Gone

19.5K 1.1K 63
                                    

Kehilangan itu akan terasa saat orang yang selalu di sisi kita pergi...

William berdiri gusar di ruang kerjanya, sudah jam sembilan malam Rose belum juga pulang.
Dia sudah menghubungi Miss Collins tapi sekertaris itu juga tidak mengangkat teleponnya.

"Lacak sinyal handphone nya!" Bentak William pada Kevin.

"Ini baru dua jam, kau sudah gusar begitu!" Seru Kevin yang sibuk mengutak-atik komputer.
Raut wajah Kevin berubah saat melihat sinyal handphone Rose berada di lepas pantai.

"Ada apa?" Tanya William, menghampiri sekertarisnya itu.

"Coba kau telepon keluarga Jhonson, apa mereka sedang liburan?" Jawab Kevin dengan nada tidak yakin.

Mr. Jhonson membaca beberapa laporan hasil kerja Rose, "Aku ingin pembangunan taman kanak-kanak cepat selesai".

Albert mengangguk, detik itu juga dering handphone Albert memenuhi ruang kerja Mr. Jhonson. "Hallo...".

"Apa Rose bersama keluarganya?" William berusaha menyembunyikan rasa cemasnya.

Albert menatap Mr. Jhonson, "Tidak, bukankah dia sudah pulang kerja!".

Mr. Jhonson meletakkan kertas kerjanya, dia merasa ada yang tidak beres dan menyuruh Albert mengeraskan suara handphone.

"Sial! Kami melacak Rose dan sinyalnya sekarang berada di tengah lautan!" Teriak William emosi.

Mr. Jhonson menutup matanya, "Suruh dia kemari!".

Albert menelan ludahnya, "Sebaiknya anda kemari Mr. Hyde".

William menutup telepon dan bergegas kerumah keluarga Jhonson.

                      -----------------------

"Sir, kau salah jalan... Kita tidak harus masuk Tol?" Tegur Miss Collins pada supir.
Tiba-tiba saja supir itu menabrakkan mobil ke pembatas jalan yang mengakibatkan mobil terjatuh ke jurang, terguling sehingga Rose dan Miss Collins terpelanting di dalam mobil.
Untuk sesaat Rose tidak sadarkan diri sampai dia melihat Supir mobilnya merangkak keluar mobil.
"Mati saja kalian!" Kekeh supir itu.
Posisi Rose yang terjepit menyusahkan dia bergerak, Rose hanya mampu pura-pura mati saat pria itu menggeledah barang bawaannya dan mengambil handphonenya.

Miss Collins sadarkan diri, dia melihat Rose dalam posisi terjepit.
"Nona tidak apa-apa?".
Rose meringis saat merasakan sakit dikepalanya.

"Hem... Kepalaku sakit!" Jelas karena mobil terguling berkali-kali dan sebanyak itu pula kepala Rose terbentur.

Miss Collins menendang pintu mobil, beberapa kali dia menendang hingga pintu terbuka, dia menyeret Rose keluar dari mobil.

Mereka berhasil keluar sebelum bensin yang bocor terkena percikan akibat konsleting dan mobil pun meledak.

Dari atas jurang Nevile masih memegang kepalanya yang sakit, dia tidak akan senekat ini bila wanita itu tidak membuatnya gila.
Sarah... Setelah mencicipi tubuh wanita yang menjadi candu untuknya, dia menjadi budak wanita itu.
Nevile memasukkan Handphone Rose kedalam plastik kemudian melarutkan handphone itu diatas sebuah pelampung, dia tahu pasti William pasti akan melacak sinyal handphone Rose dan ini juga akan menghilangkan jejaknya.

Miss Collins menyandarkan tubuh Rose, kepala Rose banyak mengeluarkan darah dia mengeluarkan handphone berwarna hitam dari saku jas, dia menekan angka satu hanya saat genting alat itu digunakan.

Kevin mengangkat telepon dari nomer yang di rahasiakan, "Hallo?!".

Mr. Jhonson dan William menatap kearah Kevin, pria itu menutup telepon "Amber melapor, aku akan melacak sinyalnya".

William menggertakkan giginya, "Siapkan helikopter!" Perintah William pada Kevin sesaat setelah lokasi kedua wanita itu terlacak.

Bau obat-obatan, Rose membuka matanya dia menatap ke sekeliling ruangan berwarna putih dan hijau. Matanya tertuju pada suaminya yang tertidur di sofa, kepala Rose terasa sakit tetapi hasrat manusiawi membuatnya ingin ke kamar kecil.

Rose mencuci tangannya ketika William mendobrak pintu kamar mandi, "Kau membuatku gila!" William memeluk Rose erat.
"Jangan pernah lakukan ini lagi" bisiknya dengan nada bergetar.

Apa William menangis?!, Laki-laki arogan ini menangis?!.

"Aku hanya ingin buang air kecil, dan tadi kau tertidur lelap sekali".

William menatapku, "Kau tertidur selama satu minggu setelah operasi kepala, dan sekarang kau ke kamar mandi sendiri!" Geramnya.

Rose tersenyum, beruntung tadi dia sikat gigi dan sekarang William mengecup bibirnya. "Mint... Kau sikat gigi?!".

Rose mengangguk.

Kevin masuk kedalam kamar, "Oh... Hello Mrs. Hyde senang melihatmu sadar".

Rose mencari seseorang, penyelamatnya "Miss Collins?!".

Wanita yang di carinya muncul di belakang kevin, Rose langsung memeluknya "Jika tidak ada kau, mungkin aku sudah menjadi daging bakar!" Ucap Rose bergidik.

"Jadi apa kau sudah mendapatkan pelakunya?" Tanya Rose pada William.

William mengangguk, "Nevile Kingston dan Sarah McLaren".

Rose tidak mengenal Nevile tapi dia tahu siapa Sarah, wanita yang menyebabkan dirinya lari dari William.

"Kau tidak usah khawatir, mereka sudah mendapat hukumannya" William mengisyaratkan Kevin dan Miss Collins untuk keluar.

Rose duduk diatas tempat tidur, William menarik kursi untuk duduk dihadapannya dan memegang kedua tangannya.
"Dengar Rose, ada hal penting yang harus aku katakan".

Rose menatap William, berbagai pertanyaan berkecamuk dipikirannya.
"Katakan lah".

Tiba-tiba Mr. Jhonson dan Helena masuk kedalam kamar, "Putriku!".

"Ibu....!"

Helena memeluk tubuh Rose, dia menangis betapa tidak putri semata wayangnya hampir saja meregang nyawa.

Mr. Jhonson memeluk Rose, "Ayah senang kau sadar, terlebih mendengar kabar bahwa ayah akan menjadi seorang kakek!"

Rose menatap William, bingung dengan apa yang dikatakan Ayahnya.

"Ya Rose, kau hamil... Usia kandungan dua minggu".

Rose menutup mulutnya, ini kenapa belakangan ini tubuhnya terasa aneh. Bayi... Anaknya sedang tumbuh di dalam dirinya.
"Anak... Bayi!" Ucap Rose tidak percaya.

Helena memeluk Rose, "Terimakasih sayang...".

Setelah melepas rindu dan rasa sayang, Mr. Jhonson dan Helena harus pulang karena masih ada beberapa acara.

William memeluk Rose, menyentuh perut Rose yang masih rata.
"Aku tidak percaya akan menjadi ayah, anak ini terus tumbuh di dalam dirimu".

Rose terseyum, "Dia akan mendapatkan kasih sayang dari Ayahnya, Ayah terbaik di dunia!".

William tersenyum "Dan ibu terbaik di dunia, terimakasih Rose"

William mengecup puncak kepala Rose.

Tentunya mereka akan menjalani kehidupan pernikahan yang normal dan bahagia...

Sekian ceritanya, kalo di panjangin ga tau ntar arahnya kemana... Sooo...

The End

Thanks udah baca cerita aku... Aku harap ini bisa menghibur kalian dan mengisi waktu luang... Thanks so much

Next story for happy reader :
"Hello Mr. Arogant"
Seperti Faith... Kalau sudah ada yang baca bakal aku update tiap hari :)

Faith (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang