Relation

13.1K 1.2K 14
                                    

Seminggu berada jauh dari suaminya membuat Rose gelisah, dia beberapa kali ikut bekerja bersama Ayah dan mendengar pujian demi pujian yang di lontarkan relasi bisnis akan pesona serta kecerdasan suaminya.

Seberuntung itukah dia mendapatkan laki-laki setampan dan sehebat William Hyde?.

"Miss Rose, tolong tanda tangani berkas ini!" Suruh Albert.

Rose membaca surat kontrak dengan perusahaan fashion kemudian menandatangani surat itu.

Albert masih diam di hadapannya, biasanya sekertaris Ayahnya itu akan pergi setelah pekerjaannya selesai.

"Apa masih ada lagi?" Tanya Rose heran.

"Tolong jangan beritahu Mr. Jhonson, atau dia bisa membunuh saya!".
Albert meletakkan handphone miliknya di meja.

Manik mata Rose membulat, dia melihat surat cerai atas namanya dan William. "Ini?!".

"Saya mendapatkan foto ini dari mata-mata saya di perusahaan WillHills".

Rose seolah kehilangan gravitasi, bercerai?!.

Meeting yang dipimpin oleh Rose berjalan seperti biasanya, namun yang membuat para manager bingung adalah sorot mata kosong Rose.

"Miss Rose!" Tegur Albert.

Rose mengedipkan matanya, membawa kesadarannya kembali.
"Next, aku ingin lihat bagaimana desain sekolahnya. Taman kanak-kanak haruslah memiliki warna yang ceria".
Semua orang mengangguk.

Setelah selesai meeting, semua orang keluar dari ruangan dan tinggallah Rose sendiri masih duduk di kursinya.
"Aku hanya ingin  menjalani pernikahan yang normal denganmu Rose".
Rose berulang kali mengulang kalimat yang di katakan William saat di Villa, bukan kah kalimat itu sama seperti sebuah janji?!

Dimansion keluarga Jhonson.
Mr. Jhonson menikmati teh hangat dan bolu buatan istri tercintanya.
"Apa rencana ini akan berhasil?" Tanya Helena cemas.

Mr. Jhonson tersenyum pada istrinya, "Apa kau meragukan suami mu ini?".

Helena merengut, tapi dia benar-benar cemas karena sudah seminggu sejak Rose di bawa kemari dan William tidak juga menunjukkan batang hidungnya.

Rose berjalan menghampiri kedua orang tuanya, "Aku pulang" ucapnya lemah sambil membanting tubuhnya

duduk di atas sofa.

"Kau lelah sayang?" Helena menuangkan teh untuk putri semata wayangnya.

"Naikkan gaji Albert Ayah, dia berhasil menyeretku ke beberapa pertemuan yang membosankan" keluh Rose pada Mr. Jhonson yang tertawa.

"Pertemuan membosankan itulah yang membuatmu bisa hidup nyaman seperti ini" ucap Mr. Jhonson tidak mau kalah.

"Kapan taman kanak-kanak itu akan di bangun?" Tanya Helena berusaha menengahi debat antara suami dan putrinya.

Mata Rose berbinar, "Tiga hari lagi, tadi aku sudah mengadakan meeting bersama beberapa manager".

Helena tersenyum, putrinya itu memang seperti dirinya. Menyukai anak-anak dan dunia pendidikan.

"Dan kapan kau akan bercerai dengan bajingan itu?"

Pertanyaan Ayahnya membuat binar mata Rose kembali meredup, dia teringat akan foto surat cerai yang di tujukkan oleh Albert.
"Aku ke kamar dulu, sungguh hari yang melelahkan".

Rose pergi tanpa menjawab pertanyaan Mr. Jhonson dan membuat pria tua itu tersenyum usil pada istrinya

Rose duduk di atas tempat tidur, pernikahan ini murni karena bisnis semata apa karena itu William akan menceraikannya, tapi kata-kata William di villa keluarganya membuat dia yakin kalau laki-laki itu sedikit menyukainya.

Faith (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang