki-laki yang ingin mendekatimu".

Rose menatap William, pada akhirnya mata hijau itu menatapnya. Rose berkedip, "Lalu kenapa kau ingin menikah dengan Joana?".

"Bisnis, aku murni bisnis bila menikah dengan Joana. Tapi menikah denganmu seperti kado natal terindah" William menautkan jemarinya di sela-sela jari Rose.

"Sekarang kau menganggapku kado" Rose menghela nafasnya.

"Berhenti berdebat, aku hanya ingin menjalani pernikahan yang normal denganmu Rose" William menatap kedua bola mata hijau milik Rose.

Rose menelan ludahnya, "Aku juga berharap begitu".
Rose menunduk dia terlalu malu untuk menatap wajah tampan suaminya.

William mengecup kening Rose sebelum Kevin masuk dan mengganggu mereka berdua.
"Helikopter sudah siap, dan Mr. Jhonson juga sudah sampai di bandara dia sudah tahu dari media kalau Mrs. Hyde melarikan diri".

Rose melihat kearah William yang sangat tenang, "Ayo kita pulang, bertemu Ayah!".

Di dalam mobil Mr. Jhonson menyuruh anak buahnya mencari dimana putri semata wayangnya, dia harus menyelesaikan semuanya.
Mungkin putrinya tidak bahagia sehingga kabur, Rose memang pemberontak tapi dia selalu menjadi anak yang baik dan penurut.
"Urus surat cerai mereka...".

Faith (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang